Anda di halaman 1dari 21

ABSES LEHER DALAM

Muhammad Rizki Alkautsar, S.Ked


Rhamdani S.Ked

Pembimbing
dr. Lisa Apri Yanti, Sp.T.H.T.K.L,FICS
Outline
Pendahuluan
• Abses leher adalah terkumpulnya nanah (pus) yang terbentuk di dalam r
uang potensial di antara fasia leher sebagai akibat penjalaran infeksi dari
berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga
tengah dan leher
• Abses leher dalam dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abs
es parafaring, abses submandibula, dan angina Ludovici (Ludwig’s angin
a).
• Kebanyakan kuman penyebab adalah golongan streptococcus, staphyloc
occus, kuman anaerob bacteriodes atau kuman campuran
Anatomi
Abses Leher Dalam

• Abses Peritonsil Terkumpulnya nanah (


• Abses Retrofaring pus) di dalam ruang p
otensial di antara fasia
• Abses Parafaring
leher sebagai akibat pe
• Abses Submandibula njalaran infeksi dari b
• Angina Ludovici erbagai sumber
Kekerapan (Anggraini, 2015)
ABSES PERITONSIL
• Abses yang paling banyak ditemukan
• Biasanya lanjutan dari infeksi tonsil
• Gejalanya demam, nyeri tenggorok, nyeri menelan,
hipersalivasi, nyeri telinga dan suara bergumam.
• Demam>39,4  perluasan ke parafaring dan sepsis
• Edema palatum mole pada sisi yang terkena dan pe
ndorongan uvula melewati gars tengah  Infiltrasi
supuratif (paling sering pada fosa supra tonsilaris (7
0%)
• Tatalaksana antibiotik Amoksisilin dan klindamisin selama 10 h
ari, kumur-kumur dengan cairan hangat dan kompres dingin pa
da leher. tonsilektomi bila perlu.
ABSES RETROFARING

• Abses leher dalam yang jarang terjadi (umumnya)


• abses leher dalam yang terbanyak pada bayi atau anak-
anak kecil <2 tahun
• Pada anak, Infeksi saluran nafas atas dengan supurasi y
ang menyebabkan limfadenitis retrofaring.
• Trauma yang berasal dari benda asing dinding belakang
faring (penyebab)
• Pasien datang dengan keluhan nyeri dan sukar mene
lan, hipersalivasi, demam, leher kaku (tortikolis). A
bses ini juga dapat menyebabkan kesulitan bernafas
akibat sumbatan jalan napas (sumbatan jalan nafas t
erutama di hipofaring), dapat timbul stridor (terken
a laring) dan dapat terjad perubahan suara.
• Abses retrofaring tampak benjolan pada dinding bel
akang faring, biasanya unilateral, mukosa terlihat b
engkak dan hiperemis.
• Terapi abses retrofaring adalah dengan mempertahankan jalan
nafas yang adekuat, medikamentosa dan tindakan bedah
• Pada terapi medikamentosa diberikan antibiotika dosis tinggi u
ntuk kuman aerob dan anaerob, diberikan secara parenteral.
• Pada terapi bedah, dilakukan pungsi dan insisi abses melalui la
ringoskopi langsung dalam posisi pasien baring trendelenburg
ABSES PARAFARING
• Pasien datang dengan trismus (mengenai daerah prestil
oid), indurasi atau pembengkakan di sekitar angulus sub
mandibula, demam tinggi dan pembengkakan dinding la
teral faring sehingga menonjol ke arah medial.

• Pemeriksaan penunjang dapat berupa foto rontgen jarin


gan lunak AP atau CT-Scan

• Terapi antibiotik dosis tinggi parenteral untuk kuman ae


rob dan anaerob. Jika tidak ada perbaikan <48 jam  i
nsisi abses
ABSES SUBMANDIBULA
• Pasien datang dengan nyeri di rongga mulut, hipersalivasi
ada pembengkakan di daerah submandibula, fluktuatif, lid
ah terangkat ke atas dan terdorong ke belakang, angulus
mandibula dapat diraba. Ditemukannya pus pada saat asp
irasi. Sesak nafas akibat sumbatan jalan nafas oleh lidah y
ang terangkat ke atas dan terdorong ke belakang

• Pemfis didapatkan pembengkakan di submandibular atau s


ublingual disertai fluktuatif, nyeri tekan.

• Pemeriksaan penunjang dapat berupa foto polos leher AP l


ateral, USG, dan MRI

• Terapi antibitoik dosis tinggi parenteral dan drainase abses


ANGINA LUDOVICI
• selulitis dengan tanda khas berupa pembengkakan s
eluruh ruang submandibula, tidak membentuk abses
, sehingga keras pada perabaan submandibula.

• Biasanya karena infeksi odontogenik yang disebabk


an oleh kuman aerob dan anaerob
• Pasien datang dengan keluhan mirip sepsis (demam,
takipneu, takikardi, dapat gelisah), disfagia, odinofa
gia, trismus, suara serak, stridor, distress napas, sian
osis

• Ada riwayat oral hygiene buruk


• Riwayat sakit gigi, mengorek atau cabut gigi, gejala
dan tanda klinik
• Keadaan gigi dan periordontal yang terinfeksi ditem
ukan pada Angina Ludovici dan tampak pembengka
kan hiperemis dan keras pada palpasi di daerah sub
mandibula. Sedangkan pada Pseudo Angina Ludovic
i dapat terjadi fluktuasi.
• Tatalaksana awal, perbaiki jalan napas pasien
• Foto polos leher-dada pembengkakan soft tissue. Foto
panorama rahang fokus infeksi di gigi
• CT Scan dapat digunakan untuk identifikasi abses dan
membantu menentukan kapan alat bantu napas diperlu
kan
• Terapi berupa antibiotik dosis tinggi parenteral, dan in
sisi abses
• Perlu dilakukan pengobatan terhadap sumber infeksi
(gigi) untuk mencegah kekambuhan
Komplikasi
• Obstruksi jalan napas
• Asfiksia
• Pneumonia
• Empiema
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai