RABIES
• Gejala awal yang • nyeri, rasa panas • Tonus otot-otot akan • Gejala tidak khas,
terjadi adalah perasaan disertai kesemutan aktivitas simpatik terdapat monoplegi
gelisah, demam, padatempat bekas luka menjadi meninggi atau paraplegi flaksid,
malaise, mual, sakit kemudian disusul dengan gejala berupa kematian karena
kepala, gatal, merasa dengan gejala cemas eksitasi atau ketakutan kelumpuhan otot
seperti terbakar, dan reaksi yang berlebihan, rasa haus, nafas.
kedinginan, kondisi berlebihan terhadap ketakutan terhadap
tubuh lemah dan rasa ransangan sensoris. rangsangan cahaya,
nyeri di tenggorokan tiupan angin atau
selama beberapa hari suarakeras.
• Penderita menjadi
bingung, gelisah, dan
rasa tidak nyaman.
Kebingungan menjadi
semakin hebat dan
berkembang menjadi
argresif, halusinasi, dan
selalu ketakutan.Tubuh
gemetar atau kaku
kejang.
Gejala klinis pada hewan
Stadium Prodromal Stadium Eksitasi Stadium Paralisis
(2-3 hari) (3-7 hari) (berlangsung sangat singkat)
• mencari tempat-tempat • Hewan mulai garang, • Hewan mengalami kesulitan
yang dingin/gelap, menyerang hewan lain menelan, suara parau,
menyendiri, reflek ataupun manusia yang sempoyongan, akhirnya
kornea berkurang, pupil dijumpai dan hipersalivasi. lumpuh dan mati
melebar dan hewan terlihat • Dalam keadaan tidak ada
acuh terhadap tuannya. provokasi hewan menjadi
• Hewan menjadi sangat murung terkesan lelah dan
perasa, mudah terkejut dan selalu tampak seperti
cepat berontak bila ada ketakutan.
provokasi. Dalam keadaan • Hewan mengalami fotofobia
ini perubahan perilaku atau takut melihat sinar
mulai diikuti oleh kenaikan sehingga bila ada cahaya
suhu badan. akan bereaksi secara
berlebihan dan tampak
ketakutan.
Diagnosis
Stadium awal Stadium lanjut
• yang penting diperhatikan • Kepekaan terhadap sinar,
ialah adanya riwayat gigitan suara, angin yang meninggi
hewan seperti anjing, • Air liur dan air mata keluar
kucing, kera atau hewan lain secara berlebihan
penular rabies • Yang khas dari penderita
• didahului sakit kepala, lesu, rabies adalah adanya rasa
takut kepada air yang
mual muntah, nafsu makan berlebihan (hydrophobia)
menurun, gugup dan nyeri
• Kejang-kejang yang disusul
tekan pada bekas luka dengan kelumpuhan
gigitan.
Pemeriksaan penunjang
• Isolasi virus rabies yang didapatkan dari
spesimen air liur, cairan serebrospinal, air
mata, jaringan mukosa mulut atau urin
penderita.
• FAT (fluorescent antibody test).
• Mikroskopis seller.
• Biologis.
Tatalaksana
Pemberian VAR dan SAR
• Pre exposure
• Post exposure
Pre exposure
Pemberian kekebalan kepada petugas-petugas pelaksana program P2 Rabies
yang mempunyai resiko tinggi tertular rabies : dokter, para
medis, dokter hewan, para veteriner, para petugas diagnostik dan
vaksinator hewan.
Dosis dan Cara Pemberian VAR untuk pengebalan sebelum digigit HPR (Pre-
Exposure Immunization)
Pemberian VAR atau VAR dan SAR setelah gigitan
(Post exposure immunization)
• Luka resiko rendah
a. Penderita kasus GHPR yang belum pernah
mendapat VAR
VAR harus diberikan pada semua penderita
GHPR yang belum pernah mendapat VAR
sebelumnya. VAR yang digunakan saat ini
adalah Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV),
sedangkan Suckling Mouse Brain Vaccine
(SBMV) tidak digunakan lagi.
b.Penderita kasus GHPR yang sudah pernah
mendapat VAR
Kasus GHPR yang sebelumnya mendapat
VAR lengkap dalam 3 bulan sebelumnya tidak
memerlukan pemberian VAR. Bila lebih dari 3
bulan sampai 1 tahun diberikan VAR 1 kali dan
bila lebih dari 1 tahun dianggap penderita
baru yang harus diberikan VAR lengkap.
• Luka resiko tinggi
Setiap kasus GHPR resiko tinggi harus diberikan VAR dan SAR.
Pencegahan
a. Pemeliharaan hewan piaraan dilaksanakan dengan tanggung jawab
dan memperhatikan kesejahteraan hewan, jangan diliarkan, atau
dikeluarkan dari rumah tanpa pengawasan atau tanpa tali ikatan.