DEHIDRASI
OLEH:
AUDRINE DILOREN SOPACUA
SHYLFERA RAHMI
ROSDIANAWATI ARITONANG
Pembimbing:
dr. Ester Lantika Ronauli Silaen, Sp.An
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. PRIMA INDONESIA
DEFINISI DEHIDRASI
• Diare
Pada diare yang disertai muntah, dehidrasi akan menjadi semakin progresif.
Dehidrasi karena diare menjadi penyebab utama kematian bayi dan anak didunia.
• Muntah
Sering menyebabkan dehidrasi karena sangat sulit untuk menggantikan cairan
yang keluar dengan cara minum.
• Keringat Berlebih
Tubuh kehilangan banyak cairan saat berkeringat akibat kondisi lingkungan
yang panas akan menyebabkan tubuh berusaha mengatur suhu tubuh dengan
mengeluarkan keringat. Bila keadaan ini berlangsung lama sementara
pemasukan cairan kurang maka tubuh dapat jatuh ke dalam kondisi dehidrasi.
FISIOLOGI CAIRAN TUBUH
Cairan Tubuh
Merupakan persentasi terbesar dari berat badan
Pada orang dewasa:
- Wanita 50% dari BB
- Pria 60% dari BB
- Anak-anak/bayi 70-80% dari BB, rata-rata 75%
Pada dehidrasi isotonik kehilangan air sebanding dengan jumlah natrium yang hilang,
dan biasanya tidak mengakibatkan cairan ekstrasel berpindah ke dalam ruang
intraseluler.
Natrium hilang yang lebih banyak daripada air. Karena kadar natrium rendah, cairan
intravaskuler berpindah ke ruang ekstravaskuler, sehingga terjadi deplesi cairan
intravaskuler.
Hilangnya air lebih banyak daripada natrium. Karena kadar natrium serum tinggi,
terjadi pergeseran air dari ruang ekstravaskuler ke ruang intravaskuler.
MANIFESTASI KLINIS DEHIDRASI
Penilaian Dehidrasi Ringan Dehidrasi Sedang Dehidrasi Berat
Rasa Haus Minum biasa, tidak haus Haus, ingin minum Malas minum, tidak
banyak bisa minum
Bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas dan acak.
Proses difusi dapat terjadi bila 2 zat bercampur dalam sel membran. Dalam tubuh,
proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui menbran kapiler yang
permeable
Osmosis
Transport Aktif
Gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting untuk
mempertahankab natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan cairan
dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
- Tekanan cairan
- Membran semi permeable
JENIS – JENIS CAIRAN
Kristaloid
Kristaloid adalah suatu kelompok cairan tanpa penambahan solute ionik atau non ionik.
Penyebarannya ditentukan oleh kadar Na+ yang hampir isotonik. Cairan tersebut
didistribusikan ke ruang interstisial ¾ , dan hanya ¼ yang tinggal di intravaskuler, selama
15-20 menit.
a. Cairan Hipotonik
Cairan dengan tekanan osmotik lebih rendah dari cairan tubuh (osmolaritas <
250mOsm/L). Cairan akan berpindah dari intravaskuler ke interstisial dan intrasel
Contoh : Aquadest
b. Cairan Isotonik
Cairan dengan tekanan osmotic sama seperti cairan tubuh. Cairan ini menetap di
intravaskuler dan kemudian berpindah ke interstisial/intrasel secara seimbang
(osmolaritas 290-310 mOsm/L)
Contoh : Normal Saline (NaCl 0,9%), Ringer Laktat (RL), Ringer Asetat, Ringerfundin,
Glucose 5%
c. Cairan Hipertonik
Cairan dengan tekanan osmotik lebih tinggi dari plasma darah dimana air keluar dari
intraseluler dan masuk ke dalam plasma atau kompartemen intravaskuler
(osmolaritas > 340 mOsm/L)
Contoh : NaCl 3%, Glukosa 10%, Dextrose 50%
Koloid
Koloid adalah cairan yang mengandung partikel onkotik, sehingga menghasilkan tekanan
onkotik. Contoh cairan koloid: HES, Dextran, Gelatin
Contohnya adalah:
Darah, produk darah seperti albumen karena mengandung molekul protein besar.
Koloid Artifisial juga mengandung molekul besar seperti:
Gelatin, dextran, atau kanji hidroksetil. Semua larutan koloid akan mengekspansikan
ruang intravaskuler.
Koloid dengan tekanan onkotik yang lebih besar daripada plasma (hiperonkotik) akan
menarik cairan ke dalam ruang intravaskuler, seperti:
Albumin, HES 200/0,5, dll.
RINGER LAKTAT
• Cairan fisiologis bila sejumlah volume besar diperlukan
• Digunakan sebagai replacement terapi shock hipivolemik, diare, trauma, luka bakar.
• Baik digunakan pada kasus metabolik asidosis laktat dalam RL dimetabolisme
hati bikarbonat
• RL tidak mengandung glukosa cairan maintenance harus ditambah glukosa
mencegah ketosis
NaCl 0,9%
Komposisi:
Starches tersusun atas:
2 tipe polimer glukosa yaitu amilosa dan amilopektin
Indikasi:
Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
Kontraindikasi:
Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi,
hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (> 20 ml/kg).
Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan
HES pada sepsis masih terdapat perdebatan.
Komposisi Cairan Kristaloid
Jenis cairan Osmolalitas Glukosa Na+ Cl- (mEq/L) K+ (mEq/L) Basa
(mOsm/L) (g/L) (mEq/L) (mEq/L)
Kebutuhan Cairan:
• Dewasa 30-40 ml/kgBB/hari
• Anak
<10kg = 100 ml/kgBB/hari
11-20kg = 1000 ml + 50 ml (BB-10kg)
>20kg = 1500 ml + 20 ml (BB-20kg)
Kebutuhan Elektrolit:
• Defisit Na = (Normal natrium – Natrium sekarang) x BB x 0,6
• Defisit Kalium = (Normal kalium – Kalium sekarang) x BB x 0,25
Berdasarkan Tujuan Pemberian Cairan
• Cairan rumatan:
Cairan hipotonis: D 5%, D 5% + ¼ NS dan D 5% + ½ NS
• Cairan pengganti:
RL, NaCl 0,9%, Koloid
• Perubahan mental
• Letargi
• Kejang
• Koma
• Lemah
Terapi Hipernatremia
HIPOKALEMI BERAT
• Kelumpuhan otot
• Gagal nafas
• Gangguan konduksi jantung
• Henti jantung
Terapi Hipokalemia
Rumus defisit kalium:
K = K1 – K0 x 0,3 x BB
• Aritmia jantung
• Kelemahan otot
• Hipoventilasi
Gambaran EKG:
• Gelombang T tall
• Depresi segmen ST
• QRS melebar
• Hingga fibrilasi ventrikel
• asistol
Terapi Hiperkalemi
Klasifikasi Hipoalbuminemia
Diagnosa:
Dehidrasi berat ec Diare
Terapi:
• Cairan ringer laktat
• Pemberian cairan menggunakan hitung tahap cepat
Menentukan derajat dehidrasi dan deficit cairan
Dehidrasi berat, deficit cairan: 10%
Dehidrasi berat = Defisit x BB (gr)
= 10% x 50000
=5000 ml (5L)
Rehidrasi cepat