Anda di halaman 1dari 11

SQUAMOUS CELL CARCINOMA

Defenisi
• merupakan suatu keganasan sel-sel epitel yang dapat terjadi pada beberapa organ
yang secara normal dilapisi oleh sel epitel squamous termasuk diantaranya kulit, bibir,
rongga mulut, bukkal, esofagus, traktus urinarius, paru-paru, prostat, vagina dan serviks.
• Kanker mulut merupakan kanker urutan ke 6 dari seluruh kanker yang terjadi di seluruh
dunia. lebih dari 90% kanker mulut merupakan SCC. SCC dapat mengenai bagian
anatomi mana pun dari rongga mulut, salah satunya pada regio bukkal.
Epidemiologi
• Kejadian SCC bukkal yang tinggi di Asia Tenggara dimana SCC bukkal merupakan
kanker pada rongga mulut yang paling sering terjadi karena banyaknya jumlah
perokok dan pengunyah sirih yang merupakan karsinogenik yang sering terpapar
dengan bukkal.
• Sinar matahari merupakan faktor etiologi utama yang menyebabkan SCC pada kulit
dengan insidensi mencapai 200-300 kasus setiap 100.000 penduduk di Australia.
• SCC pada mukosa lebih sering disebabkan oleh asap rokok, iritasi alkohol dan infeksi
human papiloma virus (HPV).
• Sering terjadi pada usia tua dan orang kulit putih. Insidensi tertinggi pada usia 50-70
tahun. Paling sering terjadi pada penduduk daerah tropis. Berdasarkan jenis kelamin,
insidensi pada pria 2-3 kali lebih banyak dibandingkan wanita.
Etiologi
• Merokok : tembakau berisi bahan karsinogen yang berefek pada mukosa mulut.
• Kebiasaan mengunyah tembakau di masyarakat Asia dengan menggunakan
campuran sirih dan pinang yang sering dan dalam jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan Karsinoma sel skuamosa sesuai dengan letak campuran tembakau
yang ditempatkan pada rongga mulut.
• Menurut penelitian, kegiatan menyirih dapat menimbulkan efek negatif terhadap
jaringan mukosa di rongga mulut yang dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan
pembentukan karsinoma sel skuamosa yang bersifat malignan akibat komposisi
menyirih, frekuensi menyirih, durasi menyirih, dan penggunaan sepanjang malam.
• Alkohol
• Faktor pendukung : penyakit kronis (sifilis), jamur, virus (HPV), faktor lingkungan, dan
buruknya hygine oral.
Manifestasi klinis
• awalnya akan muncul sebagai massa yang tumbuh lambat pada mukosa bukkal. Lesi
awalnya kecil dan asimptomatik serta biasanya dijumpai pada pemeriksaan gigi. Nyeri
akan muncul setelah lesi membesar dan membentuk ulkus. Asupan per oral dapat
memperburuk nyeri yang menyebabkan pasien malnutrisi dan dehidrasi.
• Gejala lain yang muncul adalah perdarahan, kelemahan otot fasial atau perubahan
kepekaan sensoris, disfagia, odinofagia dan trismus
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan kepala dan leher yang komperhensif terutama pada rongga mulut
secara sistematis.
• Palpasi pada lesi perlu dilakukan untuk menentukan luas dan kedalaman dari lesi.
Adanya penyebaran kanker ke mandibula dan maksila juga harus diidentifikasi.
• Telinga juga harus diperiksa karena terdapat bukti bahwa otalgia terkadang
disebabkan nyeri alih akibat malignancy
• Kelenjar getah bening leher dan parotis harus diperiksa secara hati-hati untuk
menentukan adanya adenopati
• adanya perdarahan, ulkus, massa pada leher, bengkak pada wajah, paresis dan
parestesi pada wajah dan trismus
• Squamous Cell Carcinoma dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. SCC Insitu atau Bowen Carcinoma
• SCC ini terbatas pada epidermis dan terjadi pada berbagai lesi kulit yang telah ada
sebelumnya. Seperti solar keratosit, kronis radiasi keratosit, hidrokarbon keratosit, arsenik
keratosit, kornu kutanea, penyakit bowen dan eritroplasia queyrat. SCC insitu dapat
menetap di epidermis dalam jangka waktu yang lama dan tidak dapat diprediksi, dapat
menembus lapisan basal ingga ke dermis dan selanjutnya bermetastasis melalui kelenjar
getah bening regional.7
2. SCC Invasif
• SCC invasif dapat berkembang dari SCC insitu dan dapat juga dari kulit normal. SCC invasif
baik yang muncul dari SCC insitu, lesi premalignan atau kulit normal biasanya dapat berupa
nodul kecil dengan batas yang tidak jelas, sewarna dengan kulit atau sedikit eritem.
Permukaannya pada awalnya rata namun lama kelamaan dapat berkembang menjadi
verukosa atau papilomatosa.
Secara histologis, karsinoma sel skuamosa diklasifikasikan oleh WHO menjadi:
1. Well differentiated (Grade I): yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana sel-sel keratin
basaloid masih berdiferensiasi dengan baik membentuk keratin.
2. Moderate differentiated (Grade II): yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana sebagian
sel-sel basaloid tersebut menunjukkan diferensiasi, membentuk keratin.
3. Poorly differentiated (Grade III): yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana seluruh sel-sel
basaloid tidak berdiferensiasi membentuk keratin, sehingga sulit dikenali lagi.
Pemeriksaan penunjang
• Laboratorium :
a) Darah rutin, elektrolit, Ureum dan Kreatinin (tujuannya adalah untuk skrining anemia,
infeksi gangguan elektrolit dan gangguan fungsi ginjal
b) Prothrombin time (PT), activated partial thromboplastin time (aPTT), and international
normalized ratio (INR) untuk menentukan ada atau tidanya koagulopati
c) SGOT dan SGPT (untuk menilai adanya gangguan fungsi hati akibat alkohol
dan/atau metastasis ke hati).
d) Pemeriksaan golongan darah dan cross-match (pemeriksaan ini diindikasikan untuk
pasien anemia atau pasien dengan rencana operasi).
• Radiologi : foto thorax AP, CT scan, MRI
• Histopatologi : Biopsi insisi (gold standar)
Penatalaksanaan
• Penetuan terapi yang akan digunakan ditentukan berdasarkan spesifikasi kanker dan
keadaan pasien
• Tindakan pembedahan dilakukan pada SCC oral yang kecil dan dapat dijangkau.
Pada SCC stadium lanjut terapi yang digunakan meliputi kombinasi dari pembedahan,
radioterapi, dan kemoterapi.
Prognosis
• Prognosis baik jika didapatkan ukuran tumor yang kecil dan tidak terdapat
pembesaran KGB regional dan metastasis jauh. Faktanya angka-5 tahun harapan
hidup (5-years survival rate) pada pasien seperti ini sekitar 80-90% dimana pada pasien
dengan stadium lanjut angka 5-years survival rate berkisar 40%.

Anda mungkin juga menyukai