Anda di halaman 1dari 21

Seorang wanita muda

dengan Malassezia
Foliculitis
Dokter pembimbing: dr. Titie Soeprapti, Sp.KK, FINSDV
BAB I. PENDAHUAN
Malassezia folikulitis atau pitirosporum ovale folikulitis (POF) merupakan penyakit kronis
pada folikel pilosebasea yang disebabkan oleh jamur Malassezia spp.
papul dan pustul folikuler yang biasanya gatal dan terutama berlokasi dibatang tubuh,
leher, lengan bagian atas.
Malazzesia spp adalah ragi lipoiik dan kebanyakan memerlukan lipid didalam
pertumbuhannya.
Spesies malassezia dianggap bagian dari flora mikroba dan dapat diisolasi dari kulit yang
normal.
Pitirosporum ovale folikulitis sering dihubungkan dengan penyakit acne secara umum.
dalam laporan kasus ini mencoba membahas tentang seorang wanita muda yang
didignosis dengan pitirosporum ovale folikulitis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI EPIDEMOLOGI

Malassezia folikulitis merupakan ditemukan pada kulit dalam 75-98% dari


orang sehat.
penyakit kronis pada folikel
pilosebasea yang disebabkan bagian dari flora normal kulit
oleh jamur Malassezia spp. Tidak memiliki tanda-tanda atau gejala
berupa papul dan pustul Di China thn 2008 : 1,5% pasien kulit di
folikuler yang biasanya gatal dan diagnosis POF, sebagian besar dari mereka
terutama berlokasi dibatang sehat, dan rata-rata dewasa muda. rasio
tubuh, leher, lengan bagian atas. laki – perempuan 1:1.
sering terjadi pada usia 13 – 45 tahun.
lebih banyak ditemui di daerah tropis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
ETIOLOGI
Jamur penyebab: spesies Pityrosporum atau M. Furfur
Sifat: lipofilik, saprofit, tunas, unipolar, dirmofik, gram-positif, berdinding
ganda, berbebentuk lonjong-bulat.
Malassezia furfur adalah agen patogenik di Pityrosporum ovale folliculitis
dan juga dikaitkan dengan beberapa penyakit kulit termasuk dermatitis
sebrohoik, folikulitis, pitiriasis versicolor dan dermatitis atopik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
PATOFISIOLOGI
Spesies Malassezia merupakan penyebab pitirosporum folikulitis dengan sifat dimorfik
(berada dalam dua bentuk atau struktur yang berbeda), lipofilik (membutuhkan asam
lemak yang ada dalam kulit berminyak untuk berkembang biak) dan komensal.
Penyumbatan folikel diikuti oleh pertumbuhan berlebih jamur yang tumbuh subur di
kelenjar sebaceous diyakini menjadi etiologi. Jamur Malassezia yang merupakan
penyebab pitirosporum folikulitis ini membutuhkan asam lemak bebas untuk bertahan
hidup. Biasanya mereka di temukan dalam stratum korneum dan foliculi pilar di daerah
dengan peningkatan aktivitas kelenjar serbaceous seperti dada dan punggung.
Menghidrolis trigliserida menjadi asam lemak rantai sedang dari asam lemak bebas.
Hasilnya adalah sel mediasi yang merespon dan mengaktivasi jalur komplemen
alternative, yang menyebabkan peradangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
PATOFISIOLOGI
pesatnya pertumbuhan dan multiplikasi dari jamur di wilayah folikel rambut
menyebabkan pengembangan ruam pada kulit. Membentuk patc gatal dan jerawatan.
Bila pada hospes terdapat factor predisposisi yang dapat menyebabkan perubahan
dalam kekebalan, produksi sebum, dan pertumbuhan flora normal kulit. Spesies
Malassezia tumbuh berlebihan dalam folikel dapat pecah, menyebabkan reaksi
peradangan terhadap lemak bebas yang dihasilkan lipase jamur dan memberikan
gambaran folikulitis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
FAKTOR PREDISPOSISI GEJALA KLINIK

Factor eksternal: Suhu dan kelembaban udara yang


tinggi, Pakaian oklusif, Penggunaan bahan-bahan
berlemak untuk pelembab badan yang berlebihan Gatal di tempat predikleksi

Factor host atau individu: Kulit berminyak, Kegemukan,


Kehamilan, Stress atau kelelahan Klinis morfologi : terlihat papul dan pustule
perifolikular dengan diameter berukuran 2-
Penyakit sistemik, termasuk: Diabetes milletus, Defisiensi 3mm, dengan peradangan minimal.
imun
Tempat predileksi adalah : dada, punggung,
Obat-obatan, seperti: Antibiotic oral spektrum luas, dan lengan atas. Kadang – kadang di leher
Steroid oral dan jarang di wajah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DIAGNOSIS
Kriteria untuk menegakan diagnosa malassezia Pemeriksaan langsung dengan memakai larutan KOH 20%.
foliculitis meliputi karakteristik morphologi, dengan Specimen berasal dari dalam isi pastul, papul atau papul
pemeriksaan lampu wood’s terdapat fluoressensi komedo yang di ambil menggunakan ekstrasi komedo. Hasil
berwarna kuning kehijauan pada papul atau positif apabila diddaptkan hasil +3 atau +4 berdasarkan
terdapatnya gambaran jamur pityrosporum pada grading jumlah spora per lapangan pandang besar
hapusan atau biopsy dan berespon baik dengan
terapi anti jamur. mikroskop.

Tidak terdapatnya komedo pada malassezia foliculitis Grading spora :


dapat membantu membedakan dengan acne vulgaris.
Untuk mengidentifikasi bentukan jamur Malassezia +1: 1-2 spora tersebar, tidak berkelompok
dilakukan pemeriksaan dengan pengambilan
spesimen kulit yang kemudian hasil specimen +2: 2-6 spora dalam kelompok atau 3-12 spora tersebar
diletakan diatas objek glass yang telah diberi KOH +3: 7-12 spora dalam kelompok atau 13-20 spora tersebar
10% atau dengan alternative lain, bisa menggunakan +4: >12 spora dalam kelompok atau >20 spora tersebar
selotip yang bisa digunakan untuk visualisasi yang
lebih baik. Pada pemeriksaan histopatologis ditemukan osium folikel
Dengan penglihatan menggunakan mikroskop akan melebar dan bercampur dengan materi keratin. Dapat terjadi
didapatkan jamur yang sering diistilahkan sebagai rupture dinding folikel sehingga terlihat respons radang
“spaghetti and meatballs”. campuran dan sel datia benda asing
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DIAGNOSIS BANDING TATALAKSANA

Acne vulgaris Farmakoterapi


Terapi topical : Sampo ketokonazol 2% 2 kali/minggu
Folikulitis bacterial selama 2-4 minggu atau Sampo selenium sulfide 2,5%
sekali/hari selama 3 hari. Dosis rumatan sekali/minggu.
Erupsi akneiformis Terapi sistematik: Itrakonazol 200mg/hari selama 2-3
minggu atau Flukonazol 150mg/minggu selama 2-4
Folikulitis eosnofilik minggu atau Ketokonazol 200mg/hari selama 2-4 minggu.
Non-Farmakoterapi
Menghindari keringat berlebih,Menjaga kulit tetap kering,
Melakukan konseling mengenai cara menghindari factor
pencetus , Menghentikan pengobatan antibiotic dan
kortikosteroid yang digunakan dalam jangka waktu lama
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
PROGNOSIS

Prognosis di Pityrosporum folikulitis baik. Dengan pengobatan,folliculitis


Pityrosporum dapat benar-benar sembuh, tanpa pengobatan,
Pityrosporum folikulitis dapat bersifat pruritus
BAB III KASUS
IDENTITAS

Nama : Nn. A.P Suku : Manado


Tanggal lahir : 02 Maret 2002 Agama : Kristen protestan
Umur : 16 tahun Pendidikan terakhir : SMP
Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Pelajar
Status pernikahan : Belum menikah Tanggal pemeriksaan : 11 april 2018
Alamat : Kotaraja No. RM : 46 14 18
ANAMNESA

Keluhan utama :

• Timbul bintil-bintil merah di tubuh

Riwayat penyakit sekarang

• Pasien datang ke Poli kulit dan kelamin RSUD Abepura dengan


keluhan timbul bintil-bintil merah pada tubuh pasien terutama
di bagian bahu dan lengan sejak ±2 minggu yang lalu.
• Bintil-bintil merah berbatas tegas, teratur, tidak berisi cairan,
merah tersebar merata.
• Tidak gatal, nyeri.
• Kulit menjadi sangat merah jika mandi (daerah tubuh basah
dan lembab).
• Menurut pasien keluhan timbul setelah mengkonsumsi obat
dari dokter saraf.
ANAMNESA

Riwayat penyakit dahulu : Riwayat penyakit keluarga:

• Pasien tidak pernah • Dalam keluarga pasien tidak


mengalami gejala seperti ini ada yang memiliki gejala
sebelumnya yang sama
• Pasien baru saja mengalami • Riwayat diabetes mellitus
cedera tulang belakang dan disangkal
masih menjalani terapi, • Riwayat asma disangkal,
• Riwayat diabetes mellitus • Riwayat alergi makanan dan
disangkal, obat disangkal
• Riwayat asma disangkal,
• Riwayat alergi makanan dan
obat disangkal,
• Riwayat digigit serangga
disangkal,
• Riwayat bersin dipagi hari
disangkal
Pemeriksaan Fisis

Keadaan Status Status


Kesadaran: Tanda Vital:
umum: generalis: Dermatologis:

Tekanan
tampak compos Dalam batas Distribusi :
darah: 120/80
sakit sedang mentis normal regional
mmHg

Lokasi :
Nadi : 83x/m ekstremitas
superior regio
deltoidea,
regio
scapularis
Respirasi :
20x/m
Efloresensi :
papula
eritema
Suhu : 36,7oC
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan KOH
Diagnosis •Acne Vulgaris

Banding

Diagnosis •Folikulitis Malassezia


(pitiroporum ovale
Kerja malassezia)
TATALAKSANA PROGNOSIS

Medikamentosa: Quo ad vitam

Oral : Topical :bionect • ad bonam


Itraconazole + clindamisin gel
Quo ad Functionam

• ad bonam

Non medikamentosa : Quo ad sanationam


Menghindari pakaian yang ketat agar
• ad bonam
kulit tidak lembab
Pemeriksaan ini mengarah pada Malassezia
Foliculitis dimana pada tinjauan pustaka
BAB IV : Pembahasan bintil-bintil merah yang terjadi bisa
disebabkan oleh jamur malassezia spp. dan
bisa diperkuat dengan pemeriksaan
Dari hasil anamnesa Nn.A.P yaitu timbul penunjang yang sudah dilakukan yaitu dari
bintil-bintil merah pada tubuh terutama pemeriksaan KOH ditemukan morfologi spora
dibagian bahu dan lengan atas. 0-5/LP dimana menurut kepustakaan
Menurut pasien keluhannya timbul sejak dianggap POF jika temukan jumlah
mengonsumsi obat dari dokter saraf organisme ≥ 3+ : yakni lebih dari 2-6 spora
2minggu yang lalu. dalam kelompok atau 3-12 spora tunggal
tersebar.
Kulit yang terkena akan menjadi merah jika
mandi atau lembab. Pasien megatakan tidak Pasien dalam kasus ini pun terjadi pada
terasa gatal namun nyeri. seorang wanita muda berusia 16 tahun
dimana literature menyebutkan malassezia
Pada pemeriksaan fisik dilakukan folliculitis ini sering terjad pada usia13-
pemeriksaan status generalis pasien dan 45tahun baik laki-laki maupun perempuan.
didapatkan dalam batas normal. Status Dan juga diperkuat dari anamnesa dimana
dermatologis pasien terdapat papul eritema tempat predileksinya sesuai literature yaitu
dengan distribusi regional pada ekstremitas dibagian bahu dan lengan.
superior regio deltoidea, dan regio scapularis
Pengobatan yang diberikan pada pasien ini Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
yaitu obat oral Itraconazole dan Topical pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
bionect + clindamisin gel. dengan meninjau pada landasan teori
dengan kasus yang terjadi maka malassezia
Itraconazole merupakan antijamur sistemik folliculitis yang didapatkan yaitu merupakan
turunan triazole, aktivitas antijamurnya lebih infeksi oleh jamur dimana dari presentasi
besar sedangkan efek sampingnya lebih kecil klinik ditemukan papul eritema dengan
dibanding ketoconazole. Untuk penggunaan distribusi regional pada ekstremitas superior
topical Bionect cream 0.2% 15 gr regio deltoidea, regio scapularis dan juga
mengandung Sodium hyaluronate yang pada pemeriksaan KOH ditemukan spora 0-
digunakan untuk melindungi borok kulit, luka 5/lp.
bakar, atau luka dari iritasi sehingga kulit
dapat sembuh sempurna. Menyingkirkan etiologi mengkonsumsi obat
dari dokter saraf, maka edukasi yang
Sodium hyaluronate adalah sama dengan zat diberikan yaitu Menghindari keringat
alami yang ditemukan dalam tubuh yang berlebih, Menjaga kulit tetap kering,
bekerja dengan membentuk lapisan Melakukan konseling mengenai cara
pelindung di atas daerah yang terbuka menghindari factor pencetus dan bisa juga
karena luka atau iritasi. melakukan konseling apakah obat dari
dokter saraf memang merupakan factor
Clindamycin gel merupakan obat keras yang pencetus. Dalam kasus ini obat dari dokter
termasuk dalam golongan antibiotic saraf yang dikonsumsi tidak diketahui karna
lincosamide. Clindamycin bekerja secara pasien tidak mengetahui nama obat yang
bakteriostatik maupun bakterisidal. Obat ini diberikan.
akan menghambat sintesis protein dengan
berikatan pada subunit 50s ribosom.
BAB V: KESIMPULAN
Nn. A.P berusia 16 tahun dengan keluhan timbul bintil-
bintil merah pada tubuh terutama dibagian bahu dan
lengan atas. + 2minggu sejak mengonsumsi obat dari dokter
saraf sesuai dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
penunjang didapatkan diagnosis Malassesia Foliculitis.
Pasien mendapatkan terapi medikamentosa antijamur oral
itraconazole dan topical bionect + clindamycin gel`
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai