Anda di halaman 1dari 69

G1P0A0 gravid ± 4-5 minggu + KET

NURUL FITRIANI
N 111 17 082

Pembimbing:
dr. Wulan M Soemardji, Sp.OG
PENDAHULUAN

Hasil dari Hasil konsepsi


Kehamilan
kesalahan dalam berimplantasi dan
ektopik masalah
fisiologi matang diluar kavitas
besar bagi wanita
reproduksi endometrium
usia reproduktif
manusia kematian fetus
DEFINISI

KE • kehamilan dimana implantasi blastosis terjadi


diluar endometrium kavum uteri

• kehamilan ektopik  mengalami abortus


KET / ruptura apabila massa kehamilan
berkembang melebihi kapasitas ruang
implantasi (misalnya: tuba)
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi
berikut :

• Tuba Fallopii
• Uterus (diluar endometrium
cavum uterus)
• Ovarium
• Intraligamenter
• Abdominal
• Kombinasi
ETIOLOGI

FAKTOR TUBA

FAKTOR LAIN ABNORMALITAS


ZIGOT
KEHAMILAN
EKTOPIK

FAKTOR FAKTOR
HORMONAL OVARIUM
Faktor tuba yang dapat mendukung terjadinya ke
hamilan ektopik :

• Faktor dalam lumen tuba


– Endosalpingitis
– Lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk
– Lumen tuba sempit oleh operasi
Faktor pada dinding tuba
– Endometriosis tuba
– Divertikel tuba kongenital
Faktor diluar dinding tuba
– Perlekatan peritubal dengan distorsi/lekukan tuba
– Tumor yang menekan dinding tuba
Faktor lain
– Migrasi luar ovum
– Fertilisasi in vitro
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan
ektopik dalam tuba :

• Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi


• Abortus tuba
• Ruptur tuba
Faktor yang meningkatkan risiko terjadinya
kehamilan ekstopik:
1. Riwayat infertilitas
2. Riwayat kehamilan ekstopik sebelumnya
3. Operasi pada tuba
4. Infeksi pelvis
5. Penggunaan IUD
PATOFISIOLOGI

Terhambatnya tranportasi
Implantasi zigot
Blaskokista ke endometrium Lapisan submukosa di
di muskular
(Faktor tuba, faktor lapisan tuba falopii tipis,
ovum yang dibuahi epitel tuba 
kontrasepsi hormonal, menembus epitel
KE
pemakaian IUD, Faktor
ovum)

Trofoblas dan villus korialis


implantasi tidak dpt
menembus lapisan
menyesuaikan diri dg
pseudokapsularis (menyerupai
besarnya kehamilan
desidua) dan lapisan muskularis
terjadilah ruptur (pecah)
dan peritonium dinding tuba
 KET
MANIFESTASI KLINIS

TRIAS KLASIK KEHAMILAN EKTOPIK :

amenorrhea

nyeri Perdarahan
abdominal/ pervaginam
pelvik  spotting
DIAGNOSIS

KEHAMILAN EKTOPIK SUB AKUT

Gejala Klinis
Hasil Pemeriksaan
• Nyeri perut
• Adanya nyeri tegang
• Amenorea abdomen
• Perdarahan pervaginam • Terdapat massa adneksa
• Pusing • Pembesaran uterus
• Gejala hamil muda
• Perubahan orthostatik
• Pengeluaran massa
• Badan panas – dehidrasi
DIAGNOSIS
RUPTUR KEHAMILAN EKTOPIK AKUT

1) Penderita tampak anemis,


sakit, mungkin sudah
disertai gangguan 4) Pemeriksaan dalam
pernafasan (dispneu) • Nyeri pada
2) Tensi turun, nadi pergerakan serviks
meningkat, akral dingin • Teraba massa
3) Pemeriksaan dijumpai adneksa
• Tanda cairan / darah • Kavum Douglasi
bebas di kavum menonjol
abdomen,
• Abdomen nyeri dan
tegang
ALAT BANTU DIAGNOSIS

• Meningkat pd kehamilan normal maupun


Pemeriksaan abnormal
hormon progesteron • Tidak dapat membantu memperkirakan lokasi
dan ßhCG kehamilan ektopik dan bukan merupakan tes
yang rutin

• Cincin tuba  kehamilan ektopik awal


• Massa Ekstrauterin
• Hematosalphinx  Tuba Falopii dapat terisi darah
USG atau cairan bebas
• Rupturnya kehamilan ektopik  adanya cairan
bebas atau gumpalan darah pada ruang
intraperitoneal
DIAGNOSIS

• pemeriksaan struktur pelvis, ukuran dan lokasi


yang sebenarnya dari kehamilan ektopik,
LAPAROSKOPI adanya perdarahan, dan kondisi – kondisi lain.
Pungsi Kavum Douglasi/
Kuldosintesis Laparoskopi Diagnostik
• Untuk mengetahu adanya darah pada • Terdapat darah dalam kavum
kavum Douglasi. abdomen
• Dijumpai letak kehamilan
ektopik
DIAGNOSIS BANDING

1. Infeksi pelvis
2. Abortus imminens atau insipiens
3. Ruptur korpus luteum
4. Torsi kista ovarii
5. Apendisitis
6. Metorargia karena kelainan ginekologi atau
organic lainnya
7. Neoplasma ovarium (putaran tungkai, pecah,
terinfeksi) dengan atau tanpa kehamilan muda.
TATALAKSANA

PRINSIP UMUM TATALAKSANA

Kehamilan di
1. Segera dibawa ke rumah tuba dilakukan
sakit salpingektomi
2. Transfusi darah dan
pemberian cairan untuk
mengkoreksi anemia dan
hipovolemia
Operasi segera dilakukan
setelah diagnosis dapat
dipastikan.
PENATALAKSANAAN

• TERAPI BEDAH

laparaskopi • radikal (salpingektomi)


• konservatif (biasanya
atau salpingotomi,
laparatomi salpingostomi)
SALPINGEKTOMI
• INDIKASI :
– KE mengalami ruptur (terganggu)
– Terjadi kegagalan sterilitas
– Perdarahan berlanjut pascasalpingotomi
– Kehamilan tuba berulang
– Massa gestasi berdiameter > 5 cm
– Pasien meminta dilakukan sterilisasi
– Telah dilakukan rekontruksi tuba sebelumnya
TATALAKSANA

– Kehamilan di kornu dilakukan:


• Histerektomi bila telah umur > 35 tahun
• Fundektomi bila masih muda untuk kemungkin
an masih bisa haid.
• Eksisi bila kerusakan pada kornu kecil dan
kornu dapat direparasi
KEHAMILAN ABDOMINAL

– Bila mudah, kantong dan plasenta diangkat


– Bila besar atau susah (kehamilan abdominal lanjut),
anak dilahirkan dan tali pusat dipotong dekat plasenta,
plasenta ditinggalkan dan dinding perut ditutup
• TERAPI OBAT
- Keuntunganny menghindari tindakan bedah +
resiko, mempertahankan patensi dan fungsi
tuba, dan biaya yang lebih murah.

- Zat kimia yang telah diteliti beberapa diantara


nya : glukosa hiperosmolar, zat sitotoksik (misal:
methotrexate dan actinomycin),prostaglandin,
dan mifeproston.
KOMPLIKASI

Terlambatnya diagnosis ataupun terapi Jaringan


Kehamilan
dapat mengakibakan ruptur tuba trofoblas
Ektopik yang
ataupun ruptur uteri, diikuti dengan yang
perdarahan masif, syok dan kematian.
persisten
persisten
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. F
Umur : 21 tahun
Alamat: Ds. Kotarinsau, Dolo
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan: SMA
ANAMNESIS

Keluhan utama :
Nyeri perut
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang dengan keluhan nyeri perut


sebelah kiri bawah sejak 1 hari yang lalu dan
memberat 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Selain
itu terdapat keluhan keluar flek-flek darah dari
kemaluan sejak kemarin, flek yang keluar sedikit-
sedikit, dan berwarna kecoklatan gelap.
Sebelumnya, pasien mengaku adanya keluar
cairan kekuningan yang berbau dan gatal dari jalan
lahir, keluhan tersebut dirasakan sudah sejak 1
tahun dan belum diobati. Pasien juga mengeluhkan
demam, pusing, mual dan muntah 1 kali, serta
lemas seluruh badan. BAK dan BAB biasa.
Riwayat penyakit dahulu:

Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini

sebelumnya. Tetapi pasien memiliki riwayat keputihan

sudah sekitar 1 tahun dan belum diobati. Riwayat

penyakit diabetes mellitus, hipertensi, asma, alergi di

sangkal oleh pasien.

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal yang

serupa dengan pasien.


Riwayat menstruasi :
 Pasien menarche saat berusia 13 tahun, teratur setiap bulan,
selama 7 hari/siklus, ganti pembalut 2-3x/hari.
HPHT : 06-04-2019

Riwayat pernikahan :
 Pasien menikah 1 kali saat berusia 20 tahun, usia pernikahan
8bulan.

Riwayat kontrasepsi :
 Tidak ada.

Riwayat obstetrik :
 Belum memiliki anak.
A. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : kompos mentis

BB : 60 kg

TB : 155 cm

Tanda Vital :

TD : 90/60 mmHg

N : 110 x/menit

R : 20 x/menit

S : 37,5ºC
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Kepala leher
Konjuktiva : anemis (+/+)
Sclera : ikterik (-/-)
Edema palpebral : (-/-)
Pembesaran KGB : (-/-)
Pembesaran kel. Tiroid : (-/-)
Thoraks
Inspeksi : pergerakan toraks simetris bilateral , retraksi (-)
Palpasi : vocal fremitus ka=ki, nyeri tekan (-), massa tumor (-)
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru, batas paru-jantung
kanan : ICS II-III linea parasternal dextra , batas paru-jantung kiri
: ICS IV linea midclavicularis sinistra, batas paru-atas jantung :
ICS II linea parasternalis dextra
Abdomen :

Inspeksi : tampak datar

Auskultasi: peristaltik (+), kesan normal

Perkusi : timpani seluruh kuadran abdomen

Palpasi : nyeri tekan (+) perut bagian bawah

Ekstremitas :

Atas : akral hangat (+/+), edema (-/-)

Bawah : akral hangat (+/+), edema (-/-)


Pemeriksaan Obstetri :

Leopold I-IV : Belum teraba

Pemeriksaan Genitalia :

Pemeruksaan dalam (VT) : Portio kenyal, pembukaan

tidak ada, nyeri goyang portio (+)

Pelepasan : Lendir (+), darah (+)


PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan USG Abdomen:

Tampak massa kompleks di cavum douglas


Kesan : KET
Laboratorium
WBC : 19,12x103/μL(↑) (4.000-11.000)
Hemoglobin : 7,4 g/dL (12-16)
PLT : 290 x103/μL (150.00-400.000)
HCT : 41 % (40-45)
CT : 8 menit
BT : 4 menit
HbsAg : Non-reaktif
Rapid Test : Negatif
HCG Test : Positif
RESUME
Pasien perempuan berusia 21 tahun datang
dengan keluhan nyeri perut sebelah kiri bawah sejak
1 hari yang lalu dan memberat 3 jam sebelum
masuk rumah sakit. Selain itu terdapat keluhan
keluar flek-flek darah dari kemaluan sejak kemarin,
flek yang keluar sedikit-sedikit, dan berwarna
kecoklatan gelap. Sebelumnya, pasien mengaku
adanya keluar cairan kekuningan yang berbau dan
gatal dari jalan lahir, keluhan tersebut dirasakan
sudah sejak 1 tahun dan belum diobati. Pasien juga
mengeluhkan demam, pusing, mual dan muntah 1
kali, serta lemas seluruh badan. BAK dan BAB biasa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah : 90/60
mmHg, nadi : 110 x/menit, respirasi : 20 x/menit, suhu : 36,5ºC.
Nyeri tekan abdomen (+).
Pemeriksaan obstetri : Leopold I-IV belum teraba.
Pemeriksaan genitalia: Pemeriksaan dalam (VT) : Portio kenyal,
pembukaan tidak ada, nyeri goyang portio (+), Pelepasan :
Lendir (+), darah (+).
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan USG Abdomen :
tampak massa kompleks di cavum douglas, kesan KET.
Laboratorium HCG Test (+). Leukosit : 19,12 x103/Μl.
Hemoglobin : 7,4 g/dL (↓). Platelet : 290 x103/μL.. HbsAg : Non-
reaktif. Rapid Test : Negatif
DIAGNOSIS

G1P0A0 gravid ± 4-5 minggu + KET


PENATALAKSANAAN
- IVFD 2 line 28 tpm
- 02 4 lpm
- Pasang kateter tetap
- Drips Metronidazole 500 mg/ 8 jam
- Inj. Cefoperazone 1 gr/12 jam/IV
- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam /IV
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam/IV
- Kaltrofen supp 1 tab / rectal
- Puasakan pasien
- Persiapan darah 3wb , 1prc
- Rencana laparotomi cyto
LAPORAN OPERASI
1. Pasien dibaringkan posisi supinasi dalam pengaruh anastesi
spinal.
2. Desinfeksi area operasi dan sekitarnya
3. Pasang duk steril
4. Insisi abdomen dengan metode Pfannenstiel secara lapis
demi lapis.
5. Tampak perdarahan intraabdominal, suction perdarahan
6. Identifikasi sumber perdarahan, didapatkan kehamilan
ektopik dibagian cornue sinistra uterus
7. Dilakukan tindakan insisi baji bagian cornue sinistra uterus,
jahit bekas insisi, perdarahan tidak ada
8. Cuci cavum abdomen dan evakuasi stosel , kesan perdarahan
negatif
9. Jahit dinding abdomen lapis demi lapis
10. Tutup bekas operasi dengan kassa steril
11. Operasi selesai
INSTRUKSI POST OP
- IVFD 2 line, RL 28 Tpm/NaCL 28tpm
- Inj. Cefoperazone 1gr/12Jam/IV
- Drips Metronidazol 500 mg/8jam
- Inj. Ketorolac 1amp/8jam/IV
- Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam /IV
- Inj. Asam traneksamat 1 amp/ 8 jam/IV
- Cek hb 2 jam post op jika <8g/dl transfusi prc 1 labu/
hari sampai hb >10 g/dl
- Observasi Ku dan TTV
- Rawat matahari
FOLLOW UP
FOLLOW UP
FOLLOW UP
PEMBAHASAN
Kehamilan ektopik biasanya didiagnosis
pada trimester pertama kehamilan. Usia
kehamilan biasanya 6-10 minggu saat diagnosis
ditegakkan. Pada kasus ini, pasien mengarah ke
kehamilan ektopik terganggu karena terdapat
keluhan :
- Nyeri perut bagian bawah
- Terdapat perdarahan atau bercak
- Amenorea
- Sudah terjadi ruptur
- Gg hemodinamik
o Nyeri perut disebabkan karena darah yang keluar ke dalam
kavum peritoneum yang menyebabkan iritasi peritoneum dan
menimbulkan rasa nyeri.
o Perdarahan per vaginam menunjukkan kematian janin dan
berasal dari kavum uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan
yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna
coklat tua. Perdarahan berarti terjadi gangguan pembentukan
hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Jika plasenta
mati, desidua dapat dikeluarkan seluruhnya.
o Amenorrhea merupakan juga tanda yang penting pada
kehamilan ektopik. Lamanya amenorea tergantung pada
kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum
pasien lemah yang ditandai dengan tensi turun, nadi
cepat dan lemah, dan suhu yang meingkat. Hal ini
merupakan tanda bahwa perdarahan ke dalam rongga
perut yang masif, komplikasi yang paling sering terjadi
pada pasien dengan KET yakni terjadi syok.
KEHAMILAN KORNU UTERUS

Pada pasien ini jenis kehamilan ektopik yaitu dibagian


kornu sinistra uterus. Kehamilan kornu adalah bentuk
kehamilan ektopik yang jarang terjadi di mana implantasi
terjadi di rongga tanduk rudimenter rahim. Kehamilan
kornu mewakili 2-4% dari semua kehamilan tuba dan
terjadi sekali dalam setiap 2.500-5.000 kelahiran hidup.
o Temuan fisik tergantung pada apakah terjadi ruptur
uteri atau tidak. Wanita dengan perdarahan
intraperitoneal datang dengan sakit perut, disertai
dengan beberapa derajat ketidakstabilan
hemodinamik.

o 20% kasus yang berkembang sampai 12 minggu


mengakibatkan perdarahan masif akibat pecahnya
uterus karena vaskularisasi tinggi di wilayah ini melalui
cabang-cabang arteri uterina dan ovarium yang
mengarah pada tingkat kematian yang lebih tinggi.
Dalam beberapa hal, kehamilan kornu menyerupai jenis
kehamilan tuba interstitial dan membuat bingung pada
saat operasi. Yang membedakan adalah penyisipan
ligamentum bundar, yang selalu lateral pada kehamilan
kornu.
FAKTOR RESIKO

Faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik pada kasus ini yaitu


PID atau Pelvis inflamatory Disease. Pada pasien ini terdapat keluhan
keputihan yang berwarna kekuningan, bau, dan terasa gatal yg
dialami sudah sejak 1 tahun namun belum dioabti. Pasien juga sering
mengeluhkan nyeri perut bawah yg hilang timbul, disertai demam yg
naik turun.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel telur
yang sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat
sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan
akibatnya akan tumbuh diluar rongga rahim. Bila kemudian tempat
nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah
kehamilan akan terjadi ruptur dan menjadi kehamilan ektopik yang
terganggu.
Pada kehamilan di pars interstitialis tuba/cornue, pembesaran terjadi pada
jaringan uterus di sekeliling pars interstitialis. Jaringan ini yang sebagian
besar terdiri atas miometrium tidak dapat ditembus oleh villi korialis,
sehingga kehamilan bisa berlangsung terus sampai 16 – 20 minggu. Akan
tetapi perdarahan akibat dari ruptur, sering menjadi hebat, sehingga
memerlukan penanganan segera. Banyak kehamilan ektopik yang berakibat
fatal apabila implantasinya terjadi di segmen interstitial/cornue.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Dalam kasus ini dilakukan pemeriksaan USG abdomen dan
ditemukan tampak massa kompleks di cavum douglas.
• Kehamilan kornual dapat menyebabkan mortalitas dan
morbiditas ibu yang signifikan, oleh karena itu diagnosis dini
dengan bantuan ultrasonografi atau laparoskopi dapat
membantu berkontribusi terhadap manajemen konservatif yang
efektif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan USG dapat dilakukan secara perabdominal atau
pervaginam. Umumnya kita akan mendapatkan gambaran
uterus yang tidak ada kantong gestasinya dan mendapatkan
gambaran kantong gestasi yang berisi mudigah diluar
uterus.
• Apabila sudah terganggu (ruptur) maka bangunan kantong
gestasi sudah tidak jelas, tetapi akan mendapatkan
bangunan massa hiperekoik yang tidak beraturan , tidak
berbatas tegas, dan disekitarnya didapatkan cairan bebas
(gambaran darah intraabdominal).
PENATALAKSANAAN
• Penatalaksanaan kasus secara umum adalah dengan restorasi cairan
tubuh dengan Ringer Laktat (RL), pemberian antibiotic untuk
mencegah infeksi, dan pemberian analgesik untuk mengilangkan
nyeri perut. Karena kasus ini sudah memasuki kehamilan ektopik
terganggu, maka perlu dilakukan tindakan bedah secepat mungkin.

• Tindakan operasi : laparatomi untuk membersihkan isi kavum


abdomen dari darah dan sisa jaringan konsepsi serta menutup
sumber perdarahan dengan melakukan insisi baji (wedge resection)
pada kornu uteri dimana tuba pars interstisialis berada.
PROGNOSIS

• Sebagian ibu menjadi steril (tidak dapat


mempunyai keturunan)

• mempunyai resiko 10% untuk terjadinya


kehamilan ektopik terganggu berulang

• Ruptur dengan perdarahan intraabdominal


dapat mempengaruhi fertilitas wanita.
-TERIMAKASIH-
Cornual ectopic pregnancy in uterus
unikornis
Cornual pregnancy in a septum uterus
Bicornuate uterus with single cervix

Anda mungkin juga menyukai