dan Harry Minas berdasarkan proses penilaian kebutuhan yang menggabungkan hasil beberapa riset yang pernah ada • Dibuat dengan tujuan tidak hanya sebagai formulir data, melainkan sebagai “catatan riwayat dan perkembangan” kasus pasung yang ada di satu daerah sehingga bersifat fleksibel • Sebagai data dasar sekaligus “back up” rekam medik pasien sehingga tetap perlu dijaga kerahasiaannya • Instrumen dikembangkan untuk tingkat layanan primer dan dapat dijadikan data dasar proses verifikasi Dinas Kesehatan terhadap laporan yang disampaikan Diisi dengan identitas Puskesmas dan dinas kesehatan tingkat kabupaten/kota
Diisi dengan nomor kasus yang terdiri dari dua
digit tahun penemuan/bulan/nomor urutan penemuan. Sebagai contoh: 15/01/01 Diisi dengan nomor rekam medik pasien – dengan harapan 1 pasien hanya memiliki 1 nomor rekam medik Diisi dengan nama lengkap pasien. Bila pasien hanya memiliki satu kata nama, ada baiknya untuk diberikan nama ayah/ibu (bin/binti) Diisi dengan Jenis Kelamin: L – laki-laki, dan P – perempuan Tanggal lahir – dua digit untuk tanggal (misalnya (05), dua digit untuk bulan (06), dan empat digit untuk tahun (1976) – BUKAN UMUR – berisiko kesalahan interpretasi bila tahun berganti Tuliskan alamat lengkap yang memudahkan proses identifikasi lokasi pasien – setidaknya nama desa dan kecamatan Diagnosis jiwa – sesuai dengan gejala utama yang ada pada pasien: skizofrenia, epilepsi dengan gangguan perilaku, retardasi mental, demensia, dll. Diisi dengan diagnosis keperawatan Diisi dengan masalah atau penyakit fisik yang didapati pada pasien Diisi dengan tahun awal diketahui mengalami gangguan jiwa (saat perubahan pikiran, perilaku, perasaan mulai terlihat) Diisi dengan riwayat pengobatan yang dimaksud adalah pengobatan di layanan kesehatan. Diisi YA atau TIDAK Bila kolom riwayat pengobatan dijawab YA, maka kolom ini akan diisi dengan tempat layanan kesehatan diperoleh: Puskesmas/RSU/RSJ Cara pemasungan diisi sesuai dengan kondisi pasien, dengan memberikan tanda silang (X) pada metode pemasungan yang dialami: balok kayu, rantai, tali, dikurung di kamar, lainnya (sebutkan) – hal ini sangat diperlukan untuk memrediksi konsekuensi akibat metode pemasungan tersebut Frekuensi diisi dengan keterangan: • terus menerus bila pasung dilakukan terus menerus, atau • situasional bila pemasungan dilakukan sewaktu-waktu (misalnya ketika orang tua bekerja, dll) Diisi dengan tahun awal pemasungan dilakukan Diisi dengan orang yang memiliki ide melakukan pemasungan (keluarga/masyarakat/pengobat tradisional/dll) Alasan Pemasungan (dapat lebih dari satu): Diisi dengan memberi tanda silang (X) pada alasan pemasungan, apakah karena tindak kekerasan, atau karena perilaku yang mungkin membahayakan pasien, atau lainnya (sebutkan) Pernyataan YA bila pasien dapat dilepaskan dari pasung; TIDAK bila tidak dapat dilepaskan dan blok diberi warna merah sebagai perhatian Petugas kesehatan yang melepaskan pasung apakah berasal dari Puskesmas/RSU/RSJ Petugas kesehatan yang melepaskan pasung apakah berasal dari Puskesmas/RSU/RSJ Diisi dengan sumber layanan pengobatan selanjutnya, apakah diperoleh dari Puskesmas/RSU/RSJ Diisi dengan memberi tanda silang (X) pada jenis tatalaksana yang diberikan apakah terapi obat, edukasi keluarga, edukasi masyarakat, rehabilitasi psikososial (dapat diisi lebih dari satu) Diisi TIDAK bila pasien tidak dipasung kembali pasca dilepaskan atau YA bila pasien dipasung kembali pasca dilepaskan (cantumkan tanggalnya) dan blok diberi warna merah sebagai perhatian
Kolom ini adalah kolom fleksibel – dapat
diperbaharui isinya bila: a. dari YA (warna merah) menjadi TIDAK (tanpa warna), atau b. Dari TIDAK (tanpa warna) menjadi YA (warna merah)
Dapat ditambahkan kolom baru di sebelah kanan
apabila pasien dilepaskan dan dipasung lagi beberapa kali.