• Pada anamnesis kasus trauma mata ditanyakan mengenai proses terjadi trauma,
benda apa yang mengenai mata tersebut, bagaimana arah datangnya benda yang
mengenai mata tersebut apakah dari depan, samping atas, bawah dan bagaimana
kecepatannya waktu mengenai mata.
• Perlu ditanyakan pula berapa besar benda yang mengenai mata dan bahan benda
tersebut apakah terbuat dari kayu, besi atau bahan lain.
• Apabila terjadi penurunan penglihatan, ditanyakan apakah pengurangan penglihatan
itu terjadi sebelum atau sesudah kecelakaan.
• Ditanyakan juga kapan terjadinya trauma. Apakah trauma disertai dengan keluarnya
darah dan rasa sakit dan apakah sudah dapat pertolongan sebelumnya.
PEMERIKSAAN FISIK
• Pada pasien yang sadar dan kooperatif, visus harus dinilai:
• Untuk menilai tajam penglihatan pada pasien yang berbaring di tempat tidur dapat digunakan kartu
baca.
• Jika terdapat ekimosis dan edema pada palpebra, dapat digunakan spekulum namun sebelumnya
diberikan anestesi topikal.
• Segmen anterior idealnya diperiksa dengan menggunakan slit lamp:
• Perhatikan apabila terdapat laserasi kornea-sklera. Lokasi dan lebar laserasi dicatat.
• Jika terdapat prolaps intraokuler melalui laserasi maka pemeriksaan selanjutnya harus dilakukan di
dalam kamar operasi.
• Pengukuran tekanan intraokular juga perlu dilakukan, karena tekanan pada bola mata dapat
menimbulkan keluarnya isi bola mata.
• Ukuran dan bentuk pupil harus dicatat, serta reaksi terhadap cahaya. Jika
memungkinkan dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat defek pupil
aferent yang relatif.
• Tes konfrontasi untuk mengetahui lapangan pandang harus dilakukan.
• Mata yang sehat juga perlu diperiksa, termasuk pemeriksaan fundus
• Setelah ditegakkan diagnosa laserasi kornea-sklera, maka mata dibebat dan tidur
dengan menggunakan bantal yang ditinggikan.
• Gejala-gejala lain seperti nyeri, mual dan muntah harus diberikan obat-obat
simptomatik.
1. ORBITA
• Trauma tumpul orbita yang kuat dapat menyebabkan bola mata terdorong
dan menimbulkan fraktur orbita.
• Fraktur orbita sering merupakan perluasan fraktur dari maksila yang
diklasifikasikan menurut Le Fort, dan fraktur tripod pada zygoma yang akan
mengenai dasar orbita.
• Pada soft-tissue dapat menyebabkan perdarahan disertai enoftalmus dan
paralisis otot-otot ekstraokular yang secara klinis tampak sebagai strabismus.
• Diplopia dapat disebabkan kerusakan neuromuskular langsung atau edema isi
orbita.
• Dapat pula terjadi penjepitan otot rektus inferior orbita dan jaringan di
sekitarnya. Apabila terjadi penjepitan, maka gerakan pasif mata oleh forseps
menjadi terbatas.
PENANGANAN
Dislokasi Lensa
• Dislokasi lensa terjadi karena putusnya zonula zinii yang akan
mengakibatkan kedudukan lensa terganggu. Bila zoluna ziniii putus maka
lensa akan mengalami luksasi ke depan (luksasi anterior) atau luksasi ke
belakang (luksasi posterior)
Subluksasi Lensa
• Terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinii sehingga lensa berpindah
tempat, subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita
kelainan pada zonula zinii yang rapuh
Luksasi lensa anterior
• Bila seluruh zonula zinii disekitar ekuator putus maka lensa dapat masuk
kedalam bilik mata depan sehingga akan terjadi gangguan pengaliran keluar
cairan bilik mata yang dapat mengakibatkan glaukoma kongestif akut.
Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai rasa sakit
yang sangat, muntah, mata merah dengan blefarospasme.
Luksasi lensa posterior
• Akibat putusnya zonula zinii diseluruh lingkaran ekuator sehingga lensa
jatuh kedalam badan kaca dan tenggelam dibawah polus posterior fundus
okuli. Pasien mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat
lensa yang mengganggu kampus. Mata akan menunjukkan gejala mata
tanpa lensa , pasien akan melihat normal dengan lensa + 12,0 dioptri untuk
jauh , bilik mata depan dalam dan iris tremulans.
8. Retina
• Edema retina terutama makula sering terjadi pada kontusio dan konkusio okuli. Bila
hebat dapat meninggalkan bekas yang permanen.
• Pada edem makula, tampak retina di sekeliling makula berwarna putih ke abu-abuan
dengan bintik merah di tengahnya, menyerupai gambaran oklusi arteri retina sentralis.
• Edema dapat berkembang menjadi kistik atau macular hole. Bila edema tidak hebat,
hanya akan meninggalkan pigmentasi dan atrofi. Segera setelah trauma, terjadi
vasokonstriksi yang diikuti oleh vasodilatasi, menyebabkan edema dan perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi di retina, subhyaloid, atau bahkan dapat ke vitreus, sehingga
pada penyembuhannya menyebabkan retinopati proliferatif.3,4
Ablasio retina pada kontusio dan konkusio dapat terjadi akibat:
• - Kolaps bola mata yang tiba-tiba akibat ruptur
• - Perdarahan koroid dan eksudasi
• - Robekan retina dan koroid
• - Traksi fibrosis vitreus akibat perdarahan retina atau vitreus.
• - Adanya degenerasi retina sebelumnya, trauma hanya sebagai pencetus.
• Prognosis pelepasan retina akibat trauma adalah buruk, karena adanya cedera makula, robekan
besar di retina, dan pembentukan membran fibrovaskular intravitreus. Vitrektomi merupakan
tindakan yang efektif untuk mencegah kondisi tersebut.
KESIMPULAN
• Trauma tumpul merupakan trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras
sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya.
• Trauma tumpul dapat dibedakan menjadi dua yaitu kontusio yang merupakan
kerusakan yang disebabkan oleh kontak langsung dengan benda dari luar dan
konkusio yang merupakan kerusakan tidak langsung.
• Trauma tumpul biasanya terjadi karena kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan,
cedera olahraga, dan kecelakaan lalu lintas.
• Trauma tumpul dapat menimbulkan kerusakan jaringan dari palpebra sampai
dengan saraf optikus berupa kerusakan molekuler, reaksi vaskuler, dan robekan
jaringan.
• Diperlukan anamnesis ,pemeriksaan fisik yang cermat. Untuk evaluasi dapat
dilakukan pemeriksaan visus, slit lamp (untuk mengetahui kerusakan struktur mata
bagian anterior) dan funduskopi (untuk mengetahui kerusakan bagian posterior).
Pengukuran tekanan intra okular juga perlu dilakukan mengingat kemungkinan
terjadinya glaukoma pada pasien.
• Manajemen terapi yang cepat dan tepat menentukan prognosis. Prinsip
penanganan trauma tumpul bola mata adalah apabila tampak jelas adanya ruptur
bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai pasien mendapat
anestesi umum.
TERIMAKASIH