Anda di halaman 1dari 13

KOMPETENSI

GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA


KELOMPOK 2 :

DIKI PRANATAL RAMBA SIBANNANG


LIA ASWIKA VIAKOSTA
REZKY PURNAMA ANANDA
INDDI NURSYAFITRI HAMSARI

PEMBIMBING KLINIK
dr. Dewi Suryani Sp.KJ
PENDAHULUAN

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan sindrom


kecemasan, labilitas otonomik, dan mengalami kilas balik dari
pengalaman yang amat pedih setelah stres fisik maupun emosi
yang melampaui batas ketahanan orang biasa. Selain itu, PTSD
dapat pula didefinisikan sebagai keadaan yang melemahkan fisik
dan mental secara ekstrem yang timbul setelah seseorang melihat,
mendengar, atau mengalami suatu kejadian trauma yang hebat
dan atau kejadian yang mengancam kehidupannya
EPIDEMIOLOGI

Prevalensi seumur hidup gangguan stress pasca traumatic


diperkirakan dari 1- 3 % populasi umum, walaupun suatu tambahan
5 – 15% mungkin mengalami bentuk gangguan yang subklinis.
Diantara kelompok resiko tinggi yang merupakan anggota yang
mengalami peristiwa traumatic, angka prevalensi seumur hidup
terentang dari 5-75%.
Walaupun gangguan stress pascatraumatik dapat tampak pada
setiap usia, gangguan ini paling menonjol pada dewasa muda,
karena sifat situasi yang mencetuskannya. Trauma pada laki-laki
biasanya pengalaman peperangan, dan trauma untuk wanita
biasanya paling sering adalah penyerangan atau pemerkosaan.
ETIOLOGI

A. STRESOR
Stresor adalah penyebab utama dalam perkembangan gangguan stress
pascatraumatik.Tetapi tidak semua orang akan mengalami gangguan stress pascatraumatik
setelah suatu peristiwa traumatik. Walaupun stressor diperlukan,namun stressor tidak cukup untuk
menyebabkan gangguan. Faktor-faktor yang harus ikut dipertimbangkan adalah faktor
biologis individual, faktor psikososial sebelumnya dan peristiwa yang terjadi setelah trauma.
Penelitian terakhir pada gangguan stres pascatraumatik sangatmenekankan pada
respon subjektif seseorang terhadap trauma ketimbangberatnya stresor itu sendiri. Walaupun
gejala gangguan stres pascatraumatik pernah dianggap secara langsung sebanding dengan
beratnya stresor, penelitian empiris telah membuktikan sebaliknya. Jika dihadapkan dengan
trauma yangberat, sebagian orang tidak akan mengalami gangguan stres pascatraumatik.
Sebaliknya peristiwa yang mungkin tampaknya biasa atau kurang berbahayabagi
kebanyakan orang mungkin dapat menyebabkan gangguan stress pascatraumatik
pada beberapa orang karena arti subjektif dari peristiwa tersebut
ETIOLOGI
B. FAKTOR PSIKODINAMIKA
Model kognitif dari gangguan stres pascatraumatik menyatakan bahwa
orang yang terkena stres pascatraumatik tidak mampu memproses atau
merasionalkan trauma yang mencetuskan gangguan.Mereka terus mengalami stres
dan berusaha untuk tidak mengalami kembali stres dengan teknik menghindar.
Sesuai dengan kemampuan parsial mereka untuk mengatasi peristiwa secara
kognitif, pasien mengalami periode mengakui peristiwa dan menghambatnya
secara berganti-ganti.Model perilaku dari gangguan stres pascatraumatik
menyatakan bahwa gangguan memiliki dua fase dalam perkembangannya.
Pertama, trauma(stimulus yang tidak dibiasakan) adalah dipasangkan, melalui
pembiasaan klasik dengan stimulus yang dibiasakan (pengingat fisik atau mental
terhadap trauma). Kedua, melalui pelajaran instrumental, pasien mengambangkan
pola penghindaran terhadap stimulus yang dibiasakan maupun stimulus yang tidak
dibiasakan.
ETIOLOGI
C. FAKTOR BIOLOGIS
Teori biologis tentang gangguan stres pascatraumatik telah
dikembangkan dari penelitian praklinik dari model stres pada binatang dan dari
pengukuran variable biologis dari populasi klinis dengan gangguan stress
pascatraumatik. Banyak system neurotransmitter telah dilibatkan dalam
kumpulan data tersebut. Model praklinik pada binatang tentang
ketidakberdayaan, pembangkitan, dan sensitisasi yang dipelajari telah
menimbulkan teori tentang norepinefrin, dopamine, opiat endogen, dan
reseptor benzodiazepine dan sumbu hipotalamus, hipofisis adrenal. Pada
populasi klinis,data telah mendukung hipotesis bahwa system noradrenergik
dan opiatendogen, dan juga sumbu hipotalamus-hipofisis adrenal, adalah
hiperaktif pada sekurangnya beberapa pasien dengan gangguan stres
pascatrauamtik
KRITERIA DIAGNOSTIK
A. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari berikut ini terdapat :
1. Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu kejadian atau kejadian kejadian
yang berupa ancaman kematian atau kematian yang sesungguhnya atau cedera yang serius,
atau ancaman kepada integritas fisik diri atau orang lain.
2. Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat, rasa tidakberdaya atau horor.

B. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu (ataulebih) cara berikut :
1. Rekoleksi yang menderitakan, rekuren, dan mengganggu tentang kejadian,termasuk angan pikiran
atau persepsi.
2. Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian.
3. Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali (termasuk perasaan
penghidupan kembali pengalaman kembali pengalaman, ilusi, halusinasi dan episode kilas balik
disosiatif, termasuk yang terjadi saat terbangun atau saat terintoksikasi).
4. Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tandainternal atau eksternal yang
menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatic
5. Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang menyimbolkan atau
menyerupai suatu aspek kejadian traumatik.
KRITERIA DIAGNOSTIK

C. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma dan kaku karena
responsivitas umum (tidak ditemukan sebelum trauma), seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau
lebih) berikut ini :
1. Usaha untuk menghindari pikiran, perasaan, atau percakapan yang berhubungan trauma
2. Usaha untuk menghindari aktivitas, tempat atau orang yang menyadarkan rekoleksi dengan
trauma.
3. Tidak mampu untuk mengingat aspek penting dari trauma.
4. Hilangnya minat atau peran serta yang jelas dalam aktivitas yang bermakna
5. Perasaan terlepas atau asing dari orang lain
6. Rentang afek yang terbatas
7. Perasaan bahwa masa depan menjadi pendek.
KRITERIA DIAGNOSTIK
D. Gejala menetap adanya peningkatan kesadaran (tidak ditemukan sebelum trauma ) yang
ditunjukkan oleh dua (atau lebih) berikut :
1. Kesulitan untuk tidur atau tetap tidur
2. Iritabilitas atau ledakan kemarahan
3. Sulit berkonsentrasi
4. Kewaspadaan berlebihan
5. Respon kejut yang berlebihan

E. Lama gangguan (gejala dalam kriteria b, c, d) adalah lebih dari satu bulan
F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi
sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.

Sebutkan jika :
Akut : jika lama gejala adalah kurang dari 3 bulan
Kronis : jika lama gejala adalah 3 bulan atau lebih
DIAGNOSIS BANDING

Pertimbangan utama dalam diagnosis banding gangguan stress pascatraumatik


dengan kemungkinan bahwa pasien juga mengalami cedera kepala selama
trauma.Pertimbangan organic lainnya yang dapat menyebabkan atau mengeksaserbasi
gejala adalah epilepsi, gangguan penggunaan alkohol dangangguan yang
berhubungan dengan zat lainnya.Intoksikasi akut atau putus dari suatu zat mungkin juga
menunjukkan gambaran klinis yang sulit dibedakan dari gangguan stres pascatraumatik
sampai efek zat hilang. Gangguan stress pascatraumatik pada umumnya sering keliru
didiagnosissebagai gangguan mental lain, yang menyebabkan pengobatan yang tidak tepat
.Klinisi harus mempertimbangkan gangguan stres pascatraumatik pada pasien yang
menderita gangguan nyeri (pain disorder), penyalahgunaan zat, gangguan kecemasan lain,
dan gangguan mood.Pada umumnya, gangguan stres pascatraumatik dapat dibedakan dari
gangguan mental organik dengan mewawancarai pasien tentang peristiwa traumatik
sebelumnya dan melalui sifat gejala sekarang ini.Gangguan kepribadian ambang, gangguan
disosiatif, gangguan buatan atau berpura-pura juga harus dipertimbangkan.Gangguan
kepribadian ambang mungkin sulit dibedakan dari gangguan stress pascatraumatik. Dua
gangguan tersebut dapat terjadi bersama-sama atau bahkan saling berhubungan sebab
akibat.
minggu atau selama 30 tahun. Gejala dapat berfluktuasi
PERJALANAN PENYAKIT &
dengan berjalannya waktu dan mungkin paling kuat selama
PROGNOSIS
periode stres. Kira-kira 30% pasien pulih secara lengkap, 40%
terus menderita gejala ringan, 20% terus menderita gejala
sedang, dan 10% tetap tidak berubah atau menjadi
buruk.Prognosis yang baik diramalkan oleh onset gejala yang
cepat, durasi gejala yang singkat (kurang dari enam bulan),
fungsi pramorbid yang baik,dukungan sosial yang kuat dan
tidak adanya gangguan psikiatrik, atauberhubungan dengan
zat lainnya.Pada umumnya, orang yang sangat muda atau
sangat tua memiliki lebih banyak kesulitan dengan peristiwa
traumatik dibandingkan mereka yang dalam usia
pertengahan. Kecacatan psikiatrik yang ada sebelumnya,
apakah suatu gangguan kepribadian atau suatu kondisi
yang lebih serius, juga meningkatkan efek stresor
tertentu.Tersedianya dukungan sosial juga mempengaruhi
perkembangan,keparahan dan durasi gangguan stres
• Golongan antidepresan : Trisiklik (Amitriptyline, Imipramine)
TERAPI
• Golongan Monoamin Oksidase Inhibitor (MAOI) : Moclobemide
• Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) :
Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine

B. Psikoterapi
Psikoterapi harus dilakukan secara individual, karena
beberapa pasien ketakutan akan pengalaman ulang trauma.
Rekonstruksi peristiwa traumatic dengan abreaksi dan katarsis yang
menyertai mungkin bersifat terapeutik.Intervensi psikodinamika
untuk gangguan stres pasca traumatik adalah terapi perilaku,
terapi kognitif dan hipnosis. Ahli terapi harus mengatasi
penyangkalan pasien tentang peristiwa traumatik,mendorong
mereka untuk santai, dan mengeluarkan mereka dari
sumber stress.Pasien harus didorong untuk tidur, menggunakan
medikasi jika dilakukan.Dukungan dari lingkungan (seperti teman-
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai