KEPALA
Kelompok 1 :
Aan Nurhasanah
Adi Mulyadi
Adit Septian Nandar
Ai Munawaroh
Akbar Pamungkas
Cindy Dewiana Nurul
Laras Komalasari
Putri Agustiani Dwiyanti Badrudin
Definisi
Cedera
Trauma Trauma Cedera
Otak
Tumpul Tembus Otak Primer
Sekunder
Akibat Kelainan
Tabrakan Tertemb
langsung dari
Terjatuh ak biokimia
trauma, dapat
Dipukul metabolism
Tertusuk terjadi memar
otak
e
Menurut Tarwoto (2007)
Ringan Sedang Berat
GCS > 13 GCS 9-13 K
Tidak Ditemukan Bila dalam L
terdapat kelainan
pada CT scan waktu 48 A
kelainan
pada CT otak jam S
Memerlukan
scan otak
tindakan setelah
I
Tidak F
operasi
memerlukan untuk lesi trauma,
tindakan I
intrakranial
operasi Dirawat di nilai GCS K
Lama RS A
dirawat di <9.
setidaknya
RS < 48 jam 48 jam S
I
Menurut Dewanto (2009)
Manifetasi Klinis
1. Skull Fracture
Gejala yang didapatkan CSF atau cairan lain keluar dari telinga dan
hidung (othorrea, rhinorhea), darah dibelakang membrane timphani,
memar di daerah mastoid (battle sign), perubahan penglihatan, hilang
pendengaran, hilang indra penciuman, pupil dilatasi, berkurangnya
gerakan mata, dan vertigo.
2. Concussion
Tanda yang didapat adalah menurunnya tingkat kesadaran kurang dari 5
menit, amnesia retrograde, pusing, sakit kepala, mual dan muntah.
Patofisiologi
Komplikasi
Epilepsi pascatrauma
Sindrom pascakonkusi
• CT-Scan
• Angiografi Cerebral
• X-Ray
• AGD (Analisa Gas Darah)
• Hemoglobin
Penatalaksanaan
• Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub kutan membuat luka
mudah dibersihkan dan diobati. Daerah luka diirigasi untuk mengeluarkan
benda asing dan meminimalkan masuknya infeksi sebelum laserasi ditutup.
• Menilai jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan;
lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang servikal segaris dengan badan
dengan memasang collar cervikal.
• Menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas spontan/tidak. Jika
tidak beri O2 melalui masker O2. Jika pasien bernafas spontan selidiki dan
atasi cedera dada berat seperti pneumotoraks tensif, hemotoraks. Pasang
oksimeter nadi untuk menjaga saturasi.
• Menilai sirkulasi : otak yg rusak tidak mentolerir hipotensi. Hentikan
semua perdarahan dengan menekan arterinya. Perhatikan adanya cedera
intraabdomen / dada, pasang jalur intravena yg besar. Berikan larutan
koloid sedangkan larutan kristaloid menimbulkan eksaserbasi edema.
• Obati kejang : Kejang konvulsif dapat terjadi setelah cedera kepala dan
harus diobati mula-mula diberikan diazepam 10 mg intravena perlahan-
lahan dan dapat diulangi 2x jika masih kejang. Bila tidak berhasil diberikan
fenitoin15 mg/kgBB.
ASUHAN KEPERAWATAN
P
• Airway E
N
G
• Breathing K
A
J
• circulation I
A
NP
• Disability R
I
M
• Eksposur E
R
PENGKAJIAN sEKUNDER
• Kepala
Kelainan atau luka kulit kepala dan bola mata, telinga bagian luar dan membrana
timpani, cedera jaringan lunak periorbital.
• Leher
Adanya luka tembus leher, vena leher yang mengembang.
• Neurologis
Penilaian fungsi otak dengan GCS.
• Dada
Pemeriksaan klavikula dan semua tulang iga, suara nafas dan jantung, pemantauan
EKG.
• Abdomen
Kaji adanya luka tembus abdomen.
• Pelvis dan ekstremitas
Kaji adanya fraktur, denyut nadi perifer pada daerah trauma, memar dan cedera yang
lain.
Diagnosa bersihan jalan nafas b.d akumulasi sekresi, obstruksi
1. Ketidakefektifan
jalan nafas
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d penurunan aliran darah
ke serebral, edema serebral
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d kerusakan neuromuskuler (cidera
pada pusat pernafasan otak, kerusakan persepsi /kognitif)
4. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d pengeluaran cairan dan
elektrolit meningkat
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake tidak
adekuat
6. Nyeri b.d dengan agen injury fisik (trauma)
7. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan
kesadaran, peningkatan tekanan intrakranial
8. Resiko cedera b.d kejang, penurunan kesadaran
9. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan jaringan trauma,
Intervensi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d akumulasi sekret,
obstruksi jalan nafas.
Tujuan : Mempertahankan potensi jalan nafas.
Kriteria Hasil :
Tidak ada sumbatan (secret atau cairan)
Intervensi :
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misal
krekels, mengi, ronchi
Kaji frekuensi pernafasan
Tinggikan posisi kepala tempat tidur sesuai dengan indikasi
Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat warna lendir
yang keluar
Intervensi
Kriteri Hasil :
Intervensi :
servikal.
3. Ajarkan teknik distraksi dan / atau relaksasi (tarik nafas dalam, visualisasi,
imajinasi, dll).
Intervensi :
4. Jika terjadi kejang, jangan mengikat kaki dan tangan tetapi berilah bantalan pada
area sekitarnya. Pertahankan jalan nafas paten tapi jangan memaksa membuka
rahang
Evaluasi