Anda di halaman 1dari 50

KOLINERGIK

NUR IMAN DWI


PUTRA
RINA MARLINA
FATMAWATI
Pengertian
 Parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang
dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi
Susunan Parasimpatis (SP), karena melepaskan
neuron asetilkolin (ACh) diujung-ujung neuronnya.
 Tugas utama SP adalah mengumpulkan energi dari
makanan dan menghambat penggunaannya,
singkatnya berfungsi asimilasi. Bila neuron SP
dirangsang timbulah sejumlah efek yang menyerupai
keadaan istirahat dan tidur.
 Obat obat kolinergik yang bekerja terhadap reseptor
yang diaktifkan oleh asetilkolin (reseptor muskarinik
dan nikotinik)
Asetilkolin
Senyawa normal tubuh yang disintesis pada jaringan
saraf (sinapsis kolinergik dan dinding usus).

Penghantar alam pada sistem kolinergik :


 Neuron gerak sampai otot rangka (mis: sambungan
otot saraf / neuromuscular junction)
 Saraf simpatis dan parasimpatis ujung saraf
preganglion
 Saraf simpatis postganglionic kelenjar keringat dan
ludah
 Saraf parasimpatis postganglion serat saraf
Mekanisme kerja
Asetilkolin
1. Pada motor end plate:
– Membuka kanal Natrium  depolarisasi 
kontraksi otot (efek nikotinik)
2. Pada kelenjer eksokrin dan otot polos:
– Aktivasi Fosfolipase C (PLC)
3. Pembuluh darah:
– Melalui endotelium
4. Sfingter sal. cerna, Nodus SA dan AV
Neuron kolinergik
 Serabut preganglion yang berakhir pada
medula adrenalis , ganglia otonom
(simpatis dan parasimpatis) dan serabut
pasca ganglionik dari divisi parasimpatis
menggunakan asetilkolin sebagai
neurotransmitter
 Neuron kolinergik mempersyarafi otot
sistem syaraf somatik
Sintesis dan pelapasan asetilkolin
dari neuron kolinergik
Neurotransmisi Neuron
Kolinergik
Neurotransmisi dalam neuron kolinergik meliputi 6 tahap :
1. Sintesis Ach berasal dari reaksi kolin dan asetil ko A
dengan katalisartor enzim kolin asetiltransferase
2. Penyimpana Ach dalam vesikel mll proses transport aktif
3. Pelepasan (jika ada potensial kerja)
4. Ikatan asetilkolin pada 1 reseptor
5. Penghancuran neurotransmitter dalam celah sinaptik (
ruangan antara akhiran saraf dan kumpulan reseptor
yang terletak pada saraf atau organ efektor) oleh enzim
asetilkolinesterase
6. Daur ulang kolin
Reseptor kolinergik
Menurut sifat kerjanya, reseptor kolinergik
(kolinoseptor) dapat dibedakan menjadi
reseptor muskarinik dan reseptor nikotinik
berdasarkan afinitas terhadap zat yang
bersifat sebagai kolinomimetik.
Reseptor Kolinergik
Reseptor

Nikotinik Muskarinik
Nikotinik neuronal M1: Kelenjer dan ganglion
* SSP M2: Jantung dan otot polos
* Ganglion otonom
* Medula adrenal M3: Otot polos dan kelenjer
Nikotinik muskuler Antagonis: Atropin
Antagonis: Kurare
Reseptor muskarinik
Selain berikatan dengan ACh, reseptor muskarinik juga
berikatan dengan muskarin, yaitu suatu alkaloid yang terdapat pada
jamur beracun. Reseptor muskarinik ini menunjukkan afinitas yang
lemah terhadap nikotin.
Hasil studi-studi ikatan (binding study) dan dengan memberikan
penghambat tertentu, telah dapat ditemukan beberapa subtype
reseptor muskarinik yaitu M1, M2, M3, M4, dan M5.
Reseptor muskarinik dapat ditemukan dalam ganglia
Sistem saraf efektor dan organ efektor otonom seperti, jantung, otot
polos, otak, dan kelenjar eksokrin. Kelima reseptor M tersebut
terdapat dalam neuron, dan juga ditemukan reseptor M1 didalam
sel parietal lambung, reseptor M2 didalam otot jantung dan otot
polos, serta reseptor M3 di dalam kelenjar eksokrin dan otot polos.
Reseptor muskarinik didalam jaringan-jaringan diatas lebih peka
terhadap obat muskarinik, namun dalam dosis tinggi muskarinik
dapat pula memacu reseptor nikotinik.
Mekanisme Transduksi
sinyal asetilkolin
Setelah asetilkolin berikatan dengan reseptor
muskarinik, akan timbul sinyal dengan mekanisme yang
berbeda. Misalnya, bila reseptor M1 atau M2 diaktifkan,
reseptor ini akan mengalami perubahan konformasi dan
berinteraksi dengan protein G yang selanjutnya akan
mengaktifkan fosfolipase C. akibatnya akan terjadi hidrolisis
fosfatidilinositol-94,40bifosfate (PIP2) yang akan
menyebabkan peningkatan kadar Ca++ intrasel. Selanjutnya
kation ini akan berinteraksi atau memacu ion menghambat
enzim-enzim, atau menyebabkan hiperpolarisasi, sekresi,
atau kontraksi. Sebaliknya, aktivasi reseptor subtype M2 pada
otot-otot jantung memacu protein G yang menghambat
adenilsikase dan mempertinggi konduksi K+ sehingga denyut
dan kontraksi otot jantung menurun.
Reseptor Nikotinik
Selain mengikat ACh, reseptor ini dapat mengenal nikotin
dan afinitasnya lemah terhadap muskarin. Pada tahap awal,
nikotin memang memacu reseptor nikotinik, namun setelah
itu nikotin akan menyekat reseptor nikotinik sendiri. Reseptor
nikotinik terdapat dalam SSP, medulla adrenal, ganglion
otonom, dan pada sambungan saraf otot (myoneural
junction). Obat-obat nikotinik akan memacu reseptor nikotinik
di ganglion otonom dan yang terdapat pada sambungan saraf
otot. Misalnya reseptor nikotinik di ganglion dihambat secara
selektif oleh heksametonium, sedangkan reseptor nikotinik
pada sambungan saraf otot dihambat secara spesifik oleh
tubokurarin
Obat-Obat Kolinergik
Obat-obat kolinergik (agonis kolinergik)
ialah obat yang bekerja secara langsung
atau tidak langsung meningkatkan fungsi
neurotransmitter asetilkolin. Kolinergik
juga disebut parasimpatomimetik karena
menghasilkan efek yang mirip dengan
perangsangan Sistem saraf parasimpatis.
Obat-Obat Kolinergik
Obat-obat kolinergik memiliki 3 indikasi utama, yaitu:
1. Menurunkan tekanan intraocular pada pasien glaucoma atau
operasi mata
2. Mengobati atoni saluran cerna atau vesika urinaria
3. Untuk mendiagnosis dan pengobatan miastenia gravis.
 Beberapa obat kolinergik merupakan antidotum penting untuk
obat-obat blokade neuromuscular, antidepresan trisiklik, dan
alkaloid beladona.
 Obat –obat kolinergik memperlihatkan efeknya dengan
menunjukkan salah satu dari 2 cara yaitu bekerja mirip dengan
asetilkolin atau menghambat destruksi asetilkolin oleh enzim
asetilkolinesterase di tempat-tempat reseptornya.
Klasifikasi
Obat-obat kolinergik merangsang reseptor kolinergik.
Karena itu, kerjanya mirip dengan asetilkolin endogen.
Obat-obat golongan ini dapat dikelompokkan
berdasarkan:
 Spektrum efeknya, yaitu muskarinik atau nikotinik;
dan
 Mekanisme kerjanya, yaitu yang bekerja langsung
pada reseptor asetilkolin atau secara tidak langsung
melalui penghambatan asetilkolinesterase. Beberapa
obat, seperti neostigmin termasuk dalam lebih dari
satu subkelas.
Obat Kolinergik
1. Golongan Ester Kolin
2. Golongan Anti kolinesterase
3. Golongan Alkaloid tumbuhan
Obat obat
kolinergik
ESTER KOLIN (KOLINERGIK KERJA
LANGSUNG)

Golongan kolinergik kerja langsung ini


meliputi ester kolin (asetilkolin, metakolin,
karbamoilkolin, Karbakol, dan betanekol)
dan alkaloid alamiah (muskarin, pilokarpin,
nikotin, lobelin).
Mekanisme Kerja
Agonis kolinergik bekerja mirip dengan
kerja astilkolin pada reseptor kolinergik.
Obat-obat ini berkaitan dengan reseptor
pada membran sel-sel organ target
mengubah permeabilitas membrane sel
dan mempermudah pengaliran kalsium
dan natrium ke dalam sel yang
menyebabkan stimulasi otot
Farmakodinamik:
 Kelenjer eksokrin dan otot polos: efek
muskarinik
 Ganglion dan otot rangka: efek nikotinik
Efek samping
Biasanya efek samping dihasilkan oleh efek-efek
nonspesifiknya pada system saraf parasimpatik. Agonis
kolinergik yang berkaitan khusus dengan reseptor di
system saraf parasimpatik menimbulkan efek
parasimpatomimetik yang tidak diinginkan diluar organ
target.
Sebagai contoh, penggunaan betanekol mengurangi
retensi urin, juga dapat meningkatkan motilitas saluran
cerna, yang dapat menimbulkan mual, kembung,
muntah, kram usus, dan diare.
Angonis kolinergik kerja
langsung : Asetilkolin
 Merupakan senyawa ammonium kuartener dengan
aktifitas muskarinik dan nikotinik serta tidak dapat
menembus membrane sel. Tidak dapat digunakan
untuk pengobatan karena kerjanya yang berlangsung
sangat cepat dan segera diinaktifkan oleh enzim
asetilkolinesterase
 Kerjanya termasuk : menurunkan denyut jantung dan
curah jantung (I.V), vasodilatasi dan menurunkan
tekanan darah (walaupun tidak ada persarafan
parasimpatis dipembulu darah, tetapi ada reseptor
kkolinergik yang terletak pada pembulu darah yang
akan bereaksi dan menyebabkan vasodilatasi
Efek Farmakodinamik
ACh
A. Sistem Kardiovaskuler
Mekanisme:
1. Produksi EDRF oleh endotel pembulu darah 
vasodilatasi
2. Ach bekerja pada ganglion simpatis Medulla
adrenal
3. Ach di prasinaps
Pd pemberian IV: efek pada endotelium dominan
B. Saluran cerna:
 Peristalsis , sekresi asam lambung dan enzim 
C. Kelenjer eksokrin: sekresi 
 Keringat (simpatis kolinergik)
 Air mata, liur, bronkus, dan lain-lain
D. Bronkus
 Bronkospasme (pada asma), hipersekresi
E. Saluran kemih
 Peristaltik ureter 
 Kontraksi detrusor 
 Relaksasi sfingter
Efek CV
 Efek nyata hanya pada Efek lain :
pemberian i.v dosis  Sekresi saliva
besar meningkat serta
 Pemberian cara lain gerak peristaltik
tidak beri efek karena  Sekresi bronkial
cepat dihidrolisis oleh dipicu
kolinesterase  Saluran uriner,
 Vasodilatasi kapiler
tonus detrusor urin
terpicu
 Kontraksi otot
siliaris mata
terpacu untuk lihat
dekat, kontriksi
pupil , timbul miosis
Efek samping Ach
o Pemberian iv berbahaya, kecuali asetilkolin
yang kerjanya sangat singkat
o Hati-hati pada:
• asma bronkial
• ulkus peptikum
• angina pektoris
o Intoksikasi: gejala muskarinik & nikotinik
berlebihan
o Antidot: Atropin
Indikasi
 Ach untuk penelitian
 Meteorismus, atonia kandung kemih:
Betanekol, karbakol (lebih sering digunakan
anti kolinesterase: prostigmin)
 Tes provokasi diagnostik feokromositoma:
Metakolin, Ach (pada saat TD rendah)
 tes provokasi metakolin  TD mula-mula
turun, kemudian meningkat (epinefrin )
 golongan lain (histamin)

 bila TD sedang tinggi: tes Fentolamin


Betanekol
Mempunyai struktur kimia yang berkaitan dengan ACh.
Bekerja secara langsung memacu reseptor muskarinik
sehingga meningkatkan tonus dan motilitas usus,
meningkatkan tonus otot detrusor kandung kemih, serta
merelaksasi trigonum dan sfingter sehingga berefek
pengeluaran urine. Indikasi: pengobatan atonia kandung
kemih pasca persalinan atau pascabedah
Efek samping
Dapat menimbulkan pacuan kolinergik
berupa saliva , berkeringat, kemeahan ,
penurunan tekanan darah , mual , nyeri
abdomen , diare , bronkospasme
Karbakol
Merupakan ester asam karbamat yang
juga merupakan substrat yang tidak cocok
untuk asetilkolinesterase. Karena
potensinya yang cukup tinggi dan
kerjanya berlangsung lama, obat ini
jarang digunakan untuk terapi, kecuali
untuk mata sebagai miotikum dan untuk
menurunkan tekanan dalam bola mata.
Efek samping
Efek samping karbakol relatif kecil atau
tidak ada sama sekali bila diberikan pada
dosis oftamologi
Pilokarpin
Merupakan suatu amin tersier yang stabil
terhadap hidrolisis oleh
asetilkolinesterase, termasuk obat yang
lemah disbanding dengan asetilkolin dan
turunannya. Aktivitas utamanya adalah
muskarinik dan digunakan untuk
oftalmologi, serta di indikasikan dalam
terapi glaukoma.
Metakolin
 Masa kerja lebih lama resisten terhadap
hidrolisis oleh kolinesterase non spesifik,
relative resisten terhadap hidrolisi oleh ACh.
Indikasi:
 Pengobatan gawat darurat glaukoma sudut
sempit untuk menurunkan intraocular
 Uji diagnostik untuk pasien yang diduga
mengidap asma.
OBAT ANTIKOLINESTERASE
(KOLINERGIK KERJA TIDAK
LANGSUNG)
 Reversibel:
 fisostigmin, prostigmin, piridostigmin,
edrofonium
 Ireversibel:
 Insektisida organofosfat (paration, malation,
diazinon), karbamat (Baygon)
 Gas perang (sarin, soman, tabun
OBAT ANTIKOLINESTERASE
(KOLINERGIK KERJA TIDAK
LANGSUNG)
Antikolinesterase menghambat enzim asetilkolinesterasi
(yang menguraikan ACh menjadi asetat dan kolin)
sehingga ACh menumpuk ditempat reseptor ACh.
Akibatnya, stimulasi reseptor kolinergik di seluruh tubuh
berlangsung lebih lama
Dalam golongan ini kita kenal dua kelompok obat yaitu :
 Golongan karbamat (ester asam karbamat), dapat
disebut juga golongan antikolinesterase reversible, kecuali
edrofonium yang bukan merupakan suatu ester. Obat
yang termasuk dalam golongan ini adalah ambenonium,
edrofonium klorida, neostigmin, fisostigmin salisilat, dan
pridostigmin.
 Golongan fosfat (ester asam fosfat) atau golongan
ireversibel. Mempunyai masa kerja yang sangat lama, dan
membentuk kompleks yang sangat stabil dengan enzim
serta dihidrolisis dalam waktu berhari-hari atau berminggu-
minggu
Mekanisme Kerja
Obat-obat antikolinesterase meningkatkan
kadar dan efek ach pada tempat reseptor dalam
SSP atau ganglia otonomik, pada sel-sel efektor
di viscera, dan pada motor end plate.
Bergantung pada tempat kerja, dosis obat, dan
masa kerjanya, obat-obat ini dapat memberikan
efek stimulasi atau efek depresi pada reseptor
kolinergik
Efek Samping
 Efek samping yang umum terjadi berupa efek
parasimpatomimetik. Pada mata berupa penglihatan
kabur, penurunan akomodasi, miosis; pada kulit akan
keluar banyak keringat; pada saluran cerna akan
terjadi peningkatan salvias, kembung, mual, muntah,
kram usus dan diare.
 Efek brokontriksi: nafas terasa pendek, mengi, atau
terasa tegang di dada. Vasodilatasi: penurunan
denyut jantung dan pengurangan kontraksi otot
jantung.
 Efek pada SSP: Irritabilitas, ansietas atau rasa takut
(pada beberapa kasus), dan terjadi kejang
Fisostigmin
Fisostigmin berupa amin tersier suatu alkaloid
(senyawa nitrogen yang terdapat dalam
tumbuh-tumbuhan). Obat ini adalah substrat
untuk asetilkolinesterase, dan membentuk
senyawa perantara enzim-substrat yang relative
stabil yang berfungsi menginaktifkan secara
reversible ACh.
Farmakokinetik
 Fisostigmin: absorpsi mudah: per oral,
mukosa, parenteral, topikal (mata)
Tetes mata dapat menimbulkan efek
sistemik
 Prostigmin: absorpsi per oral kurang
baik
 Organofosfat: absorpsi baik, bahkan
melalui kulit
Intoksikasi
 Gejala sentral: ataksia, bingung, hilangnya
reflek, koma, nafas Cheyne Stokes.
 Gejala perifer:
 Miosis, hiperemia konjungtiva,
 Bronkokonstriksi, spasme laring,
 Hiperhidrosis, muntah, diare
 Fibrilasi otot, tremor, kejang …paralisis
 Lab: Butirilkolin esterase plasma dan eritrosit 
Edrofonium
Edrofonium adalah suatu amin kuartener yang
mempunyai kerja mirip dengan neostigmin; dan
bila dibandingkan dengan neostigmin, obat ini
lebih cepat diserap dan masa kerjanya lebih
singkat (sekitar 10-20 menit). Penggunaan
klinisnya untuk miastenia gravis (kelemahan
otot). Kelebihan dosis dapat menimbulkan krisis
kolinergik. Bila terjadi keracunan berikan
atropine sebagai antidotum.
ANTIDOT
 ATROPIN
 Untuk efek muskarinik

 2 mg tiap 7-10 menit sampai keadaan akut


teratasi
 Pertahankan gejala atropinisasi

 PRALIDOKSIM
 Untuk efek nikotinik

 Merupakan reaktivator Cholinesterase


INDIKASI
 Atonia usus & VU pasca bedah: prostigmin
 Oftalmologi:
 Miotikum (Fisostigmin, DFP), mengatasi efek
midriasis atropin setelah funduskopi
 Mencegah perlengketan iris dengan bola mata pada
peny. Endoftalmitis  fisostigmin & atropin
bergantian
 Glaukoma: miosis  saluran Schlemm terbuka 
tekanan bola mata menurun.
 Myastenia gavis:
 prostigmin, piridostigmin, edrofonium  untuk D/
dan Th/
 Alzheimer: Takrin, Rivastigmin
 Mengatasi defisiensi sistem kolinergik sentral.
Lain-lain
 Metoklopramid:
 Antiemetik dengan efek sentral dan perifer.
 Mekanisme:
 Antidopaminergik sentral

 Efek langsung pada otot polos saluran cerna

 Potensiasi efek kolinergik

 Farmakodinamik:
 Tonus sfingter meningkat

 Memperbaiki kordinasi otot gaster

 Mempercepat pengosongan lambung

 Efek anti emetik (sentral dan perifer)


 Indikasi:
 Anti emetik

 Memperlancar zat kontras pada pemeriksaan


radiologik usus
 Mempermudah intubasi saluran cerna

 Mengatasi refluk esofagus

 Kontraindikasi:
 Obstruksi usus

 Perdarahan dan perforasi usus

 Epilepsi, feokromositoma, gangguan


ekstrapiramidal
Cisapride
 Meningkakan penglepasan Ach di saluran
cerna
 Meningkatkan motilitas usus dan kolon

 Indikasi:
 Refluks esofagitis
 Dispepsia
 Kontra indikasi:
 Obstruksi usus

 Perdarahan dan perforasi usus

 Efek samping: aritmia, diare.


Penggolongan obat-obat kolinergik beserta
prototype, analog utama dan obat lain
Cara kerja Golongan Prototip Analog utama Obat penting lain

Kerja langsung Agonis muskarinik Asetilkolin Muskarin, Karbamolkolin


Betanikol, Metakolin
Pilokarpin Arekolin
Agonis nikotinik Karbamikolin
Asetilkolin Nikotin
Suksinilkolin Neostigmin

Kerja tidak langsung Penghambat aktif Neostigmin Edrofonium Pridostigmin


kolinesterase (reversible) Fisostigmin
Karbaril
Penghambat kolinesterase
(irreversible) Ekotiofat Parathion Isofluorofat
(disopropil
fluorofosfat DFP)
Diklorvos
Malation
Kolinergik lain - - - Metoklopramid
Sisaprid
ALKALOID
TUMBUHAN
 Muskarin (Amanita muscarina)
 Plokarpin (Pilocarpus sp)

 Arekolin (Areca catechu)

Indikasi:
 Pilokarpin: miotikum
 Arekolin: obat cacing pada hewan
 Aseklidin: senyawa sintetik mirip arekolin
Digunakan sebagai miotikum pada glaukoma.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai