Anda di halaman 1dari 10

REFLEKSI

KASUS

\
Identitas pasien

Nama : NY. H
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 01-01-1955 / 45 tahun
Alamat : Desa Bina
Status pernikahan : Sudah menikah
Pendidikan terakhir :-
Pekerjaan : URT
Agama : Islam
Tanggal pemeriksa : 05 Desember 2017
Tempat Pemeriksaan : Bagian Poli Jiwa
Skenario
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan jantung
sering berdebar-debar, sesak napas, perasaan tidak enak dan
sering gelisah. Keluhan sering timbul pada saat mau tidur
sehingga pasien sulit untuk tidur di malam hari. Pasien juga
merasakan sakit kepala dan mudah lelah. Keluhan yang di
rasakan kurang lebih sudah dari tahun 2006.

Dahulu juga pasien mengeluhkan hilangnya napsu makan


dan Pasien biasa merasakan kesedihan hingga pasien
menangis. Pasien mengaku apabila keluarga anak pasien
mendapat masalah, pasien sering memirkannya dan merasa
tidak berguna. Namun pasien merasa nyman dan senang
apabila pasien pergi bersantai dengan tetangga atau
kerabatnya.
Emosi yang terlibat
Kasus ini menarik untuk dibahas karena hal-hal berikut:
a. Kenapa pasien sering merasa gelisah ?
b. Kenapa pasien merasakan sakit kepala ?
c. Kenapa pasien sulit untuk tidur dimalam hari ?

Evaluasi
• Pengalaman baik
Pada saat pasien di wawancara, pasien menjawab sesuai
dengan pertnyaan
• Pengalaman buruk
Pasien tidak mau diwawancara lama.
Analisis
Berdasarkan dari anamnesi pasien di dapatkan pasien
mengalami gangguan campuran ansietas depresif dari
keluhan pasien yang merasa sedih hingga menangis, sulit
untuk tidur,mudah lelah, rasa khawatir dan rasa tidak
berharga yang di alami sudah dari tahun 2006. Perasaan
gelisah yang sering timbul merupakan pengaruh dari reaksi
fisik kecemasan yaitu pada bagian Bed nucleus dari Stria
terminalis di mana Peran dari Bed nucleus dari Stria
terminalis ini melanggengkan respons rasa takut namun
menyebabkan kegelisahan dalam jangka panjang.
Analisis

Keluhan yang di rasakan adanya sakit kepala karena di


pengaruhi oleh sistem saraf otonom dimana Sistem saraf
otonom menunjukkan bersifat hipersensitif dan mempunyai
reaksi yang berlebihan terhadap berbagai jenis stimulus
atau rangsangan serta peningkatan tonus simpatik.
Stimulasi sistem saraf otonom menimbulkan gejala tertentu
pada kardiovaskular (contohnya takikardi), muskular
(contohnya sakit kepala), gastrointestinal (contohnya
diare), dan pernapasan (contohnya takipneu).
Analisis
Adanya gangguan tidur yang di alami oleh pasien akibat
dati aktivitas serotonin berkurang di mana serotonin
bertanggung jawab untuk kontrol regulasi tidur dan nafsu
makan. Gangguan regulasi hormon dapat menyebabkan
hal tersebut yaitu kortisol. Peningkatan kortisol akan
menyebabkan mekanisme umpan balik ke hipotalamus
untuk mengurangi sekresi Corticotrophin Releasing
Hormone (CRH). Sistem CRH merupakan sistem yang
paling terpengaruh oleh stresor, sehingga adanya stresor
akan menyebabkan peningkatan sekresi CRH dan
penurunan sensitivitas reseptor CRH yang pada akhirnya
sekresi kortisol juga terganggu.
Analisis
Pendekatan psikoterapeutik dapat melibatkan pendekatan yang
terbatas waktu seperti terapi kognitif atau modifikasi perilaku.
Farmakoterapi untuk gangguan campuran ansietas-depresif
dapat mencakup obat antiansietas. obat antidepresif, atau
keduanya. Di antara obat ansiolitik, sejumlah data menunjukkan
bahwa penggunaan triazolobenzodiazepin (contohnya
alprazolam) dapat diindikasikan karena efektivitasnya dalam
mengobati depresi yang disertai ansietas. Obat yang
memengaruhi reseptor 5-HT seperti buspiron, juga dapat
diindikasikan. Antidepresan serotonergik (contohnya. fluoxetine)
dapat menjadi obat yang paling efekt dalam mengobati gangguan
campuran ansietas depresif.
Kesimpulan

• Gangguan campuran ansietas depresif memiliki


kemungkinan untuk memiliki gejala ansietas yang
menonjol, gejala depresif yang menonjol atau
campuran dua gejala dengan besar yang sama.

• Dapat di katakan gangguan campuran ansietas


depresif aapabila gejala mood disforik dan empat
kriteria atau lebih dari 10 kriteria selama 1 bulan.
REFLEKSI
KASUS

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai