Anda di halaman 1dari 34

MODUL

WAWANCARA PSIKIATRIK
A. Pengertian Wawancara Psikiatrik

Wawancara yang dilakukan oleh dokter kepada pasien


dengan gangguan jiwa. Mencakup:
 anamnesis
 pemeriksaan status mental
 penetapan diagnosis dan prognosis
 intervensi non-farmakologis (psikoterapi).
B : Teknik Wawancara Psikiatrik

 Membina rapport
 Merespons dengan empati
 Observasi perilaku nonverbal
 Strategi mendapatkan informasi
Membina rapport

Apakah rapport itu?

Mengapa rapport sangat penting?


Definisi Rapport: interaksi antara pasien dengan
pewawancara yang di dalamnya terdapat rasa
percaya (trust) dan pengertian (understanding).

• Saat pertama menemui pewawancara, pasien


sering mengalami rasa khawatir, takut, bahkan
bingung – sulit mengungkapkan permasalahan
 dibutuhkan rasa percaya, dimengerti, ‘diterima’
 agar pasien mau menceritakan permasalahan, sehingga
pewawancara memahami dan dapat membantunya
Strategi Membina Rapport:

1. Buat suasana nyaman bagi pasien dan pewawancara


2. Temukan hal-hal yang menyebabkan penderitaan
pasien, dan perlihatkan kepedulian terhadap hal tsb.
3. Tunjukkan keahlian dan bangun sikap kepemimpinan
Teknik Mendengar yang Efektif

• Duduk berhadapan dan agak membungkuk ke arah pasien


• Membuat kontak mata
• Rileks dan sikap terbuka, hangat & empatik
• Memberi perhatian sepenuhnya
• Suara lembut
• Tidak memotong pembicaraan
• Tidak menghakimi
• Tidak memberi penilaian
Respons dengan empati

• Empati -- dapat memahami apa yang dirasakan oleh


pasien. Bagaimana jika berada dalam posisi orang lain tsb,
namun tetap sebagai pihak yang berdiri di luar masalah
• Dapat jatuh dalam simpati, bila terlarut dalam situasi yang
dihadapi orang tsb, lalu gagal bersikap objektif
• Empati berkaitan dengan kepedulian, pemahaman, serta
sikap menghargai/menghormati
KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN

• Mendengar sambil menulis atau kerja lain


• Pandangan menerawang
• Tidak sabar, menyela/interupsi
• Berargumentasi
• Banyak bicara atau menasihati
• Berbasa-basi
• Terlalu cepat menyimpulkan
Observasi Perilaku Nonverbal

1. Ekspresi wajah: tatapan mata, kerut dahi, alis, hidung


dan kesesuaian ekspresi wajah
2. Suara: nada, intonasi, jeda kata, cara bicara
3. Sikap tubuh: cara bersikap, gerakan tubuh, tangan,
kaki
4. Reaksi fisiologis: wajah merah/pucat, berkeringat,
napas tersengal, pupil mata melebar
5. Penampilan: cara berpakaian, sikap dlm duduk dan
berdiri
Tahapan Wawancara Psikiatrik

Secara umum, wawancara psikiatrik dibagi menjadi tiga


tahapan:
1. Membuka wawancara
2. Isi wawancara
3. Menutup wawancara
Pertanyaan kunci untuk mendeteksi
gangguan jiwa di fasilitas kesehatan primer:

 Apakah Anda mengalami kesulitan tidur di


malam hari?
 Apakah Anda merasa seolah tidak tertarik untuk
melakukan kegiatan yang biasa Anda lakukan?
 Apakah Anda merasa sedih akhir-akhir ini?
 Apakah Anda merasa takut terhadap apapun?
Menutup wawancara

- Simpulan singkat – selipkan kalimat suportif


- Penjelasan tentang diagnosis & rencana terapi
- Beri pasien kesempatan untuk bertanya
- buat janji temu untuk pertemuan berikutnya
Wawancara pada kondisi khusus
Wawancara Saat Emergensi

• Waktu terbatas
• Fokus pada keluhan saat ini dan alasan dibawa ke fasilitas
kesehatan (IGD)
• Alloanamnesis pada keluarga, teman, atau bahkan polisi
yang membawa pasien
• Wawancara: pertanyaan langsung pada intinya, namun
tetap tenang dan tidak “mengancam” pasien. Pewawancara
tampak mengendalikan situasi, secara meyakinkan akan
melindungi pasien dari kemungkinan melukai diri sendiri
maupun dari orang lain.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

 KEADAAN UMUM

 PIKIRAN

 PERASAAN

 PERILAKU
TERIMA KASIH
DETEKSI DINI MASALAH
KESEHATAN JIWA DI
PUSKESMAS

mhGAP Intervention Guide WHO


Gangguan Jiwa
APAKAH GANGGUAN JIWA
MERUPAKAN MASALAH
KESEHATAN MASYRAKAT?

YA
• Prevalensi tinggi
• Beban besar
• Saling mempengaruhi
dengan penyakit fisik
Riskesdas 2013

 Gangguan jiwa berat  TB paru 0.4%


(psikosis/  Pneumonia 4.5%
skizofrenia) 1.7 per  Asma 4.5%
mil
 DM 1.5%
 Gangguan mental
emosional (depresi &  Hipertiroid 0.4%
anxietas) 6%  Kanker 1.4 permil
 Malaria 6%
II. Pengenalan Deteksi Dini
Masalah Kesehatan Jiwa
 Deteksi Dini:
 tahap awal dari rangkaian proses penatalaksanaan
penyakit/gangguan
 langkah sebelum dilakukannya proses diagnosis
 menjamin terlaksananya pengobatan atau
penatalaksanaan penyakit sedini mungkin sehingga
mencegah terjadinya konsekuensi yang lebih buruk,
seperti bertambah parahnya penyakit, terjadinya
penyulit dan kecacatan.
 Idealnya setiap pasien yang datang dilakukan
pendekatan dengan prinsip holistik, baik fisik maupun
jiwa.
Kelompok Pasien Berisiko Tinggi
 Apabila tidak memungkinkan untuk melakukan
penapisan/pemeriksaan psikiatrik pada seluruh pasien, maka
perhatian terutama harus ditujukan kepada beberapa kelompok
pasien yang berisiko tinggi, yaitu:
1. Pasien dengan penyakit fisik kronis (infeksi & non-infeksi)
2. Pasien dengan keluhan fisik yang diduga ada hubungannya
dengan masalah kejiwaan (keluhan fisik timbul/memberat
jika ada masalah psikis)
3. Keluhan fisik beraneka ragam/berganti-ganti, gangguan
fisik/kelainan organik (-)
4. Pasien yang mengalami pengalaman hidup yang ekstrem
(trauma psikologis, stress yang berat, kehilangan)
5. Pasien dengan disabilitas
Catatan:

 Penapisan/deteksi dini selain oleh dokter


dapat dilakukan juga oleh perawat, bahkan
deteksi dapat dilakukan oleh kader kesehatan
jiwa.
 Sedangkan diagnosis medik, intervensi
farmakologis, rujukan dilakukan oleh dokter.
 Intervensi psikososial dapat dilakukan oleh
dokter dan/atau perawat.
III. Cara Melakukan Deteksi Dini
dan Tindak Lanjut

 Biasanya deteksi dapat dilakukan oleh awam, kader


kesehatan/kesehatan jiwa, perawat dan dokter.
Bedanya, setelah terdeteksi dokter dapat langsung
melanjutkan ke proses pemeriksaan dan diagnosis.
 Untuk memudahkan mengingat, dapat digunakan
Tabel Utama mhGAP-IG yang menyediakan
informasi tentang presentasi yang umum dari
beberapa gangguan jiwa.
MASTER CHART: KONDISI PRIORITAS UNTUK PENAPISAN

• Merasa murung, mudah sedih


• Hilang minat & ketertarikan terhadap aktivitas yang biasanya DEPRESI
menyenangkan
• Perasaan mudah lelah, gangguan lambung, sakit kepala, atau keluhan
fisik lain yang berkepanjangan
• Gangguan tidur

•Pikiran, rencana, tindakan menyakiti diri sendiri atau bunuh diri yang MENYAKITI
dimiliki saat ini / riwayat sebelumnya DIRI/USAHA
BUNUH DIRI

• Merasa kuatir atau takut yang berlebihan


• Merasa gelisah atau tidak dapat duduk tenang ANSIETAS
• Mudah berkeringat dingin, berdebar-debar, gemetar, keluhan fisik lain
seperti
pusing, mual
• Mengalami ketakutan atau mempunyai pikiran-pikiran tidak masuk akal
(merasa seseorang bermaksud mencelakai, curiga berlebihan, orang-orang
membicarakan dirinya) – (waham) PSIKOSIS
• Melihat bayangan atau suara-suara yang tidak jelas sumbernya (halusinasi)
• Gejala manik (gembira abnormal, terlalu bersemangat, banyak bicara,
mudah tersinggung)
KENDALA UNTUK PEMERIKSAAN
PSIKIATRIK DI KLINIK/PUSKESMAS:
• JUMLAH PASIEN BANYAK
• WAKTU DAN TENAGA TERBATAS

STRATEGINYA:
SKRINING GANGGUAN DEPRESI & ANXIETAS
PADA
PASIEN DENGAN KONDISI YANG
MENGINDIKASIKAN/BERISIKO TINGGI
Diagram Alur Pemeriksaan Masalah Keswa di Poli Umum
Keluhan Utama

KU Fisik KU Mental-Emosional

KU Fisik Murni KU Fisik Terindikasi ME Keluhan berhubungan


dengan perasaan, pikiran
• Keluhan fisik banyak • Keluhan Psikosomatik & perilaku:
dan berganti-ganti • Hipertensi • Gangguan tidur
• Penyakit kronis • Rheumatoid Arthtritis • Gangguan perilaku
(infeksi dan non- • Tirotoksikosis • Gangguan emosi
infeksi) • Ulkus Peptikum • Gangguan pikiran
• Pengalaman hidup • Kolitis Ulserativa
yang ekstrem • Asma Bronkial
• Disabilitas • Neurodermatitis

MASTER
SKRINING CHART
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Status Mental
• Pemeriksaan Fisik

• Diagnosis Banding
• DIAGNOSIS
Pertanyaan Penyaring
Perasaan apa yang paling banyak Bapak/Ibu rasakan selama
dua minggu terakhir, apakah senang/gembira, sedih,
cemas/kawatir, takut, atau marah?
1. Selama dua minggu terakhir bagaimana perasaan
Bapak/Ibu?
2. Apakah Bapak/Ibu kehilangan minat atau rasa
senang terhadap hal-hal yang dulunya dinikmati?
3. Apakah Bapak/Ibu merasa tenaganya berkurang
atau lelah sepanjang waktu?
Jembatan/Peralihan
 Untuk membuat perpindahan topik lebih halus.
Terutama perpindahan ke topik yang sangat
berbeda dari sebelumnya.
 Misalnya:
 Setelah mendiskusikan masalah fisik dan hendak beralih
memeriksa status mental
 Untuk mengintroduksi topik yang sensitif
1. Selama dua minggu terakhir bagaimana
perasaan Bapak/Ibu?

CEMAS/KAWATIR/WAS-WAS

Proses diagnosis untuk Gangguan Cemas


Diagnosis Gangguan Jiwa – ICD 10 PC

1. F00# Gangguan Mental Organik 7. F40# Gangguan Neurotik


Demensia (F00#) (ansietas)
Delirium (F05) Gangguan fobik (F40), Gangguan panik
2. F10# Gangguan Penggunaan (F41.0), Gangguan ansietas menyeluruh
NAPZA (F41.1), Gangguan campuran ansietas &
Gangguan penggunaan alkohol (F10) depresi ( F41.2), Gangguan obsesif
Gangguan penggunaan zat (F11#) kompulsif (F42), Gangguan penyesuaian
Gangguan penggunaan tembakau (F43.2), Gangguan somatoform ( F45)
(F17.1)
8. F70 Retardasi Mental
3. F20# Skizofrenia dan Gangguan
Psikotik Kronik Lain 9. F80-90# Gangguan kesehatan jiwa
4. F23 Gangguan Psikotik Akut anak dan remaja
5. F31 Gangguan Bipolar Gangguan perkembangan pervasif
6. F32# Gangguan Depresi (F84), Gangguan hiperkinetik (F90)
10. G40# Epilepsi
Permenkes No.5 tahun 2014 tentang Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter di Fasyankes Primer

 Gangguan psikotik (kompetensi 3A)


 Gangguan campuran ansietas dan depresi
(kompetensi 3A)
 Insomnia (kompetensi 4 A)
 Demensia (kompetensi 3 A)
Tindak Lanjut

 Setelah terdeteksi kemungkinan adanya masalah


kesehatan jiwa, maka selanjutnya dilakukan
proses diagnosis melalui wawancara psikiatrik
dan pemeriksaan lain, mengacu pada kriteria
diagnostik dalam Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ)
atau International Classification of Diseases (ICD)
untuk masing-masing penyakit/gangguan jiwa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai