Anda di halaman 1dari 14

DEPRESI

Arifna Fitriyanti
I4061191015
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa
Rumah Sakit TK. II Dustira Cimahi
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura 2019
Pembimbing: Mayor CKM (K) dr. Lollytha C. Simanjuntak, Sp.KJ
DEFINISI
Depresi :

Satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan


dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh
diri.
EPIDEMIOLOGI
Gangguan depresi berat paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidup
sekitar 15%. Penderita perempuan dapat mencapai 25%, sekitar 10% di perawatan
primer dan 15% dirawat rumah sakit. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi
sekitar 2%, dan usia remaja 5%.

Kejadian depresi pada wanita lebih sering dibandingkan pria.

Rata-rata usia sekitar 40 tahun-an. Hampir 50% awitan diantara usia 20-50 tahun.

Paling sering terjadi pada orang yang tidak mempunyai hubungan interpersonal
yang erat atau pada mereka yang bercerai atau berpisah.
ETIOLOGI
• Faktor Organobiologi
Neurotransmitter : serotonin, norepinefrin, dopamin
• Faktor Genetik
Penelitian dalam keluarga : berkaitan dengan adopsi, hubungan
saudara kembar
• Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan
• Faktor Kepribadian
DIAGNOSIS
Gejala utama (pada derajat Gejala lainnya
ringan, sedang, dan berat): • Konsentrasi dan perhatian berkurang

• Perasaan depresif • Harga diri dan kepercayaan diri berkurang


• Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak
• Kehilangan minat dan berguna
kegembiraan
• Pandangan masa depan yang suram dan
• Berkurangnya energi yang pesimistis
menuju meningkatnya • Gagasan atau perbuatan membahayakan
keadaan mudah lelah dan diri atau bunuh diri
menurunnya aktivitas • Tidur terganggu
• Nafsu makan berkurang
Diperlukan waktu sekurang-kurangnya 2 minggu untuk
penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek
dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat
F32.0 EPISODE DEPRESIF RINGAN
• Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
• Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
• Tidak boleh ada gejala yang berat di antaranya

• Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang- kurangnya sekitar 2


minggu.

• Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang


biasa dilakukannya
F32.1 EPISODE DEPRESIF SEDANG
• Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama

• Ditambah sekurang-kurangnya 3 (sebaiknya 4) dari gejala lainnya

• Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2


minggu.

• Menghadapi kesulitan yang nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,


pekerjaan dan urusan rumah tangga
F32.2 EPISODE DEPRESIF BERAT
TANPA GEJALA PSIKOTIK
• Semua 3 gejala utama depresi harus ada
• Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di
antaranya harus berintensitas berat
• Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
• Berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat
berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan diagnosis dalam
waktu kurang dari 2 minggu.
• Sangat tidak mungkin pasien meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf sangat terbatas.
F32.3 EPISODE DEPRESIF BERAT
DENGAN GEJALA PSIKOTIK
• Episode depresi berat memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut

• Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya


melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.

• Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina


atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
TATALAKSANA
• Rawat Inap
- Kebutuhan untuk prosedur diagnostik
- Resiko bunuh diri dan melakukan pembunuhan
- Berkurangnya kemampuan pasien secara menyeluruh untuk asupan
makanan dan tempat perlindungan
- Riwayat gejala berulang
- Tidak adanya dukungan terhadap pasien
TATALAKSANA
• Psikoterapi : diberikan untuk membantu pasien mengatasi stresor kehidupan
sehari-hari. Jenis psikoterapi yang diberikan bergantung pada kondisi pasien dan
preferensi dokternya. Jenis psikoterapi yang diberikan : psikoterapi suportif atau
psikoterapi reedukatif, atau psikoterapi rekonstruktif.
• Farmakoterapi
- Golongan trisiklik: Amitriptilin, Imipramine
- Golongan tetrasiklik: Maprotiline, mianserin
- Golongan MAOI (MonoAmine Oksidase Inhibitor): Moclobemide
- Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor): Sertaline,
Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Escitalopram
- Golongan SNRI (Serotonin Norepineprin Reuptake Inhibitor): Venlafaxine,
Desvenlafaxine, Duloxetine
TATALAKSANA
• ECT (Electroconvulsive Therapy)
ECT digunakan bila pasien tidak berespon terhadap farmakoterapi dengan
dosis yang sudah adekuat atau tidak dapat mentoleransi farmakoterapi atau
pada tampilan klinis yang sangat berat yang memperlihatkan perbaikan
sangat cepat dengan penggunaan ECT. Indikasi uatam ECT = Depresi Berat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai