Anda di halaman 1dari 75

Laporan kasus

Vesikolitiasis
Presentan : Mochammad Imam Santoso, dr.

Kelompok 1 :
Rany Monica R, dr.
Briska Sudjana, dr.
Soraya Intan Permatasari, dr.
Dini Qurrotu Aini,dr.
Belyza Chaniago,dr.
Rizkia Arifianne ,dr.

RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


Identitas pasien
• Nama : Tn. M
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 69 tahun
• Pekerjaan : Tunakarya
• Status : Menikah
• Suku : Sunda
• Tanggal masuk RS : 10-02-2015
Anamnesis

Keluhan utama
• Nyeri saat BAK
Riwayat penyakit sekarang
• Sulit BAK disertai nyeri, pancaran kencing lemah, tidak puas
setelah BAK dan menginginkan BAK lagi setelahnya
1,5 tahun lalu

• Dioperasi TURP a/i BPH


• Direncanakan litotripsi a/i vesikolitiasis 2 bulan kedepan
9 bulan lalu

• Nyeri saat BAK (hingga saat ini) di bagian perut tengah bawah menjalar
ke ujung penis dan kantong pelir
• Kadang kencing tiba-tiba terhenti kemudian lancar kembali dengan
perubahan posisi
8 bulan • BAK berwarna seperti cucian daging (-) demam (-) penurunan nafsu
lalu makan/BB (-)
• Pasien tidak melakukan op. Yang sudah direncanakan
• Riwayat tumor atau keganasan (+) : BPH
• Riwayat trauma (-)
• Riwayat hipertensi (-)
• Riwayat DM (-)
RPD • Riwayat penyakit jantung, liver, ginjal (-)

• Ayah pasien memiliki riwayat sulit BAK

RPK

• Konsumsi air putih ± 600-1200 ml/hari


• Riwayat pekerjaan sebelumnya: Buruh
Lain-lain
Anamnesis sistem
• Kulit
• Kepala
• Mata
• Telinga
• Hidung
• Mulut
• Tenggorokan Tidak ada keluhan
• Leher
• Jantung
• Paru
• Abdomen
• Punggung
• Syaraf dan otot
• Nutrisi
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum: tampak sakit sedang
• Kesadaran: compos mentis
• Tanda vital:
– Suhu 36,3o C
– RR: 20x/menit
– Nadi: 78x/menit
– TD: 140/90
Pemeriksaan fisik
• Kulit : turgor kulit baik
• KGB : tidak ada pembesaran
• Kepala : normocephali, oedem (-)
• Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
refleks cahaya +/+
• Telinga : sekret -/-, darah -/-
• Hidung : deformitas (-), sekret -/-
• Mulut : mukosa oral basah
• Leher : JVP 5 + 2 Massa (-)
• P. Darah : tidak ada kelainan
Pemeriksaan fisik
• Thorax
– Paru-paru
• Inspeksi: bentuk normal, gerak simetris
• Palpasi : VF (+) kanan=kiri
• Perkusi: sonor simetris kanan=kiri
• Auskultasi: VBS (+) kanan=kiri, ronkhi +/-,
wheezing -/-
– Jantung
• Iktus cordis tidak terlihat
• ictuc cordis teraba di ICS V LMCS, thrill (-)
• Batas jantung tidak melebar
• Bunyi Jantung 1,2 murni reguler, murmur(-),
gallop (-)
Pemeriksaan fisik
• Abdomen
• Inspeksi: datar
• Palpasi: soefl, NT (+) suprapubik, massa (-), blast tidak penuh
Hepar, limpa, ginjal tidak teraba
• Perkusi: Timpani
• Auskultasi: BU (+) 7-8x/min

• Punggung: ketok CVA -/-


• Ekstremitas:
 Atas: akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/
 Bawah: akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-
• Genital
– Tidak teraba indurasi pada penile
uretra.
• Rectal touche
– sfingter ani kuat, mukosa halus,
tidak teraba massa, ampula rekti
kolaps, prostat tidak teraba.
Status lokalis bedah

 Nyeri suprapubik
yang menjalar ke
ujung penis dan
skrotum
 NT (-)
Usulan Pemeriksaan
• Hematologi • Ronten thorax
rutin (Hb, Ht, • BNO
leukosit, • USG
trombosit,
eritrosit)
• Urin rutin
(ureum,
kreatinin)
Laboratorium tanggal 7 Februari
2015 (kiriman dari poli urologi)
Hematologi GDS 82 mg/dL
• Hb 15,0 g/dL Kolesterol total 171
• Leukosit 9.300/µL mg/dl
• Hematokrit 46%
• Eritrosit 5,5 juta/µL Fungsi Ginjal
• Trombosit • Ureum 30 mg/dL
275.000/µL • Kreatinin 0,80 mg/dL
• Asam urat 5,4 mg/dl
• MCV 90 fL
• MCH 30 pg Fungsi Hati
• MCHC 33 g/dL • SGOT 18 U/I
• LED 6/12 • SGPT 19 U/I
Laboratorium tanggal
11/02/2015
Hemostasis Elektrolit
• BT 1,3o menit • Natrium 144
• CT 6,00 menit mmol/L
• Kalium 4,1
mmol/L
• Kalsium 9,8
mmol/L
• Klorida 103
mmol/L
Hasil rontgen thorax
• Hasil ekspertise:
• Cor tidak membesar
• Sinuses dan diafragma
normal

Pulmo:
• Hilus normal
• Corakan bronkovaskular
normal
• Tampak perbercakan di
lapang bawah kanan

KESAN:
- Bronchopneumonia kanan
- Tidak tampak cardiomegali
Hasil Pemeriksaan BNO
Hasil ekspertise:
• Preperitonel fat tidak jelas
• Psoas line jelas
• Kontur kedua ginjal tidak jelas
• Distribusi udara colon dalam
batas normal dengan fekal
material didalamnya
• Distribusi udara usus halus dalam
batas normal
• Tampak konkramen opak di
rongga pelvis
• Masih tampak bayangan udara di
roongga pelvis

KESAN:
• Vesicolithiasis
• Tidak tampak tanda-tanda ileus
Resume
• Laki-laki 59 tahun dengan disuria
sejak 8 bulan SMRS.
• Nyeri utama pd suprapubik,
menjalar ke penis dan skrotum.
• Riwayat keluarga: ayah pasien
memiliki penyakit dengan keluhan
sulit BAK.
• Pemeriksaan Ro Thorax didapatkan
bronkopneumonia kanan; BNO
didapatkan vesicolithiasis.
Diagnosa

1. ♂ 69 tahun dengan
vesicolitiasis +
Diagnosis bronkopneumonia dekstra

Banding 2. ♂ 69 tahun dengan tumor


bulli + bronkopneumonia
dekstra
♂ 69 tahun dengan
vesicolithiasis +
Diagnosis Kerja
bronkopneumonia
dekstra
Tatalaksana
• Pro Vesikolitotomi
• Pasien dipuasakan 6 jam
sebelum operasi
• IVFD RL 1000 cc/24 jam
• Pasang kateter 16 f
• Ceftriaxone 2x1 gr
• Ketorolac 2x30 mg IV
• Ranitidine 2x 50 mg IV
• Pro konsul IPD
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Urolithiasis
ANATOMI SISTEM
SALURAN KEMIH

Gambar 1: Sistem saluran kemih pria (kiri) dan wanita (kanan). (diambil dari
Adam’s Anatomy)
Anatomy

Diameter 4-7mm

Diameter 8 mm
Urethra

Ureter • Tempat
• Menghasil urin • Urin
kan urin dikumpul dikeluarkan
kan dari vesika
• Membawa urinaria
urin dari
Ginjal ginjal ke
vesika
urinaria
Vesika
urinaria
Definisi
• Batu yang terbentuk di saluran
kemih yang dinamakan
berdasarkan letak anatominya
Epidemiologi

• Penyakit terbanyak ke-3 setelah infeksi dan


penyakit kelenjar prostat
• Laki – laki > wanita = 3 – 4 kali

• Di negara-negara berkembang batu buli-buli


• Di negara maju batu saluran kemih bagian atas

• Prevalensi di Amerika Serikat 5 - 10 %

• Di seluruh dunia rata-rata terdapat 1 - 12 %


penduduk yang menderita batu saluran kemih.
Faktor Pencectus

Faktor Faktor
endogen eksogen
• Genetik-familial • Lingkungan
• Hipersistinuria • Pekerjaan yang banyak
• Hiperkalsuria primer mengeluarkan keringat
• Hiperoksanuria primer • Makanan
• Umur  paling sering • Infeksi
usia 30-50 tahun • Kejenuhan mineral di
• Jenis kelamin  pria : dalam air minum
wanita (3:1)
Patogenesis dan
patofisiologis urolithiasis
Teori terbentuknya batu saluran kemih

• Substansi organik
(mukopolisakarida dan mukoprotein
A) berfungsi sebagai inti
• Mempermudah kristalisasi dan
Teori Inti agregasi substansi pembentukan
Matriks batu.
• Terjadinya kejenuhan substansi
pembentuk batu dalam urin
seperti sistin, santin, asam
urat, kalsium oksalat
Teori • Mempermudah terbentuknya
Supersaturasi batu
• Perubahan pH urin akan
mempengaruhi solubilitas dalam urin
• Urin yang bersifat asam akan
mengendap sistin, santin, asam dan
Teori garam urat
Presipitasi- • Urin yang bersifat alkali akan
mengendap garam-garam fosfat
Kristalisasi
•Kurangnya faktor
penghambat.
Teori •Mempermudah
berkurangnya terbentuknya batu
faktor
penghambat
Lokasi batu saluran
kemih
Teori terbentuknya batu saluran kemih

Organik/non-organik
Metastable
•pH
Nukleasi •Suhu
•Koloid
•Konsentrat
Aggregasi •Rapuh
•Tak menyumbat
•Laju aliran urin

Kristal besar

Menempel pd.
Epitel saluran
kemih
Retensi Kristal Endapan >>> Saluran tersumbat
Komposisi batu saluran
kemih

Kalsium Kalsium Asam Urat Sistin Magnesium-


Oksalat Fosfat amonium-
fosfat (MAP)

Pentingnya mengetahui tentang komposisi batu yang


ditemukan dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya
batu residif
Komposisi Batu
1. Batu Kalsium (± 70 - 80 % – Hiperurikosuri adalah
dari Urolithiasis) kadar asam urat di dalarn
urine yang melebihi 850
• Faktor terjadinya batu
mg/24 jam
kalsium • Makanan tinggi purin
– Hiperkalsiuri (kalsium di • Metabolisme endogen

dalam urine lebih besar dan – Hipositraturi


250-300 mg/24 jam) • RTA
• Absorbsi • Sindroma malabsorpsi
• Reabsorbsi – Hipomagnesiuri
• Resorptif • Inflamasi Bowel Disease

– Hiperoksaluri adalah
ekskresi oksalat urine
yang melebihi 45 gram
perhari
• Makanan (cth: ayam )
• Minuman (cth:Soft drink )
2. Batu Struvit (batu infeksi )
CO(NH2)2 +H20 2NH3 +CO2
• Kuman Urea Splitter
(Proteus Spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas Dan Stafilokokus)

3. Batu Urat (5-10% dari urolithiasis)


• Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu
asam urat adalah :
– Urine yang terlau asam (pH urine <6 )
– Volume urine yang jumlahnya sedikit (<2 liter/hari) atau
dehidrasi
– Hiperurikosuri.
Klasifikasi Batu
• Ukuran Batu
• Lokasi Batu
• Karakteristik X-Ray
• Etiologi
• Komposisi Batu
• Kelompok Beresiko
– Faktor umum
– Penyakit terkait pembentukan batu
– Genetik
– Kelainan anatomi dan urodinamik
Letak Batu di dalam saluran kemih

• Batu Ginjal
• Batu Ureter
• Batu buli-buli
• Batu Uretra
BATU GINJAL
Gejala :
• Tidak selalu ada
• Nyeri pinggang bersifat bukan kolik
• Hematuria

Komplikasi
• Hidronefrosis
• Gagal ginjal
• Pyonefrosis
• Urosepsis
• Neoplasma
BATU URETER
Gejala kolik ureter :
• Nyeri mendadak yang dijalarkan :
1/3 proksimal : Pinggang, epigastrium,
testis
1/3 medial : Pinggang, perut bagian
bawah (titik McBurney)
1/3 distal : Pinggang, paha, scrotum,
suprapubik
• Hematuria
Copyright © 2003, Elsevier Science (USA). All rights reserved.
I.Ureter 1/3 proximal

II.Ureter 1/3 tengah


2
\
III.Ureter 1/3 distal
Komplikasi :
• Hidronefrosis
• Hidroureter
• Gagal ginjal
• Striktur ureter
BATU BULI
Gejala : iritasi
• Nyeri suprapubik
• Hesitansi
• Disuria
• Frekuensi
• intermitensi
• Perasaan tidak enak saat kencing
• Kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali setelah
perubahan posisi
• Refered pain di ujung penis, skrotum, perineum,
pinggang sampai kaki
• Anak : enuresis nokturna, sering menarik penis (laki-
laki), menggosok vulva (perempuan)
Komplikasi
• Statis urin  infeksi saluran kemih
• Perubahan mukosa buli
(trabekula, selula, divertikel)
• Iritasi kronik mukosa buli  metaplasia 
karsinoma sel squamosa
• Hidroureter
• Hidronefrosis
• Gagal ginjal
BATU URETRA
• Berasal dari batu buli

Gejala :
• Nyeri pada shaft penis
• Kencing tiba-tiba berhenti
• Hematuria

Komplikasi :
• Striktur uretra
• Infeksi saluran kemih
Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah :
Hb, Leukosit, trombosit, ureum,
creatinin, elektrolit (Na, K, Cl, Ca)
2. Urin
BJ, pH, sedimen, bakteri, kultur &
sensitivitas
Gambaran Klinik dan Diagnosis
Pada pemeriksaan fisik
• Nyeri Ketuk CVA.
• teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis,, retensi urine
• demam/menggigil (Infeksi )

Pemeriksaan sedimen urine


• lekosituria
• Hematuria
• Kristal-kristal pembentuk batu.

Pemeriksaan kultur urine


• kuman pemecah urea (Klebsiella sp )

Pemeriksaan kadar elektrolit


• kalsium, oksalat, fosfat maupun urat di dalam
darah maupun di dalam urine.
Pemeriksaan penunjang
radiologi

Ultrasonografi (USG)
Foto polos abdomen (FPA)
Urografi intravena (IVU)
Retrograd Pielografi (RPG)
Antegrad Pielografi (APG)
Ultrasonografi (USG)

• pemeriksaan Primer atau Skrining.


• Dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (
ditunjukkan sebagai Ecchoic Shadow ) ,
hidronefrosis, pionefrosism atau pengerutan ginjal,
dll.)

Batu
Foto Polos Abdomen (FPA)
• Menilai adanya batu berdasarkan densitas
Radiopaque Semi-radiopaque Radiolucent
Calcium oxalate Magnesium ammonium Uric acid
dihydrate phosphate
Calcium oxalate Apatite Ammonium urate
monohydrate
Calcium phosphates Cystine Xanthine
2,8-dihydroxyadenine
Drug-stones’
Urografi intravena
(IVU)
• Menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
• Mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun non-opak yang
tidak dapat terlihat oleh foto polos perut.
Retrograde Pielografi
Indikasi
– Pada pemeriksaan BNO & IVP tidak nampak kontras
di ginjal maupun ureter sedang pada USG : ginjal
nampak hydronefrosis
– Ureum, kreatinin diatas normal
– Alergi kontras

Cara : Memasukkan ureter kateter melalui endoskopi ke


muara ureter sampai ke ginjal ( bila tidak ada
sumbatan) kemudian dimasukkan kontras lalu di
rontgen
Antegrade Pielografi
• Indikasi : Melihat adanya
sumbatan pada ureter

• Cara : Memasukkan kontras


melalui slang nefrostomi lalu di
rontgen
Penatalaksanaan
1. Konservatif
bila gejala (-), obstruksi (-)
2. Medikamentosa
- spasmolitik
- diuretika
- banyak minum
- banyak gerak
3. Operatif
4. ESWL (Extracorporeal Shockwave
Lithotripsy)
ESWL (Extracorporeal Shockwave
• Memecah batu saluran kencing dengan menggunakan Lithotripsy)
gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar
tubuh.
• Gelombang kejutenergi Batu pecah fragmen-
fragmen Keluar bersama air kencing
ESWL (Extracorporeal Shockwave
Lithotripsy)
PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
 PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : yaitu
mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal dengan
cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui
insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah
terlebih dahulu.
Litotripsi
• Memecah batu bull-buli atau batu
uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu (litotriptor) ke
dalam buli-buli. Pecahan batu
dikeluarkan dengan evakuator Ellik
Ureteroskopi atau Uretero-Renoskopi
Memasukkan alat ureteroskopi per-uretra guna melihat keadaan ureter
atau sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu
yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah
dengan ureteroskopi.
Ekstraksi Dormia
Mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringkan melalui alat keranjang
Dormia
Bedah Terbuka

 Pielolitotomi / extended pielolitotomi


 Nefrolitotomi / anatrophic nefrolitotomi
 Multiple radikal nefrolitotomi
 Teknik hipotermia
 Parsial & total Nefrektomi
 Ureterolithotomi
 Vesicolithotomi
 Uretrolitotomi
Bedah Laparoskopi
• Mengambil batu saluran kemih.
Pencegahan
• Menghindari dehidrasi dengan minum cukup

• Hindari menahan buang air kecil

• Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen


pembentuk batu

• Olahraga teratur

• Medikamentosa
Diet yang dianjurkan untuk mengurangi

kekambuhan

• Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi


kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi
lebih asam

• Rendah oksalat,

• Rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya


hiperkalsiuri

• Rendah purin

• Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuri


absorbtif Type ll
Prognosis
Daftar pustaka

• Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku


Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2006.
• Price; Wilson. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit. Volume 2. Edisi 6. ECG Michigan. 2002.
• W Schrier, Robert. Manual of Nephrology: Diagnosis and
Therapy. 5th Edition. Lippincott Williams & Wilkins Publishers.
October 1999. hal 12
• Tiselius HG, Ackermann D, Alken P,dkk. Guidelines on
urolithiasis. Dalam : EAU guidelines. Edition presented at the
16th EAU Congress, Geneva, Switzerland 2001
• Tiselius HG, Ackerman D, Alken P, dkk. Guidelines on
urolithiasis. Dalam :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=pubmed
&dopt

Anda mungkin juga menyukai