Anda di halaman 1dari 14

LIMFADENITIS TUBERKULOSIS

PEMBIMBING :
Erni Zetri
dr. David I. Tambunan, Sp.B
NPM 102117005 dr. H. Abdi Gunawan, Sp.B

KKS ILMU BEDAH RSUD DR. R.M DJOELHAM BINJAI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
TAHUN 2018
DEFINISI

limfadenitis tuberculosis (TB) merupakan peradangan pada


kelenjar limfe atau getah bening yang disebabkan oleh basil
tuberculosis. Limfadenitis TB atau TB kelenjar getah bening
termasuk salah satu penyakit TB di luar paru (Tb-extraparu).
ETIOLOGI
Limfadenitis TB disebabkan oleh M.tuberculosis complex, yaitu
M.tuberculosis (pada manusia), M.bovis (pada sapi), M.africanum, M.canetti
dan M.caprae. Secara mikrobiologi, M.tuberculosis merupakan basil tahan
asam yang dapat dilihat dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen atau Kinyoun-
Gabbett. Pada pewarnaan tahan asam akan terlihat kuman berwarna merah
berbentuk batang halus berukuran 3 x 0,5μm.

Gambar : Mycobacterium tuberculosis, dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen


pembesaran 1000x
EPIDEMIOLOGI

Tuberkulosis ekstraparu telah memberikan


kontribusi yang besar dalam kejadian TB terutama
pada pasien yang menderita imunodefisiensi
akibat HIV (45-70%) dibandingkan yang tidak
menderita HIV AIDS (15%) . Limfadenitis TB
merupakan TB ekstraparu paling sering. Menurut
jenis kelamin, perempuan lebih sering terkena
dibandingkan laki-laki dengan perbandingan
68:31.
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
Beberapa pasien dengan limfadenitis TB dapat menunjukkan
gejala sistemik yaitu seperti demam, penurunan berat badan,
fatigue dan keringat malam. Lebih dari 57% pasien tidak
menunjukkan gejala sistemik.

Menurut Jones dan Campbell dalam Mohapatra (2009)


limfadenopati tuberkulosis perifer dapat diklasifikasikan ke
dalam lima stadium yaitu:
• Stadium 1, pembesaran kelenjar berbatas tegas, mobile
dan diskret
• Stadium 2, pembesaran kelenjar yang kenyal serta terfiksir
ke jaringan sekitar oleh karena adanya periadenitis
• Stdium 3, perlunakan di bagian tengah kelenjar (central
softening) akibat pembentukan abses
• Stadium 4, pembentukan collar-stud abscess
• Stadium 5, pembentukan traktus sinus
DIAGNOSIS

• Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap, pewarnaan BTA,


pemeriksaan radiologis, dan biopsi aspirasi jarum halus dapat
membantu dalam membuat diagnosis awal yang dapat digunakan
sebagai pedoman dalam memberikan pengobatan sebelum diagnosis
akhir dapat dibuat berdasarkan biopsi dan kultur.

• Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah


bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis
tumor), kadang-kadang di daerah ketiak.
Pemeriksaan penunjang
• meliputi pemeriksaan mikroskopis dan kultur. Pemeriksaan
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen.
Spesimen untuk pewarnaan dapat diperoleh dari sinus atau
Mikrobiologi biopsi aspirasi.

• Pemeriksaan intradermal ini (Mantoux Test) dilakukan untuk


menunjukkan adanya reaksi imun tipe lambat yang spesifik
Tes Tuberkulin untuk antigen mikobakterium pada seseorang.
• Reagen yang digunakan adalah protein purified derivative(PPD).

Pemeriksaan • Spesimen untuk pemeriksaan sitologi diambil dengan


menggunakan biopsi aspirasi kelenjar limfe.
Sitologi

Pemeriksaan • Foto toraks, USG, CT scan dan MRI leher dapat dilakukan untuk
membantu diagnosis limfadenitis TB
Radiologis
DIAGNOSIS BANDING
1. Parotitis pembesaran kelenjar parotitis akibat
infeksi virus, sudut rahang bawah dapat
menghilang karena bengkak

2. Kista duktus tiroglosus berada di garis tengah dan bergerak


dengan menelan

3. Kista dermoid benjolan di garis tengah dapat padat atau


berisi cairan

4. Hemangioma kelainan pembuluh darah sehingga timbul


benjolan berisi jalinan pembuluh darah,
berwarna merah atau kebiruan
PENATALAKSANAAN
Tahap Intensif
• Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap
hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan obat.
• Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu.
• Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA
negatif (konversi) dalam 2 bulan

Tahap Lanjutan
• Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih
sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama
• Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
(dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Regimen pengobatan yang digunakan pada tahap lanjutan
adalah :

Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan. Kemudian
diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam
seminggu selama 4 bulan.

Kategori 2 ( 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3 )


Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniasid (
H) , Rifampisin ( R), Pirasinamid ( Z),dan Etambutol ( E) setiap hari . Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga
kali dalam seminggu.

Kategori 3 (2HRZ/4H3R3).
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ),
diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali
seminggu.
KOMPLIKASI
• Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi
akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke
1. Pembentukan
abses
dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.

• Sepsis adalah kondisi medis yang berpotensi berbahaya


atau mengancam nyawa, yang ditemukan berhubungan
2. Sepsis dengan infeksi yang diketahui atau dicurigai.

• Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran


kelenjar getah bening, padat/keras, multiple dan dapat
3. Fistula berkonglomerasi satu sama lain.
PROGNOSIS

Prognosis umumnya baik jika jangka waktu


pemberian obat pada penderita tepat,
pasien meminum obat yang teratur sesuai
dengan dosis yang telah ditentukan, serta
tidak adanya gangguan immunologis

Anda mungkin juga menyukai