Anda di halaman 1dari 77

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2019


UNIVERSITAS PATTIMURA

BRONKOPNEUMONIA

Disusun Oleh:
Susianty Hukubun
2017-84-025

Pembimbing:
dr. Vivianty Hartiono

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA

1
AMBON
PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan suatu infeksi akut pada
parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan
interstitial.

Masalah di berbagai negara terutama di negara


berkembang.

Pneumonia penyebab utama morbiditas &


mortalitas balita.

>5 juta kematian/ tahun pada anak balita


INSIDEN PNEUMONIA

Anak <5 tahun di negara maju  2-4 kasus/ 100 anak/ tahun.

Negara berkembang 10-20 kasus/ 100 anak/ tahun.

Indonesia  kasus pneumonia terbanyak ke-6 dengan


estimasi 280 kasus per 1000 balita dari 15 besar negara
dengan kasus pneumonia terbanyak di dunia.

SKN tahun 2001  27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian


balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit system respiratori,
terutama pneumonia
FAKTOR RESIKO

Tidak mendapat imunisasi


(Streptococcus
Prematur BBLR
pneumoniae, Haemophilus
influenza, campak),

Tidak mendapat
ASI eksklusif Defisiensi vitamin
Malnutrisi
(selama 4 bulan A
pertama)

Tingginya pajanan terhadap


polusi udara (polusi industri
atau asap rokok).
ETIOLOGI

• Neonates dan bayi kecil  Streptococcus group B dan bakteri


gram negative seperti E. Colli, Pseudomonas sp, atau
Klebsiella sp.

• Bayi yang lebih besar dan balita Streptococcus pneumoniae,


Haemophilus influenza tipe B, dan Staphylococcus aureus.

• Anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut juga
sering ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae
KLASIFIKASI

Berdasarkan predileksi Infeksi


Pneumonia lobaris

Bronkopneumonia

Pneumonia interstisial
BRONKOPNEUMONIA

Terfokus pada area bronkiolus dan memicu


produksi eksudat mukopurulen

Mengakibatkan obstruksi saluran respiratori


berkaliber kecil dan konsolidasi yang merata ke
lobus yang berdekatan.

Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada


lapangan paru.
GAMBARAN KLINIS

INFEKSI UMUM RESPIRATORI


Demam, Batuk
Sakit kepala Sesak napas
Gelisah Retraksi dada

Malaise Takipnea
Napas cuping hidung,
Penurunan napsu makan,
Air hunger
Keluhan gastrointestinal:
mual, muntah atau diare Merintih
Sianosis
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

C-Reactive
Darah rutin Uji serologis
Protein

Pemeriksaan
Pemeriksaan
rontgen
mikrobiologis
toraks
PENATALAKSANAAN

Pengobatan kausal
• Antibiotik

Tindakan suportif
• Pemberian cairan intravena
• Terapi oksigen
• Koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa,
elektrolit, dan gula darah.
KOMPLIKASI

Pericarditis
Empyema torakis
purulenta

Infeksi
ekstrapulmoner 
Pneumotoraks
meningitis
purulenta
KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : By. MN
Umur : 1 bulan 3 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Hatalai
Agama : Kristen Protestan
Masuk RS : 11 Juni 2019
Dirawat di ruang : RKK/ Kelas II
Status : Umum
Keluar RS : 17 Juni 2019
Nomor RM : 147393
ANAMNESIS
Alloanamnesis

Keluhan utama : sesak nafas

Seorang bayi laki-laki usia 1 bulan 3 hari diantar orang

tuanya ke ke IGD RSUD dr. M. Haulussy Ambon dengan

keluhan sesak nafas sejak 3 hari SMRS. Pasien baru

pertama kali mengalami hal seperti ini. Sesak didahului

dengan batuk-batuk dan semakin lama semakin

memberat. Kebiruan pada tubuh (-).


Keluhan disertai batuk berdahak ± 2 minggu sebelum
masuk Rumah Sakit, lendir kental, berwarna putih
kehijauan, darah (-). Demam (-), nyeri tenggorokan (-).
Pasien hanya minum ASI. Kadang pasien juga
mengalami mual dan muntah berisi susu dan lendir.
Sudah pernah dibawa berobat dan diberi obat mucera
sirup 3x sehari, namun keluhan belum membaik. BAB
dan BAK dalam batas normal.
Riwayat penyakit dahulu :

• Asma (-), TB paru (-), Alergi obat (-)

Riwayat penyakit keluarga :

• Tidak ada keluarga yang mengalami batuk dalam


waktu yang lama ataupun minum obat program TB
paru.

• Ayah pasien adalah seorang perokok aktif.

• Riwayat atopic (-)


RIWAYAT KELAHIRAN

• Anak lahir secara spontan ditolong oleh bidan di rumah.

• Langsung menangis

• Berat badan lahir dan panjang badan lahir tidak diketahui.

• Lingkar kepala saat lahir ibu tidak tahu

• Lingkar dada saat lahir ibu tidak tahu

• Tidak ada kelainan bawaan


RIWAYAT PEMELIHARAAN PRENATAL

• Ibu pasien memeriksakan kehamilannya di puskesmas.

• Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan


RIWAYAT PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN ANAK

• BBL tidak diketahui, PBL tidak diketahui.

• BB sekarang 3,5 kg, PB sekarang 52 cm.

• Usia saat ini 1 bulan.

• Status gizi PB/U = ± 2 SD; BB/U = ± 2 SD; LK/U = ± 2 SD

• Kesan : Gizi baik

RIWAYAT MAKAN DAN MINUM

• Pasien mendapatkan ASI.

RIWAYAT IMUNISASI

• Pasien belum pernah imunisasi.


PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : CM, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

• Denyut nadi: 138 x/menit, regular, isi cukup

• RR : 77 x /menit

• SpO2 : 93 % tanpa O2  98% dengan O2 1 lpm

• Suhu : 36,8o C (aksila)

Kulit : Anemis (-), sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit baik
Kepala

• Normosefal, lingkar kepala 38cm, rambut terdistribusi


merata, tidak mudah dicabut

Mata

• CA (-/-), SI (- /-), pupil bulat, isokor, diameter 2 mm, refleks


cahaya (+/+)

Telinga

• Bentuk normal, nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik aurikula (-/-
), pembesaran KGB retroaurikula (-/-), liang telinga lapang
dextra et sinistra, serumen (-/-), sekret(-/-)
Hidung

• Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-/-)

Mulut

• Sulcus nasolabialis simetris, mukosa bibir merah muda, tidak


kering, sianosis (-)

• Tonsil T1-T1, hiperemis (-/-), detritus (-/-), mukosa faring merah


muda, lidah bersih

Leher

• Trakea di tengah, pembesaran KGB leher (-), pembesaran


tiroid (-)
Lingkar dada : 41 cm

Jantung

• Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak

• Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V 1cm


medial Midclavicula line sinistra

• Perkusi : Redup

• Auskultasi : BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)


Pulmo

• Inspeksi : bentuk dada normal, saat inspirasi dan


ekspirasi simetris, tidak ada sisi yang tertinggal,
retraksi (+)

• Palpasi : Pengembangan dada simetris kanan dan


kiri, krepitasi(-), nyeri tekan (-)

• Perkusi : Sonor (+/+)

• Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+) ↓,


ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Abdomen

• Inspeksi : tampak datar

• Auskultasi : bising usus (+) normal

• Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen

• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), organomegali (-)

• Lingkar perut : 40 cm

Ekstremitas

• Akral hangat, sianosis (-/-), CRT< 2 detik.

• Lingkar lengan atas = 11 cm.


PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
PENUNJANG HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,5 g/dL
Eritrosit 4,17 jt/uL
Hematokrit 39,5 %
Trombosit 599 10³/uL
Leukosit 18.4 10³/uL
PEMERIKSAAN Netrofil 26.7 %
LABORATORIUM Limfosit 46.9 %
( 11 Juni 2019 ) Monosit 17.2 %
Eosinofil 6.9 %
Basofil 2.2 %
MCH 32.4 Pg
MCHC 34.1 g/dL
MCV 95 fL
RDW 13.8 %
MPV 8.2 fL
PDW 13.0 fL
RESUME

Seorang bayi laki-laki usia 1 bulan 3 hari datang dengan keluhan


sesak nafas sejak 3 hari SMRS. Sesak didahului dengan batuk-
batuk dan semakin lama semakin memberat. Kebiruan pada
tubuh (-). Batuk berdahak ± 2 minggu, lendir kental, berwarna
putih kehijauan, darah (-). Demam (-), nyeri tenggorokan (-).
Pasien hanya minum ASI. Mual, muntah (+) berisi susu dan
lendir. Sudah pernah dibawa berobat dan diberi obat. BAB dan
BAK dalam batas normal.

RPO : mucera sirup 3x sehari, namun keluhan belum membaik.

Tidak mendapat imunisasi.


• Tanda-tanda vital : Denyut nadi 138 x/menit, regular, isi
cukup kuat angkat, laju pernafasan : 77 x /menit,
SpO2 : 93 % tanpa O2  98% dengan O2 1 lpm ;
Suhu : 36,8o C (aksila)
• Antropometri: Berat Badan : 3,5 kg. Panjang
Badan : 52 cm. Status gizi baik.
• Thorax : BJ I,II regular, gallop (-), murmur (-). BND
vesikular ↓, ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
• Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: leukosit
= 18.400/ mm3 , eosinofil 6,9%.
DIAGNOSIS

Bronkopneumonia

DIAGNOSIS BANDING

Bronkiolitis
PENATALAKSANAAN

• Oksigen 0,5- 1 lpm nasal canula

• Infus D5 % 500 cc 16 tpm (mikro)

• Injeksi cefotaxime 2x 100 mg/ IV

• Injeksi dexamethasone 3x1 mg/ IV

• Nebu combivent ½ respule pagi dan sore

• Stop oral kecuali obat


PROGNOSIS
ad Vitam : ad bonam

ad Fungtionam : ad bonam

ad Sanationam : ad bonam
FOLLOW UP

32
FOLLOW UP 12-06-2019

S O A P
sesak nafas (+), • Nadi = 141 x/mnt; Bronko- • O2 0,5-1 liter/menit
batuk (+), • RR=60x/mnt; pneumonia • Infus D5 % 500 cc 16
demam (-), • Suhu= 36,60 C; tpm (mikro)
muntah (-) • SpO2= 97% • Injeksi cefotaxime 2x
dengan O2 1 lpm 100 mg/ IV
• Pulmo: Retraksi • Injeksi dexamethasone
dinding dada (+), 3x1 mg/ IV
BND vesikular • Nebu combivent ½
+/+ ↓, ronkhi +/+, respule pagi dan sore
wheezing -/- • Stop oral kecuali obat
• Mucos 3x 0,2 cc/ per
oral
• Rencana besok foto
thorax PA

33
34
FOLLOW UP 13-06-2019

S O A P
sesak nafas (+), • Nadi = 110 x/mnt; Bronko- • O2 0,5-1 liter/menit
batuk (+), • RR=52x/mnt; pneumonia • Infus D5 % 500 cc 16
Hidung • Suhu= 36,40 C; tpm (mikro)
tersumbat (+), • SpO2= 97% • Injeksi cefotaxime 2x
demam (-), dengan O2 1 lpm 100 mg/ IV
muntah (-) • Pulmo: Retraksi • Injeksi dexamethasone
dinding dada (+), 3x1 mg/ IV
BND vesikular • Nebu combivent ½
+/+ ↓, ronkhi +/+, respule pagi dan sore
wheezing -/- • Stop oral kecuali obat
• Mercotin 3 x 1 gtt
• Falergi 1x0,1 cc
• Aquamaris semprot
hidung 3-4 x/ hari
• Menunggu hasil
Rontgen Thorax
FOLLOW UP 14-06-2019 35

S O A P
Sesak nafas (+) • Nadi = 136 Bronko- • O2 0,5-1 liter/menit
berkurang, batuk x/mnt; pneumonia • Infus Tridex 28 tpm
(+), hidung • RR=55x/mnt; + Diare (mikro)
tersumbat (+),
• Suhu= 36,80 C; Akut tanpa • Injeksi cefotaxime 2x
BAB encer 3x
• SpO2= 96% dehidrasi 100 mg/ IV
warna kuning,
lendir (-), darah (-) dengan O2 1 • Injeksi dexamethasone
lpm 3x1 mg/ IV
• Mata cekung -/- • Nebu combivent ½
• Turgor kulit respule pagi dan sore
baik • Mercotin 3 x 1 gtt
• Pulmo: Retraksi • Falergi 1x0,1 cc
dinding dada (+) • Aquamaris semprot
hidung 3-4 x/ hari
minimal; BND
• Zinc syr 10 mg/kgbb/24
vesikular +/+ ↓,
jam (2,5 ml)  selama
ronkhi +/+, 10 hari
wheezing -/-
HASIL FOTO THORAX PA

• Cor : Bentuk dan letak


normal. Tak membesar
• Pulmo : Corakan
bronkovaskuler normal.
Tampak bercak infiltrat di
kedua paru.
• Sinus diafragma normal
KESAN :
BRONKOPNEUMONIA
37
FOLLOW UP 15-06-2019
S O A P
Sesak nafas (+) • Nadi = 126 Bronko- • O2 0,5-1 liter/menit.
berkurang, batuk x/mnt; pneumonia Observasi lepas O2
(+), BAB encer 2x • RR=55x/mnt; + Diare • Infus Tridex 28 tpm
warna kuning,
• Suhu= 36,80 C; Akut tanpa (mikro)
lendir (-), darah (-)
• SpO2= 96% dehidrasi • Injeksi cefotaxime 2x
dengan O2 1 100 mg/ IV
lpm • Injeksi dexamethasone
• Mata cekung -/- 3x1 mg/ IV
• Turgor kulit baik • Nebu combivent ½
• Pulmo: Retraksi respule pagi dan sore
dinding dada (+) • Mercotin 3 x 1 gtt
minimal; BND • Falergi 1x0,1 cc
vesikular +/+ ↓, • Aquamaris semprot
hidung 3-4 x/ hari
ronkhi +/+,
• Zinc syr 10 mg/kgbb/24
wheezing -/-
jam (2,5 ml)  10 hari
• Pemeriksaan feses
38
FOLLOW UP 15-06-2019
S O A P
Sesak nafas • Nadi = 128 Bronko- • O2 0,5-1 liter/menit.
berkurang, batuk x/mnt; pneumonia Observasi lepas O2
(+), hidung • RR=44x/mnt; + Diare • Infus Tridex 28 tpm
tersumbat (+),
• Suhu= 36,30 C; Akut Tanpa (mikro)
BAB encer (-)
• SpO2= 98% Dehidrasi • Injeksi cefotaxime 2x
• Mata cekung -/- 100 mg/ IV
• Turgor kulit baik • Injeksi dexamethasone
• Pulmo: Retraksi 3x1 mg/ IV
dinding dada (+) • Nebu combivent ½
minimal; BND respule pagi dan sore
vesikular +/+ ↓, • Mercotin 3 x 1 gtt
ronkhi +/+, • Falergi 1x0,1 cc
wheezing -/- • Aquamaris semprot
hidung 3-4 x/ hari
• Zinc syr 10 mg/kgbb/24
jam (2,5 ml)  10 hari
• Pemeriksaan feses
Keluarga pasien minta pulang.

Obat pulang:

• Mercotin 3 x 1 gtt,

• Falergi 1x0,1 cc,

• Aquamaris semprot hidung 3-4 x/ hari,

• Fixacep 2x 0,4 cc.

• Zinc syr 10 mg/kgbb/24 jam (2,5 ml).


DISKUSI
BRONKOPNEUMONIA

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru


yang meliputi alveolus dan jaringan interstial.

Bronkopneumonia adalah bercak-bercak


infiltrat difus merata pada kedua paru (dapat
meluas hinnga daerah perifer paru) disertai
dengan peningkatan corakan peribronkial
FAKTOR RESIKO
TEORI KASUS

• Usia muda (bayi dan balita), • Usia Muda  bayi


• Prematur,
• Tidak mendapat imunisasi
• BBLR
• Pajanan terhadap polusi
• Tidak mendapat imunisasi udara  asap rokok
(Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenza,
campak),
• Tidak mendapat ASI eksklusif
• Malnutrisi,
• Defisiensi vitamin A,
• Pajanan terhadap polusi udara
(polusi industri atau asap
rokok).
TABEL 1. ETIOLOGI DARI PNEUMONIA-KOMUNITAS
BERDASARKAN KELOMPOK UMUR
(Tabel dikutip dari: Ostapchuk M, Roberts DM, Haddy R. Community-Acquired Pneumonia in Infants and
Children. Am Fam Physician 2004; 70:899-908)
ETIOLOGI

Pneumonia bakterial di negara berkembang:

• Pneumokokus (30-50% dari seluruh kasus),


• H. influenzae tipe b (Hib; 10-30%),
• S. aureus dan K. pneumoniae.2

Pneumonia viral di negara berkembang:

• Respiratory Syncytial Virus (RSV)  penyebab utama


(15-40%
• influenza A dan B,
• parainfluenza,
• human metapneumovirus,
• Adenovirus.
KLASIFIKASI

PNEUMONIA RINGAN

• Di samping batuk atau kesulitan bernapas,


hanya terdapat napas cepat saja. Napas
cepat:
• Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50
kali/menit
• Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40
kali/menit
• Pastikan bahwa anak tidak mempunyai
tanda-tanda pneumonia berat
PNEUMONIA BERAT

Batuk dan atau kesulitan bernapas + minimal salah 1 hal berikut ini:

•Kepala terangguk-angguk
•Pernapasan cuping hidung
•Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
•Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dll
Napas cepat:
• Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
• Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
• Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
• Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit

Suara merintih (grunting) pada bayi muda

Pada auskultasi terdengar:


• Crackles (ronki)
• Suara pernapasan menurun
• Suara pernapasan bronkia
Keadaan yang sangat berat

• Tidak dapat menyusu atau


minum/makan, atau memuntahkan
semuanya
• Kejang, letargis atau tidak sadar
• Sianosis
• Distres pernapasan berat.
GEJALA KLINIS
INFEKSI UMUM KASUS

• Demam
• Keluhan
• Sakit kepala
gastrointestinal 
• Gelisah
mual, muntah berisi
• Malaise
susu dan lendir.
• Penurunan napsu
makan,
• Keluhan gastrointestinal
seperti mual, muntah,
atau diare
GEJALA KLINIS
RESPIRATORI KASUS

• Batuk
• Batuk  2 minggu
• Sesak nafas
SMRS
• Retraksi dada
• Sesak nafas  3 hari
• Takipnea
SMRS
• Napas cuping hidung,
• Air hunger • Retraksi dada
• Merintih • Takipnea  RR=77 kali/
• Sianosis mnt
PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
SEDERHANA OLEH WHO
(BAYI DAN ANAK BERUSIA 2 BULAN-5 TAHUN)

Pneumoia berat
• Bila ada sesak nafas
• Harus dirawat dan diberikan antibiotik

Pneumonia
• Bila tidak ada sesak nafas
• Ada nafas cepat dengan laju pernapasan:
• >50x/menit untuk anak usia 2 bulan-1 tahun
• >40x/menit untuk anak >1-5 tahun

Bukan pneumonia
• Bila tidak ada nafas cepat dan sesak nafas
• Tidak perlu dirawat dan perlu antibiotik, hanya diberikan pengobatan
simptomatis seperti penurun panas.

Tanda bahaya
• Tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk.
BAYI BERUSIA <2 BULAN

Pneumonia
• Bila ada nafas cepat (>60x/ menit) atau sesak nafas
• Harus dirawat dan diberikan antibiotik

Bukan Pneumonia
• Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas
• Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan
simptomatis

Tanda bahaya
• Malas minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi
dan demam/ badan terasa dingin.
PNEUMONIA BAKTERIAL
• Komplikasi ISPA yang akibat virus,

• Keluhan batuk dan pilek selama 1-3 hari

• Diikuti gejala yang semakin memburuk dengan demam dan


distres pernapasan.

• Takipnea (>50 kali/menit untuk usia 2-12 bulan, >40 kali/menit


usia 1-5 tahun, dan >30 kali/menit untuk usia diatas 5 tahun) 
indikator pneumonia yang paling sensitif (74%) dan spesifik
(67%) dibandingkan gejala lainnya

• Penurunan saturasi oksigen (<95%) juga tanda yang prediktif


untuk infeksi saluran napas bawah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TEORI KASUS
• Darah lengkap,
• Darah lengkap
• C-Reactive Protein (CRP),
• Leukositosis (15.000-
• Uji serologis,
40.000/mm3) 
• Pemeriksaan mikrobiologis, dan pneumonia bakterial,
• Pemeriksaan rontgen toraks. • Rontgen thorax 
• Gambaran seperti penebalan bronkopneumonia
peribronkial
• Infiltrat intersisial merata
• Hiperinflasi cenderung terlihat
pada pneumonia virus,
• Infiltrat alveolar berupa
konsolidasi segmen atau
lobar, bronkopneumonia, dan
air bronchogram
INDIKASI RAWAT INAP
TEORI KASUS
Berdasarkan berat ringannya
penyakit, misalkan • Distress pernapasan
• Toksis • Mempertimbangkan usia
• Distress pernapasan pasien
• Tidak mau makan/minum
• Ada penyakit dasar lain
• Komplikasi
• Mempertimbangkan usia pasien
• Neonatus dan bayi kecil
dengan kemungkinan klinis
pneumonia
PENATALAKSANAAN

Pengobatan kausal
• Antibiotik

Tindakan suportif
• Pemberian cairan intravena
• Terapi oksigen
• Koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa,
elektrolit, dan gula darah.
KASUS
PENGOBATAN KAUSAL

Injeksi cefotaxime 2x 100 mg/ IV

• Bakteri yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae (30-50%)


dan Haemophilus influenzae (10-30%).2
• Pada pasien rawat inap, beberapa antibiotik parenteral yang
direkomendasikan oleh BTA dan beredar di Indonesia adalah cefotaxime
atau ceftriaxone.
Tabel 2.
Antibiotik yang digunakan pada Pneumonia Rawat Jalan

antibiotik lini pertama yang direkomendasikan adalah :


amoksisilin dengan dosis 80-100 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis
Tabel 3.
Antibiotik yang digunakan pada Pneumonia Rawat Inap
WHO
TERAPI SUPORTIF

TEORI
• Pemberian cairan intravena
• Terapi oksigen
• Koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula
darah.

KASUS
• Infus D5 % 500 cc 16 tpm (mikro)  Infus Tridex 28 tpm
• Oksigen 0,5- 1 lpm nasal canula
• Injeksi dexamethasone 3x1 mg/ IV
• Nebu combivent ½ respule pagi dan sore
• Mucos 3x 0,2 cc  Mercotin 3x1 gtt
• Falergi 1 x 0,1 cc
• Aquamaris semprot hidung 3-4x/hari
PEMBERIAN
BRONKODILATOR

Pada bayi berumur <2 bulan: wheezing


merupakan tanda bahaya dan harus dirujuk
segera.

Pada kelompok umur 2 bulan - <5 tahun:


penatalaksanaan wheezing dengan
bronkhodilator tergantung dari apakah wheezing
itu merupakan episode pertama atau berulang.
DIAGNOSIS BANDING

BRONKIOLITIS

Penyakit IRA-bawah yang ditandai dengan adanya inflamasi pada


bronkiolus. Sering disebabkan oleh virus.

Gejala awal berupa infeksi respiratori atas akibat virus:


• Pilek ringan,
• Batuk dan demam.
• Satu hingga dua hari kemudian timbul batuk yang disertaI dengan
sesak napas.
• Dapat di temukan wheezing, sianosis dan penurunan nafsu
makan.
KOMPLIKASI

Pericarditis
Empyema torakis
purulenta

Infeksi
ekstrapulmoner 
Pneumotoraks
meningitis
purulenta
DIARE AKUT TANPA
DEHIDRASI
DIARE AKUT
• Diare lebih dari 3 kali • Diare lebih dari 3 kali
sehari berlangsung sehari berlangsung
kurang dari 14 hari kurang dari 14 hari

• Tidak mengandung • Tidak mengandung


darah darah
DIAGNOSIS DIARE
TANPA DEHIDRASI
Dibuat bila anak tidak mempunyai dua atau lebih tanda
berikut yang dicirikan sebagai dehidrasi ringan/sedang atau
berat.
• Gelisah/ rewel
• Letargis atau tidak sadar
• Tidak bisa minum atau malas minum
• Haus atau minum dengan lahap
• Mata cekung
• Cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat
(Turgor jelek)
TATALAKSANA
Anak dirawat jalan

Ajari ibu mengenai 4 aturan untuk perawatan di rumah:

• beri cairan tambahan

• beri tablet Zinc

• lanjutkan pemberian makan

• nasihati kapan harus kembali


Beri cairan tambahan, sebagai berikut:

• Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu


untuk menyusui anaknya lebih sering dan lebih
lama pada setiap pemberian ASI.

• Jika anak mendapat ASI eksklusif, beri larutan oralit


atau air matang sebagai tambahan ASI dengan
menggunakan sendok.

• Setelah diare berhenti, lanjutkan kembali ASI


eksklusif kepada anak, sesuai dengan umur anak.
Pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri
satu atau lebih cairan dibawah ini:

• larutan oralit

• cairan rumah tangga (seperti sup, air tajin, dan


kuah sayuran)

• air matang
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasihati ibu untuk
memberi cairan tambahan – sebanyak yang anak dapat
minum:

• untuk anak berumur < 2 tahun, beri + 50–100 ml setiap


kali anak BAB

• untuk anak berumur 2 tahun atau lebih, beri + 100–200


ml setiap kali anak BAB.

Ajari ibu untuk menyiapkan larutan oralit dan beri 6


bungkus oralit (200 ml) untuk dibawa pulang.
BERI TABLET ZINC

• Di bawah umur 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari


selama 10 hari
• Umur 6 bulan ke atas : 1 tablet (20 mg) per hari selama
10 hari
Cara memberi tablet zinc:
• Pada bayi: larutkan tablet zinc pada sendok dengan
sedikit air matang, ASI perah atau larutan oralit.
• Pada anak-anak yang lebih besar: tablet dapat
dikunyah atau dilarutkan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai