Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

KASUS –
KEJANG
DEMAM
SEDERHANA

Clinical Science Session

- Priscillia Claudia -
Identitas Pasien
– Nama : AES
– Usia :2 tahun
– Jenis Kelamin : laki – laki
– Alamat : Gunung Sitember
– Nomor RM : 160532
– Tanggal masuk RS : 26/01/2019 (pukul
20.05)
Anamnesis
alloanamnesis
Keluhan utama : kejang

Keluhan tambahan : demam, batuk, pilek, muntah

Riwayat penyakit sekarang :


• Pasien datang dengan keluhan kejang 1 jam SMRS.
• Durasi kejang ± 10 menit.
• Kejang pada seluruh tubuh, kedua tangan & kaki, mata mendelik
ke atas.
• Kejang berhenti sendiri, setelah kejang anak langsung menangis.
• Kejang tidak berulang.
• Ibu pasien mengatakan 3 hari sebelum masuk rumah sakit
pasien mengalami batuk dan pilek yang kemudian diikuti dengan
demam sejak 1 hari. Muntah 1x.

• Awalnya demam tidak begitu tinggi, dan demam turun setelah


pemberian obat penurun demam.

• Kemudian dimalam harinya pasien kembali demam, suhu


langsung tinggi dan saat diukur suhu tubuh pasien mencapai
39,4◦C
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat trauma disangkal
- Riwayat kejang saat demam (+) saat anak berusia 20 bulan, dirawat di RS
selama 4 hari.

Riwayat Penggunaan Obat :


- Paracetamol sirup 1 sendok, diberikan 1x, terakhir diminum pagi (± 7 jam
SMRS)

Riwayat Penyakit Keluarga: -

Riwayat Kehamilan dan persalinan:


- Ibu pasien ANC teratur ke bidan dan dokter kandungan. Sakit sewaktu
hamil disangkal oleh ibu pasien
- Lahir melalui persalinan normal, cukup bulan, langsung menangis, BBL
3000gr, PBL 48 cm
Riwayat Imunisasi: tidak jelas, menurut ibu pasien lengkap sesuai waktu.

Data antropometri :
- Berat Badan : 13 kg
- Panjang badan : 90 cm
- BB/U : -2SD s/d +2 SD
- PB/U : -2SD s/d +2 SD
- BB/PB : -2SD s/d +2 SD
- Status Gizi : Normal
Pemeriksaan Fisik
Vital signs

– Keadaan Umum : Baik


– Kesadaran : Compos Mentis
– Nadi : 109 x/menit, kuat, reguler
– Pernafasan : 31 x/menit
– Suhu : 39,3◦C (axial)
– Keadaan Gizi : Gizi baik
- Kepala : normocephal

- Mata : Conjunctiva anemis(-/-), sklera ikterik (-/-) Pupil bulat


isokor 3 mm/3 mm, refleks cahaya (+/+)

- Telinga : Serumen (-/-), Sekret (-/-)


- Hidung: sekret +, purulen, konka hiperemis (+/+)
- Tonsil : T1/T1, hiperemis (+)
- Faring : Hiperemis (+)

- Leher : Kaku kuduk (-), Pembesaran KGB : Tidak ada


Thorax
– Paru :
• Inspeksi : simetris
• Palpasi : fremitus kanan = kiri
• Perkusi : sonor kanan = kiri
• Auskultasi : VBS +/+, ronkhi - / - , wheezing -/-
– Jantung:
• Inspeksi : Ictus cordis terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba.
• Perkusi : Tidak dilakukan
• Auskultasi : BJ I > BJ II, regular, murmur(-)
- Abdomen : tidak distensi, soepel, bising usus normal, timpani,
nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar.

- Extremitas : akral hangat, CRT <2 detik, sianosis -/-, refleks


fisiologis (+), refleks patologis (-)

- Genitalia dan anus : tidak diperiksa

- Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk (-), laseq (-), kernig (-)
Pemeriksaan Penunjang
– Darah rutin (3/12/2015)
• Hemoglobin : 12.4 mg/dl
• Hematokrit : 36.0 %
• Eritrosit :4.72 /mm3
• Trombosit : 455.000 /mm3
• Leukosit : 24.200 /mm3

– GDS (3/12/2015)
• 165 mg/dl
Diagnosis
1. Kejang demam sederhana

Dasar diagnosis:
 Anamnesis: Kejang tidak berulang dalam 24 jam,
lama kejang 10 menit, kejang seluruh tubuh,
sadar di antara waktu kejang
 PF: Suhu : 39.3oC, kaku kuduk (-)
2. Febris e.c
rhinotonsilofaringitis akut

Dasar diagnosis :
 anamnesis : batuk dan pilek sejak 3 hari,
disertai demam 1 hari terakhir
PF: S: 39.3oC, konka hiperemis, sekret +
purulen, faring hiperemis, tonsil hipremis
Lab: leukosit : 24.200 /mm3 ,
Penatalaksanaan
– O2 nasal kanul 1-2 lpm
– IVFD RL 30 tpm mikro
– Inj. Ceftriaxone 500 mg/12 jam
– Inj. Santagesic 200 mg/8 jam (KP)
– Stesolid supp 10 mg bila kejang
– Paracetamol syr 3 x 11/2 cth rutin
– Cetirizin syr 2 x 1 cth
– Ambroksol 3 x cth 1
Prognosis
– Quo ad vitam : dubia ad bonam
– Quo ad functionam : dubia ad bonam
– Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Follow Up

27/01/19

S: demam (+) semalam, pilek (+), batuk (+), kejang (-)

O: KU: Tampak sakit sedang, Kes: E4M6V5, CM


S: 37,3oC, RR 28x/m, N 115x/m
Tonsil T2/T2 hiperemis, farings hiperemis
A: Kejang demam sederhana
Febris ec rhinotonsilofaringitis

P:
• O2 1-2 L/menit (saat kejang, jika perlu)
• IVFD RL 30 tpm mikro
• Inj. Ceftriaxone 500 mg/12 jam
• Inj. Santagesic 200 mg/8 jam (KP)
• Stesolid supp 10 mg bila kejang
• Paracetamol syr 4 x 11/2 cth rutin
• Cetirizin syr 2 x 1 cth
• Ambroksol syr 3x1cth
28/01/19

S: Demam (+) semalam, batuk dan pilek sudah berkurang

O:KU: Tampak sakit sedang, Kes: E4M6V5, CM


S: 36,8 oC, RR 26x/m, N 100x/m
Tonsil T2/T2 hiperemis, faring hiperemis(-)

A: Kejang demam kompleks


Febris ec rhinofaringitis akut

P:
• IVFD RL 30 tpm mikro
• Inj. Ceftriaxone 500 mg/12 jam
• Inj. Santagesic 200 mg/8 jam (KP)
• Stesolid supp 10 mg bila kejang
• Paracetamol syr 3 x 11/2 cth rutin
• Cetirizin syr 2 x 1 cth
• Ambroksol syr 3x1cth
29/01/19

S: keluhan (-)

O:KU: Tampak sakit ringan, Kes: E4M6V5, CM


S: 37,0oC, RR 26x/m, N 100x/m
Tonsil T1/T1, hiperemis (-), faring hiperemis(-)

A: Kejang demam kompleks


Febris ec rhinofaringitis akut

P:
• Rencana berobat jalan
Obat pulang:
• Paracetamol syr 3 x 11/2 cth
• Cetirizin syr 2 x 1 cth
• Ambroksol syr 3x1cth
• Cefixime syrup 2 x cth ½
PEMBAHASAN

Kejang Demam
Definisi

– Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada


kenaikan suhu tubuh (suhu rektal ≥380C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium .
– terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.
– Dibagi menjadi 2 yaitu :
o kejang demam sederhana
o kejang demam kompleks
Kejang demam sederhana Kejang demam kompleks
– berlangsung singkat, kurang dari – Kejang lama > 15 menit
15 menit, dan umumnya akan – Kejang fokal atau parsial satu sisi,
berhenti sendiri atau kejang umum didahului
– Kejang umum tonik dan atau kejang parsial
klonik, tanpa gerakan fokal. – Berulang atau lebih dari 1 kali
– Kejang tidak berulang dalam dalam 24 jam
waktu 24 jam.
– Merupakan 80% di antara seluruh
kejang demam.

Livingston criteria
Modified Livingston Criteria

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun


2. Kejang hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum.
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya
demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu
sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak
melebihi 4 kali
Faktor Risiko
– Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
– Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam
adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan
berulangnya kejang demam hanya 10%-15%.
– Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.
Penatalaksanaan
Pengobatan fase akut
• prioritas utama  menjaga jalan nafas tetap terbuka. Pakaian
dilonggarkan, posisi anak dimiringkan untuk mencegah aspirasi.

• Pengisapan lendir dan pemberian oksigen harus dilakukan teratur,


kalau perlu dilakukan intubasi.

• Keadaan dan kebutuhan cairan, kalori dan elektrolit harus


diperhatikan.

• Suhu tubuh diturunkan  pemberian antipiretik (asetaminofen oral


10 mg/kgBB, 4 kali sehari atau ibuprofen oral 20 mg/kg BB 4 kali
sehari).
Pengobatan fase akut
• diazepam merupakan obat pilihan utama untuk kejang demam ,
karena diazepam mempunyai masa kerja yang singkat.

• Diazepam dapat diberikan secara intravena atau rektal, jika diberikan


intramuskular absorbsinya lambat.

• Dosis diazepam pada anak adalah 0,3 mg/kg BB

• Jika jalur intravena belum terpasang, diazepam dapat diberikan per


rektal dengan dosis 5 mg bila berat badan kurang dari 10 kg dan 10
mg pada berat badan lebih dari 10 kg.
Prognosis

– Dengan penatalaksanaan yang cepat dan tepat


maka prognosis akan lebih baik.
– Angka kematian hanya 0,64% - 0,75%. Sebagian
besar penderita kejang demam sembuh
sempurna, sebagian berkembang menjadi
epilepsy sebanyak 2% - 7%.
– Kejang demam dapat mengakibatkan gangguan
tingkah laku serta penurunan intelegensi dan
pencapaian tingkat akademik.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai