Anda di halaman 1dari 65

SOFT CASE

Anak 7 tahun 10 bulan


dengan epilepsi

OLEH :
BIMA GHOFAROLI S
IDENTITAS PASIEN
Simple timeline

NAMA UMUR Alamat

An.A 7 tahun 10 bulan Brangsong, Kendal

JENIS KEMALIN TEMPAT, TAMGGAL LAHIR

Perempuan Kendal, 28 September 2011

BIMA GHOFAROLI S 3
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
3 bulan SMRS 1
Anamnesis Pada Tanggal 31 Juli 2019
Pasien pertama kali mengalami kejang. Dalam seminggu
hanya 1x kejang dan lama kejangnya hanya sebentar
sekitar 30 detik sampai 1,5 menit. Setelah kejang pasien 2 1 bulan SMRS
sadar, tidak lemas, atau pingsan. Kejang umum, petit mal.
Demam (-), Batuk pilek (-). Pasien mengalami kejang dengan itensitas lebih sering, hampir
setiap hari pasien mengalami kejang dan terjadi pada siang dan
1 hari SMRS 3 malam hari. Lama kejangnya sekitar 30 detik – 1,5 menit.
Setelah kejang pasien sadar, tidak lemas. Interval kejang 8 jam.
Pasien mengalami kejang pada siang hari dan Demam (-), batuk pilek (-).
malam hari. Lama kejangnya sekitar 30 detik sampai
1 menit. Setiap kejang matanya melirik ke atas, 4 1 hari MRS
kedua tangan ke atas, dan kaki di tekuk ke atas, Pasien masih mengalami kejang pada siang hari pukul 11.00,
kejang umum, tonik.Demam (-), Lemas (+). malam hari pukul 21.00 dan pagi hari pukul 04.00. Lama
kejangnya sekitar 30 detik sampai 1 menit. Setiap kejang
5 matanya melirik ke atas, kedua tangan ke atas, dan kaki di
tekuk ke atas, kejang umum, tonik. Demam (-), Lemas (+).

BIMA GHOFAROLI S 4
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pada masa kecil tidak pernah mengalami kejang

Riwayat Demam disangkal, batuk pilek disangkal, riwayat trauma


disangkal

Belum pernah dirawat inap karena penyakit terntentu.

BIMA GHOFAROLI S 5
RIWAYAT PENYAKIT LAIN
Flek/ TB : disangkal
Faringitis : disangkal
Pneumonia : disangkal
Pertusis : disangkal
Varicella : disangkal
Bronkitis : disangkal
Malaria : disangkal
Polio : disangkal
Trauma : disangkal
Reaksi obat/ alergi : disangkal
Difteri : disangkal BIMA GHOFAROLI S 6
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang


sama.

Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat sakit serupa


sebelumnya.

Orang tua pasien tidak memiliki keluhan serupa

BIMA GHOFAROLI S 7
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

Ibu pasien merupakan bekerja sebagai karyawan swasta. Pasien berobat


dengan BPJS.

Kesan : Ekonomi Cukup

BIMA GHOFAROLI S 8
DATA KHUSUS

BIMA GHOFAROLI S 9
RIWAYAT PERSALINAN DAN KEHAMILAN

» Anak Pertama: Hamil aterm, lahir spontan di RS, ANC teratur di bidan,
BBL=2800 gr, panjang badan, lingkar kepala dan dada saat lahir ibu lupa,
jenis kelamin laki laki, anak lahir langsung menangis, usia sekarang 7 tahun.
Tidak ada penyakit selama kehamilan, tidak ada riwayat konsumsi obat atau
jamu selama hamil, anak lahir langsung menangis, tidak kebiruan, tidak ada
kekuningan.  Pasien
» Anak Kedua: Hamil aterm, lahir spontan di RS, ANC teratur di bidan,
BBL=3000 gr, panjang badan, lingkar kepala dan dada saat lahir ibu lupa,
jenis kelamin perempuan, usia sekarang 2 tahun.

Kesan: Bayi aterm sesuai masa kehamilan.

BIMA GHOFAROLI S 10
RIWAYAT PEMELIHARAAN PRENATAL

» Ibu pasien memeriksakan kehamilannya rutin setiap bulan di


bidan. Sakit selama hamil (-),demam (-), kuning (-), keputihan
(-), perut tegang (-), BAK sakit dan anyang-anyangan (-),
kencing manis (-), dan darah tinggi (+),kaki bengkak (-
),anemia (-).

Kesan : Perawatan antenatal ibu pasien baik

BIMA GHOFAROLI S 11
RIWAYAT PEMELIHARAAN POSTNATAL

» Pemeliharaan post-natal dilakukan di RS setelah


beberapa saat pasien lahir dan dilanjutkan di
bidan, tidak ada kelainan pada anak.

Kesan : Pemeliharaan post-natal baik

BIMA GHOFAROLI S 12
RIWAYAT MAKAN DAN MINUM

• ASI ekslusif sampai anak usia 2 bulan, usia lebih dari 2 bulan diberi susu formula.
• Usia 6-9 bulan diberikan ASI dan makanan pendamping ASI berupa bubur susu 2x
sehari dan nasi tim halus 1x sehari dan diselingi buah-buahan lunak yang
dihaluskan.
• Usia 9-12 bulan diberikan ASI dan makanan pendamping ASI berupa nasi tim kasar
dengan lauk yang dihaluskan 3x dalam sehari dan diselingi dengan buah buahan
yang lunak dan biskuit bayi.
• Usia 12 bulan – 24 bulan diberikan makan padat sama dengan orang dewasa
(makanan keluarga) dan diberikan sehari 3x, sayur, lauk pauk dan buah buahan.
• Dan sampai usia sekarang anak makan sehari 3x. Anak mau memakan nasi, sayur,
buah, dan lauk pauk.
• Anak suka mengkonsumsi es dan makanan-makanan ringan

BIMA GHOFAROLI S 13
RIWAYAT GIZI
Anak berusia 7 tahun 1 bulan, BB: 26 kg, TB: 120 cm
Berat Badan (Kg) / Tinggi Badan2 (m2)= 26 kg / 1,44 ² m
= 18,05 (Normal)

BIMA GHOFAROLI S 14
RIWAYAT IMUNISASI

Umur
Vaksin 0 bl 1 bl 2 3 bl 4 bl 9 bl 18 24 3 5 6 7
bl bl th th th th th
BCG √
DPT √ √ √ √ √
Polio √ √ √ √ √
Campak √ √ √
Hepatitis B √ √ √ √
Hib √ √ √ √
MMR √ √
BIMA GHOFAROLI S 15
RIWAYAT PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN
MOTORIK
KASAR
Mengangkat kepala : 3 bulan
Tengkurap kepala tegak : 6 bulan
Duduk sendiri : 9 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : 11 bulan
Berjalan sambil jinjit : 13 bulan
Menendang bola : 23 bulan
Menaiki sepeda roda 3 : 36 bulan
Lompat 1 kaki : 48 bulan

BIMA GHOFAROLI S 16
RIWAYAT PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN
BAHASA
Bersuara lain selain menangis : 3 bulan
Mengeluarkan suara bernada tinggi : 6 bulan
Menoleh ke sumber suara : 9 bulan
Bersuara 2 kata : 12 bulan
Bersuara minimal 3 kata selain “papa mama” : 18 bulan
Bisa menyebutkan nama lengkap : 30 bulan
Bisa bercerita mengenai dirinya : 36 bulan
Senang belajar huruf : 48 bulan
Bermain tebak-tebakan : 60 bulan
BIMA GHOFAROLI S 17
RIWAYAT PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN
MOTORIK
HALUS
Mengikuti gerak ibu : 3 bulan
Menggerakkan kepala ke sisi lain : 6 bulan
Mencorat-coret : 9 bulan
Memasukkan benda ke mulut : 11 bulan
Bermain menumpuk kubus : 21 bulan
Mencocokkan gambar : 30 bulan
Senang bermain puzzle : 40 bulan
Senang bermain lilin/malam : 60 bulan
BIMA GHOFAROLI S 18
RIWAYAT PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN
MOTORIK
HALUS
Melihat & menatap wajah pengasuh : 3 bulan
Tersenyum : 6 bulan
Bertepuk tangan atau melambai : 15 bulan
Menunjuk benda yang diinginkan : 18 bulan
Melepas pakaian sendiri : 24 bulan
Memakai pakaian sendiri : 36 bulan
Bermain “perang-perangan” : 48 bulan
Bergaul, bermain dengan teman sendiri : 54 bulan
BIMA GHOFAROLI S 19
PEMERIKSAAN FISIK

BIMA GHOFAROLI S 20
PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 31 Juli 2019 jam 10.00 WIB di Ruang Dahlia
Keadaan Umum : Lemas
Kesadaran : Composmentis
 Umur : 7 tahun 10 bulan
 Berat badan : 46 kg
 Tinggi badan : 120 cm
 Tekanan darah : 110/80 mmHg
 Suhu badan : 36,5 ºC (axilla)
 Nadi : 90 kali/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup, teraba kuat.
 Frekuensi nafas : 24 kali/menit

BIMA GHOFAROLI S 21
STATUS GENERALIS
Kepala : Mesocephale
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Ubun-ubun : Fontanela mayor dan minor sudah menutup

Pupil bulat, isokor, refleks cahaya (+/+),


konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
cowong (-/-)

Simetris, normotia, discharge(-),


nyeri (-), bengkak (-)

Simetris, secret (-), napas cuping


hidung (-), epistaksis (-)
Sianosis (-), lidah kotor (-),
mucosa pucat (-), bibir kering (-),
gusi berdarah (-)
BIMA GHOFAROLI S 22
STATUS GENERALIS

Simetris, pembesaran KGB (-), trachea


terdorong (-), kaku kuduk (-)

Bentuk dada normal, retraksi suprasternal (-),


retraksi subcostal (-), retraksi intercostal (-), SIC
tidak melebar

Kulit : petekie (-), sianosis (-), turgor kembali cepat

BIMA GHOFAROLI S 23
STATUS GENERALIS

COR

 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak


 Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
 Perkusi :
- Batas kiri : ICS IV, linea midclavicula
sinistra
- Batas atas : ICS II, linea parasternal sinistra
- Batas kanan : ICS IV, linea sternalis dextra
- Batas pinggang : ICS III linea parasternal kiri
 Auskultasi : BJ I-II normal regular, bising (-)

BIMA GHOFAROLI S 24
PEMERIKSAAN FISIK

PULMO

Inspeksi : Hemithorax dextra


sama dengan sinistra, retraksi (-)
Palpasi : Strem fremitus
dextra dan sinistra simetris
Perkusi : Sonor di seluruh
lapang paru
Auskultasi : Suara vasar
vesikuler, Wheezing (-), Ronkhi (-)

BIMA GHOFAROLI S 25
PEMERIKSAAN FISIK

ABDOMEN

» Inspeksi : datar
» Auskultasi : bising usus (+) normal 8x/menit
» Perkusi : timpani di seluruh kuadran.
» Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba.

BIMA GHOFAROLI S 26
PEMERIKSAAN FISIK

EKSTREMITAS

Ekstremitas Superior Inferior

Oedem -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Capilary refill < 2” / < 2” < 2” / < 2”

Refleks patologis -/- -/-

Refleks fisiologis +/+ +/+

BIMA GHOFAROLI S
27
PEMERIKSAAN FISIK
NEUROLOGIS
Motorik : Koordinasi baik, kekuatan 5/5
Sensorik : sensorik baik
Tonus :(-)
Klonus : (-)
Reflek Fisiologis : (+/+)
Reflek Patologis :
R. Babinsky :(-/-)
R. Chaddock :(-/-)
Meningeal Sign :
Kaku kuduk :(-)
Kernig sign :(-)
Brudzinsky I :(-)
Brudzinsky II :(-)
BIMA GHOFAROLI S
28
PEMERIKSAAN PENUNJANG

BIMA GHOFAROLI S 29
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 30 juli 2019 (Pukul 17.57)
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
Hb 11.7 g/dl (L) 11,5 - 16,5 g/dl
Leukosit 8.300 /uI (L) 4000-11.000 /uI
Trombosit 303.000 / uI (L) 150.000 - 500.000/uI
Hematokrit 35.7 % 35 – 49 %
GDS 106 75 – 115
Natrium 138 mmol/l 135 – 155 mmol/l
Kalium 5.0 mmol/l 3.5 – 5.5 mmol/l

Kalsium 1.23 mmol/l 1.13 – 1.31 mmol/l

BIMA GHOFAROLI S 30
RESUME

1 2 3

ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM

- Kejang berulang sejak 3 KU : tampak lemas Dalam batas normal


bulan yang lalu
- kejang berlangsung 30
detik sampai 1,5 menit
- kejang umum, tonik
BIMA GHOFAROLI S 31
INITIAL PLAN

ASSASMENT DIAGNOSIS SEMENTARA


• Kejang tanpa Kejang tanpa demam
demam berulang ec berulang ec Epilepsi
Epilepsi
• Kejang umum tonik

BIMA GHOFAROLI S 32
INITIAL PLAN

Pemeriksaan EEG Risiko kejang berulang


(ElektroEnsefalografi) Monitoring keadaan
IP DX IP MX
umum dan TTV

Inf. D5 ½ NS  26 tpm  Rutin mengkonsumsi obat


 Mengurangi aktivitas agar tidak
Inj. Sibital 3 x 26mg
IP TX IP EX kecapean
 Pemantauan kejadian kejang
berulang

BIMA GHOFAROLI S 33
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
KEJANG
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang
berlangsung secara intermitten dapat berupa
gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik,
sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh
lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron
otak

BIMA GHOFAROLI S
35
PATOGENESIS
KEJANG
Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah peningkatan aktifitas listrik
yang berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan
merangsang sel neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan
listriknya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh kemampuan membran
sel sebagai pacemaker neuron untuk melepaskan muatan listrik yang
berlebihan, berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam gama
amino butirat [GABA] atau meningkatnya eksitasi sinaptik oleh
transmiter asam glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang
berulang. Status epileptikus terjadi oleh karena proses eksitasi yang
berlebihan berlangsung terus menerus, di samping akibat inhibisi yang
tidak sempurna.

BIMA GHOFAROLI S
36
DIAGNOSIS
KEJANG

Sangat penting membedakan apakah serangan yang terjadi


adalah kejang atau serangan yang menyerupai kejang.
Perbedaan diantara keduanya adalah:

BIMA GHOFAROLI S
37
DIAGNOSIS
KEJANG

BIMA GHOFAROLI S
38
DIAGNOSIS
KEJANG

Setelah diyakini bahwa serangan ini adalah kejang,


selanjutnya perlu ditentukan
jenis kejang. Saat ini klasifikasi kejang yang umum
digunakan adalah berdasarkan klasifikasi International
League Against Epilepsy of Epileptic Seizure [ILAE], yaitu
dapat dilihat pada tabel 2

BIMA GHOFAROLI S
39
DIAGNOSIS
KEJANG

BIMA GHOFAROLI S
40
PENATALAKSAAN
KEJANG

Makin lama kejang berlangsung maka akan


makin sulit menghentikannya, oleh karena itu
tatalaksana kejang umum yang lebih dari 5
menit adalah menghentikan kejang dan
mencegah terjadinya status epileptikus.

BIMA GHOFAROLI S
41
PENATALAKSANAAN
KEJANG

0 - 5 menit: 5 – 10 menit:
1. Pastikan bahwa aliran udara 1. Pemasangan akses intravena
pernafasan baik 2. Pengambilan darah untuk pemeriksaan:
2. Monitoring tanda vital, pertahankan darah rutin, glukosa, elektrolit
perfusi oksigen ke jaringan, berikan 3. Pemberian diazepam 0,2 – 0,5 mg/kgbb
oksigen secara intravena, atau diazepam rektal
0,5 mg/kgbb (berat badan < 10 kg = 5
3. Bila keadaan pasien stabil, lakukan
mg; berat badan > 10 kg = 10 mg).
anamnesis terarah, pemeriksaan
umum dan neurologi secara cepat 4. Dosis diazepam intravena atau rektal
dapat diulang satu – dua kali setelah 5 –
4. Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan 10 menit.
fokal dan tanda-tanda infeksi
BIMA GHOFAROLI S
42
PENATALAKSANAAN
KEJANG

10 – 15 menit: 30 menit:
1. Cenderung menjadi status konvulsius 1. Berikan fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat
diberikan dosis tambahan 5-10 mg/kg
2. Berikan fenitoin 15 – 20 mg/kgbb
dengan interval 10 – 15 menit.
intravena diencerkan dengan NaCl
0,9% 2. Pemeriksaan laboratorium sesuai
kebutuhan, seperti analisis gas darah,
3. Dapat diberikan dosis ulangan
3. elektrolit, gula darah. Lakukan koreksi
fenitoin 5 – 10 mg/kgbb sampai
sesuai kelainan yang ada. Awasi tanda
maksimum dosis 30 mg/kgbb.
tanda depresi pernafasan.
4. Bila kejang masih berlangsung siapkan
intubasi dan kirim ke unit perawatan
intensif.
BIMA GHOFAROLI S
43
PENATALAKSANAAN
KEJANG

BIMA GHOFAROLI S
44
PENATALAKSANAAN
KEJANG

BIMA GHOFAROLI S
45
DEFINISI
EPILEPSI

Menurut International League Against Epilepsy


(ILAE) dan International Bureau for Epilepsy (IBE)
pada tahun 2005 epilepsi didefinisikan sebagai suatu
kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor
predisposisi yang dapat mencetuskan kejang
epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif,
psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang
diakibatkannya.

BIMA GHOFAROLI S
46
ETIOLOGI
EPILEPSI

1 2 3

Epilepsi Idiopatik Epilepsi simptomatik Epilepsi kriptogenik


Penyebabnya tidak diketahui, meliputi disebabkan oleh kelainan/lesi pada dianggap simtomatik tetapi
± 50% dari penderita epilepsi anak dan susunan saraf pusat. Misalnya : post
penyebabnya belum diketahui,
umumnya mempunyai predisposisi trauma kapitis, infeksi susunan saraf
genetik, awitan biasanya pada usia > 3 pusat (SSP), gangguan metabolik, termasuk disini adalah
tahun. Dengan berkembangnya ilmu malformasi otak kongenital, asphyxia sindrom West, sindron
pengetahuan dan ditemukannya alat – neonatorum, lesi desak ruang, Lennox-Gastaut dan epilepsi
alat diagnostik yang canggih gangguan peredaran darah otak,
kelompok ini makin kecil toksik,kelainan neurodegeneratif.
mioklonik 47
BIMA GHOFAROLI S
KLASIFIKASI EPILEPSI

Epilepsi Grand Mal Epilepsi Fokal


Epilepsi Petit Mal
Epilepsi grand mal ditandai Epilepsi ini biasanya ditandai
Epilepsi fokal dapat melibatkan
dengan timbulnya lepas dengan timbulnya keadaan
hampir setiap bagian otak, baik
muatan listrik yang berlebihan tidak sadar atau penurunan regio setempat pada korteks
dari neuron diseluruh area kesadaran selama 3 sampai 30 serebri atau struktur-struktur
otak-di korteks, di bagian detik, di mana selama waktu yang lebih dalam pada serebrum
dalamserebrum, dan bahkan di serangan ini penderita dan batang otak. Epilepsi fokal
batang otak dan talamus. merasakan beberapa kontraksi disebabkan oleh esi organik
Kejang grand mal berlangsung otot seperti sentakan (twitch- setempat atau adanya kelainan
selama 3 atau 4 menit. like),biasanya di daerah fungsional.
kepala, terutama pengedipan
mata BIMA GHOFAROLI S 48
PATOFISIOLOGI
EPILEPSI

BIMA GHOFAROLI S 49
MANIFESTASI KLINIS
Kelompok neonatus sampai umur 3 bulan

Serangan epilepsi pada anak berumur kurang dari 3 bulan


bersifat fragmentaris, yaitu sebagian dari manifestasi
serangan epileptik seperti muscular twitching : mata
berkedip sejenak biasanya asimetris dan mata berbalik
keatas sejenak, lengan berkedut-kedut, badan melengkung
/menekuk sejenak. Serangan epilepsi disebabkan oleh lesi
organik struktural dan prognosis jangka panjangnya buruk.
Kejang demam sederhana tidak dijumpai pada kelompok
ini.

BIMA GHOFAROLI S
50
MANIFESTASI KLINIS
Kelompok umur 3 bulan sampai 4 tahun

Pada kelompok ini sering terjadi kejang demam, karena


kelompok ini sangat peka terhadap infeksi dan demam.
Kejang demam bukan termasuk epilepsi,tetapi merupakan
faktor risiko utama terjadinya epilepsi. Sindrom epilepsi
yang sering terjadi pada kelompok ini adalah sindrom
Spasme Infantile atau Sindrom West dan Sindrom Lennox-
Gestaut atau epilepsi mioklonik.

BIMA GHOFAROLI S
51
MANIFESTASI KLINIS
Sindrom Lennox Gestaut ( SLG )
1. Sindrom Lennox Gestaut ( SLG ) merupakan salah satu bentuk epilepsi
yang berat, biasanya terjadi pada anak balita dan manifestasinya berupa
beberapa jenis serangan dan keterlambatan perkembangan serta
pertumbuhan.
2. SLG meliputi 3 - 11 % dari penderita epilepsi golongan anak-anak, muncul
pertama kali pada umur 1 - 14 tahun, rata-rata 3 tahun.
3. Jenis serangan yang terdapat pada satu penderita meliputI serangan tonik,
atonik, mioklonik dan absence tidak khas.
4. Munculnya serangan dipermudah oleh rasa mengantuk atau bahkan tanpa
rangsangan pun dapat muncul serangan.
5. Beberapa faktor penyebab adalah 25 % bersifat kriptogenik, simtomatik
meliputi 75% pada populasi, cedera kepala yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, prematuritas dan asfiksia, infeksi otak, malformasi
perkembangan otak dan penyakit metabolik yang menyangkut otak.
BIMA GHOFAROLI S
52
MANIFESTASI KLINIS
Sindrom West.
1. Sindrom ini dikenal pula sebagai spasmus infantile. Usia
awitanberkisar 3 - 12 bulan dengan puncak pada umur 4 - 7
bulan.
2. Secara umum serangan epilepsi jenis ini dicirikan oleh
serangan tonik secara mendadak, bilateral dan simetris.
3. Faktor penyebab antara lain 10 - 15 % bersifat kriptogenik
dan 85- 90 % bersifat simtomatik. Faktor prenatal meliputi
infeksi intrauterin (CMV = cytomegalo virus), disgenesis
serebral dan malformasi serebral, penyebab pasca natal antara
lain hipoksia serebral, trauma kepala dan infeksi (meningitis
dan ensefalitis).
BIMA GHOFAROLI S
53
MANIFESTASI KLINIS
Kelompok umur 4 tahun sampai 9 tahun

Pada kelompok ini mulai timbul manifestasi klinis dari


epilepsi umum primer terutama manifestasi dari epilepsi
kriptogenik atau epilepsi karena fokus epileptogenik
heriditer. Jenis epilepsi pada kelompok ini adalah Petit mal,
grand mal dan Benign epilepsy of childhood with Rolandic
spikes (BECRS). Setelah usia 17 tahun anak dengan
BECRS dapat bebas serangan tanpa menggunakan obat.

BIMA GHOFAROLI S
54
MANIFESTASI KLINIS
Kelompok umur lebih dari 9 tahun

1. Kelompok epilepsi heriditer : BERCS, kelompok


epilepsi fokal atau epilepsi umum lesionik.
2. Kelompok epilepsi simtomatik : epilepsi lobus
temporalis atau epilepsi psikomotor. Kecuali BECRS,
pasien epilepsi jenis tersebut dapat tetap dilanda
bangkitan epileptik pada kehidupan selanjutnya.
Epilepsi jenis absence dapat muncul pada kelompok ini.

BIMA GHOFAROLI S
55
FAKTOR RISIKO
EPILEPSI
Faktor Risiko untuk epilepsy meliputi:
1. Bayi yang lahir kurang bulan.
2. Bayi yang mengalami kejang pada satu bulan pertama setelah
dilahirkan.
3. Bayi yang lahir dengan struktur otak yang abnormal.
4. Perdarahan didalam otak.
5. Pembuluh darah abnormal didalam otak
6. Trauma otak berat atau kurangnya oksigen otak
7. Tumor otak
8. Infeksi pada otak, abses meningitis atau ensefalitis
9. Serebral palsy.
BIMA GHOFAROLI S
56
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis epilepsi ditegakkan terutama dari anamnesis, yang didukung dengan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

1. Anamnesis
Anamnesis: auto dan allo-anamnesis dari orang tua atau saksi
mata mengenai hal-hal terkait dibawah ini:
a. Gejala dan tanda sebelum, selama, dan pasca bangkitan:
Sebelum bangkitan/ gejala prodomal:
Kondisi fisik dan psikis yang mengindikasikan akan terjadinya
bangkitan, misalnya perubahan perilaku, perasaan lapar,
berkeringat, hipotermi, mengantuk, menjadi sensitif, dan lain-
lain.

BIMA GHOFAROLI S
57
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis epilepsi ditegakkan terutama dari anamnesis, yang didukung dengan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

• Faktor pencetus : kelelahan, kurang tidur, hormonal, stress psikologis,


alkohol,
• Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval terpanjang antara
bangkitan, kesadaran antara bangkitan
• Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE sebelumnya
• Penyakit yang diderita sekarang, riwayat penyakit neurologis psikiatrik
maupun sistemik yang mungkin menjadi penyebab maupun komorbiditas
• Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga
• Riwayat kehamilan, kelahiran, dan perkembangan
• Riwayat bangkitan neonatal / kejang demam
• Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan saraf pusat

BIMA GHOFAROLI S
58
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik umum dan neurologis

• Pemeriksaan neurologis bertujuan untuk mencari tanda-tanda defisit


neurologis fokal atau difus yang dapat berhubungan dengan epilepsi. Jika
dilakukan dalam beberapa menit setelah bangkitan, maka akan tampak
pascabangkitan terutama tanda fokal yang tidak jarang dapat menjadi
petunjuk lokalisasi, seperti :
- Paresis Todd
- Gangguan kesadaran pasca iktal
- Afasia pasca iktal

BIMA GHOFAROLI S
59
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik umum dan neurologis

• Elektro ensefalografi (EEG)

Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan merupakan
pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk rnenegakkan
diagnosis epilepsi. Akan tetapi epilepsi bukanlah gold standard untuk diagnosis.
Hasil EEG dikatakan bermakna jika didukung oleh klins. Adanya kelainan fokal
pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan
adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya kelainan
genetik atau metabolik.

BIMA GHOFAROLI S
60
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik umum dan neurologis

Rekaman EEG dikatakan abnormal apabila


• Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di
keduahemisfer otak.
• Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat disbanding
seharusnya misal gelombang delta.
• Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal, misalnya
gelombang tajam, paku (spike) , dan gelombang lambat yang timbul secara
paroksimal.

BIMA GHOFAROLI S
61
PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal untuk pasien.
Prinsip terapi farmakologi epilepsi

• Obat Anti Epilepsi (OAE) mulai diberikan bila diagnosis epilepsi sudah
dipastikan, terdapat minimal dua kali bangkitan dalam setahun, pasien dan
keluarga telah mengetahui tujuan pengobatan dan kemungkinan efek
sampingnya.
• Terapi dimulai dengan monoterapi
• Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai
dosis efektif tercapai atau timbul efek samping; kadar obat dalam plasma
ditentukan bila bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif.
• Bila dengan penggunaan dosis maksimum OAE tidak dapat mengontrol
bangkitan, ditambahkan OAE kedua. Bila OAE kedua telah mencapai kadar
terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap perlahan-lahan.
• Penambahan OAE ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak
dapat diatasi dengan pengguanaan dosis maksimal kedua OAE pertama.
BIMA GHOFAROLI S
62
PENATALAKSANAAN
Penghentian pemberian OAE

Pada anak-anak penghentian OAE secara bertahap dapat dipertimbangkan


setelah 2 tahun bebas serangan

• Syarat umum menghentikan OAE adalah sebagai berikut:


• Penghentian OAE dapat didiskusikan dengan pasien atau keluarganya setelah
minimal 2 tahun bebas bangkitan
• Harus dilakukan secara bertahap, pada umumnya 25% dari dosis semula,
setiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan
• Bila digunakan lebih dari satu OAE, maka penghentian dimulai dari satu
OAE yang bukan utama

BIMA GHOFAROLI S
63
KOMPLIKASI

• Status epileptikus adalah suatu kedaruratan medis dimana kejang berulang


tanpa kembalinya kesadaran diantara kejang. Kondisi ini dapat berkembang
pada setiap tipe kejang tetapi yang paling sering adalah kejang tonik klonik.
Status epileptikus mungkin menyebabkan kerusakan pada otak atau disfungsi
kognitif dan dapat menjadi fatal.
• Sudden unexplained death in epilepsy (SUDEP)
• SUDEP terjadi pada sebagian kecil orang dengan epilepsy . Dengan alasan
yang sangat sulit untuk dimengerti, orang sehat dengan epilepsy dapat
meninggal secara mendadak Pasien yang menggunakan dua atau lebih obat
anti kejang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk SUDEP

BIMA GHOFAROLI S
64

Anda mungkin juga menyukai