Anda di halaman 1dari 14

ADHD

Attention Deficit Hyperaktivity Disorder


PENGERTIAN
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas
motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang
tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai
keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan
tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang
duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering
digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan
suka membuat keributan
ETIOLOGI

1. Faktor neurologik 3. Faktor genetik

4. Faktor psikososial
2. Faktor toksik
dan lingkungan
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi ADHD atau di indonesia dikenal dengan GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktif) memang tak jelas. Ada sejumlah teori yang membicarakan patofisiologi ADHD.
Penelitian pada anak ADHD telah menunjukkan ada penurunan volume korteks prefrontal
sebelah kiri, Penemuan ini menunjukkan bahwa gejala ADHD inatensi, hiperaktivitas dan
impulsivitas menggambarkan adanya disfungsi lobus frontalis, tetapi area lain di otak khususnya
cerebellum juga terkena.
Kelambatan perkembangan terutama pada lobus temporal dan korteks frontalis yang dipercaya
bertanggung jawab pada kemampuan mengontrol dan memusat-kan proses berpikirnya.
Sebaliknya, korteks motorik pada anak hiperaktif terlihat berkembang lebih cepat matang
daripada anak normal, yang mengakibatkan adanya perkembangan yang lebih lambat dalam
mengontrol tingkah lakunya, namun ternyata lebih cepat dalam perkembangan motorik, sehingga
tercipta gejala tak bisa diam, yang khas pada anak ADHD. Hal ini menjadi alasan bahwa
pengobatan stimulansia akan mempengaruhi faktor pertumbuhan dari susunan saraf pusat.
MANIFESTASI KLINIS

3. Impulsivitas atau Perilaku


2. Hiperaktivitas Impulsif
1. Inatensi

Yaitu anak ADHD juga Anak yang menderita ADHD


Yaitu anak ADHD menujukkan menunjukkan aktivitas yang pada umumnya tidak mampu
kesulitan memusatkan perhatian sangat berlebihan atau tidak menghambat tingkah lakunya
dibandingkan dengan anak sesuai dengan tingkat pada waktu memberikan respon
normal dengan umur dan jenis perkembangannya, baik terhadap tuntutan situasional
kelamin yang sama. aktivitas motorik maupun dibandingkan dengan anak
verbal. normal dengan umur dan jenis
kelamin yang sama
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau
hipotiroid yang memperberat masalah
• Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan)
• Tes psikologis sesuai indikasi
• Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik
(misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain,
infeksi SSP)
KOMPLIKASI

1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.

2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan


aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi).

3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku agresif dan
kata-kata yang diungkapkan).
PENGKAJIAN

1) Pengkajian riwayat penyakit


2) Penampilan umum dan perilaku motorik
3) Mood dan afek
4) Proses dan isi pikir
Sensorium dan proses intelektual
Penilaian dan daya tilik diri
6) Konsep diri
7) Peran dan hubungan
8) Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
DIAGNOSA
a. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
b. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
c. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kelainan fungsi dari system
keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran
anak.

d. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi.
INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL

Harga diri rendah Tujuan : 1) Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapai adalah
situasional Anak memperlihatkan perasaan- realistis.
berhubungan dengan perasaan nilai diri yang meningkat 2) Sampaikan perhatian tanpa persyaratan untuk pasien.
koping individu tidak saat pulang, dengan criteria hasil : 3) Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis
efektif 1. Ekspresi verbal dari aspek- dan pada aktivitas-aktivitas kelompok.
aspek positif tentang diri, 4) Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif
pencapaian masalalu dan dari diri anak.
prospek-prospek masa depan
5) Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai
2. Mampu mengungkapkan
suatu mekanisme bersikap membela.
persepsi yang positif tentang
diri 6) Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam
mengalami rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti
aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL

Risiko cedera berhubungan Tujuan : 1) Observasi perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui
aktivitas sehari – hari dan interaksi untuk menghindari
dengan hiperaktivitas dan Anak tidak akan melukai diri timbulnya rasa waspada dan kecugiaan.
perilaku impulsif sendiri atau orang lain dengan
2) Observasi perilaku–perilaku yang mengarah pada tindakan
kriteria hasil
bunuh diri.
3) Tentukan maksud dan alat – alat yang memungkinkan untuk
1. Darurat dipertahankan pada bunuh diri. Tanyakan “apakah anda memiliki rencana untuk
bunuh diri?” dan “bagaimana rencana anda untuk
tingkat di mana pasien merasa
melakukannya?”
tidak perlu melakukan regresi.
2. Anak mencari staf untuk 4) Dapatkan kontrak verbal atau tertulis dari anak yang
menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakakan diri
mendiskusikan perasaan –
sendiri dan menyetujui untuk menemukan staf pada kondisi
perasaan yang sebenarnya.
dimana pemikiran kearah tersebut muncul.
5) Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk
menerima perasaan-perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri.
Apakah anak telah menyimpan suatu: buku catatan kemarahan
“dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan.
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL

Ketidakefektifan koping Tujuan: 1) Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis.


individu berhubungan Anak mengembangkan dan 2) Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak.
dengankelainan fungsi menggunakan keterampilan
dari sistem keluarga dan koping yang sesuai dengan umur 3) Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke
perkembangan ego yang dan dapat diterima sosial dengan satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok.
terlambat, serta kriteria hasil: 4) Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek
penganiayaan dan 1. Anak mampu penundaan positif dari dan dalam mengembangkan rencana-
penelantaran anak. pemuasan terhadap rencana untuk merubah karakteristik yang melihatnya
keinginannya, tanpa terpaksa sebagai negatif.
untuk menipulasi orang lain. 5) Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan
2. Anak mampu sebagai suatu mekanisme bersikap membela.
mengekspresikan kemarahan Memberikan bantuan yang positif untuk identifikasi
dengan cara yang dapat
masalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku
diterima secara social
koping yang lebih adaptif.
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL

Defisit pengetahuan Tujuan: 1) Berikan lingkungan yang tenang, ruang kelas berisi
tentang kondisi, Mengungkapkan secara dirinya sendiri, aktivitas kelompok kecil. Hindari
prognosis, perawatan verbal pemahaman tentang tempat yang terlalu banyak stimulasi, seperti bus
diri dan kebutuhan
penyebab masalah perilaku, sekolah, kafetaria yang ramai, aula yang banyak.
terapi berhubungan
perlunya terapi dalam
dengan kurang 2) Beri materi petunjuk format tertulis dan lisan dengan
sumber informasi, kemampuan perkembangan
dengan kriteria hasil: penjelasan langkah demi langkah.
interpretasi yang salah
tentang informasi 1. Berpartisipasi dalam 3) Ajarkan anak dan keluarga tentang penggunaan
pembelajaran dan m, ulai psikostimulan dan antisipasi respons perilaku.
bertanya dan mencari
informasi secara mandiri.
2. Mencapai tujuan kognitive
yang konsisten sesuai
tingkat temperamen.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai