Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 2

1. Elvira Pratama
2. Azzahra Septika Putri
3. Elsya Putri D
4. Reni Pitriyanti
5. Editiah
6. Ariani F.A. Marpaung
7. Claresta Ilham
Sejarah Demokrasi Terpimpin (1959-
1965)
Pelaksanaan demokrasi terpimpin dimulai dengan berlakunya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959.Tujuan dikeluarkan dekrit adalah
untuk menyelesaikan masalah negara yang semakin tidak
menentu dan untuk menyelamatkan negara.
 Isi Dekrit Presiden adalah sebagai berikut:
 a. Pembubaran konstituante
 b. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali
UUD 1945.
 c. Pembentukan MPRS dan DPAS
Masa Demokrasi Terpimpin
(1959-1965)
Dampak positif diberlakukannya dampak negatif diberlakukannya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Dekrit Presiden 5 Juli 1959
 Menyelamatkan negara dari  Ternyata UUD 1945 tidak
perpecahan dan krisis politik dilaksanakan secara murni dan
berkepanjangan. konsekuen
 Memberikan pedoman yang  Memberi kekeuasaan yang besar
jelas, yaitu UUD 1945 bagi pada presiden, MPR,dan
kelangsungan negara. lembaga tinggi negara.
 Merintis pembentukan lembaga  Memberi peluang bagi militer
tertinggi negara, yaitu MPRS untuk terjun dalam bidang
dan lembaga tinggi negara politik. Sejak Dekrit, militer
berupa DPAS yang selama masa terutama Angkatan Darat
Demokrasi Parlemen menjadi kekuatan politik yang
tertertunda pembentukannya. disegani.
Masa Demokrasi Terpimpin (1959-
1965)
Latar Belakang Dicetuskannya Pelaksanaan masa demokrasi
Sistem Demokrasi Terpimpin terpimpin
 Dari segi keamanan  Kebebasan partai dibatasi.
nasional  Presiden cenderung
 Dari segi perekonomian berkuasa mutlak sebagai
 Dari segi politik kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan.
 Dibentuk lembaga-lembaga
negara, anatara lain
MPRS,DPAS,DPRGR, dan
Front Nasional
Masa Demokrasi Terpimpin
(1959-1965)
Peristiwa penting di masa Kondisi politik di masa
demokrasi terpimpin demokrasi terpimpin
 Pembebasan dan
 Kebijakan dalam
pengembalian irian barat.
 Konfrontasi dengan negeri
malaysia.
 Kebijakan luar
 Gerakan G30SPKI
negeri
KONDISI EKONOMI PADA MASA
DEMOKRASI TERPIMPIN
 Pembentukan dewan perancang nasional (
Depernas) dan badan perancangan pemabangunan
nasional ( Bappenas).
 Penurunan nilai mata uang.
 Melaksanakan deklarasi ekonomi ( Dekon).
 Pembangunnan proyek mercusuar.
KAPABILITAS EKTRAKTIF
 Kapabilitas ekstraktif merupakan ukuran kinerja sistem politik dalam
mengumpulkan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia
(SDM) dari lingkungan domestik maupun internasional.
 Pada masa Demokrasi Terpimpin (1960-1965) terjadi Perburuan liar
(Burung Cendrawasih, Badak dll) secara besar-besaran yang
menyebabkan satwa tersebut di ambang punah, pemerintah Indonesia
pada era tersebut melakukan tindakan mengirim delegasi ke RRC &
Pasific Science dari lembaga PA (pelestraian alam), yang kemudian
Lembaga PA (pelestarian alam) menjadi bagian Perlindungan dan
Pengawetan Alam (PPA) dan pada era ini untuk pertama kalinya di
adakan kegiatan Pekan Penghijauan Nasional I tahun 1961. Dan juga
Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki oleh masyarakat dan negara
diolah sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara merata,
semisalkan seperti sembako yang diharuskan dapat merata distribusinya
keseluruh masyarakat.
KAPABILITAS DISTRIBUTIF
 Kapabilitas distributif berkaitan dengan sumber daya yang diolah dan hasilnya
kemudian didistribusikan kembali kepada masyarakat. Pada masa demokrasi
terpimpin distribusi barang, jasa, kesempatan, status, dan bahkan juga kehormatan
dapat diberi predikat sebagai prestasi rill sistem politik. Dalam demokrasi
terpimpin, kapabilitas distributive bersifat abstrak, distributif dan simbolik serta
perkembangan ekonomi yang tidak maju.
 Distribusi ini ditujukan kepada individu maupun semua kelompok masyarakat,
seolah-olah sistem poltik itu pengelola dan merupakan pembagi segala kesempatan,
keuntungan dan manfaat bagi masyarakat.
 Maka dari itu, serta merta dengan lebih diarahkannya aktivitas terhadap nilai-nilai
yang bersifat mutlak, maka pemerintah cenderung untuk lebih berperan dalam
mengelola bidang ekstratif dan distributif.
KAPABILITAS REGULATIF
 Kapabilitas regulatif yaitu, sistem politik yang merupakan
penyelenggaraan pengawasan terhadap tingkah laku individu dan
kelompok yang ada didalamnya. Bagaimana penempatan kekuatan
yang sah ( pemerintah) untuk mengawasi tingkah laku manusia dan
badan-badan lainnya yang berada di dalamnya, semuanya merupakan
ukuran kapabilitas untuk mengatur atau mengendalikan. jadi dapat
ditarik kesimpulan bahwa dalam kapabilitas regulatif pemerintah
mengambil alih untuk mengatur tentang kebijakan yg diambil, dalam
merujuk UUD yang ada pemerintah masih saja salah kaprah,mereka
menggunakan sistem politik kapabalitas regulatif sewenang
wenang,sehingga fungsi kapabilitas semestinya tidak dapat berjalan
sesuai dengan apa yg diharapkan.
 Dan pada zaman demokrasi terpimpin ini, kapabilitas
regulatif fungsinya tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya
seperti yang kita tahu bahwa kapabilitas regulatif lah yang
mengawasi penyelenggaraan pada suatu kebijakan di negara,
namun hal ini yang terjadi pada penguasa yang seharusnya
membuat kebijakan dengan sebijak-bijaknya malah melanggar
nya sendiri yaitu dengan pengangkatan presiden seumur
hidup oleh MPRS kepada Presiden Soekarno karena tidak ada
aturan tentang jabatan presiden seumur hidup menurut pasal
7 UUD 1945 (sebelum diamandemen),presiden memegang
jabatan selama lima tahun dan sesudahnya boleh dipilih
kembali. Jelas ini adalah penyelewengan dari kapabilitas
regulatif pada zaman demokrasi terpimpin.
KAPABILITAS SIMBOLIK
 Kapabilitas simbolik adalah kemampuan untuk membangun
pencitraan terhadap kepala negara atau juga rasa bangga
terhadap negaranya. Menurut Gabriel Almond Kapabilitas
simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi
dan secara selektif membuat kebijakan yang akan diterima
oleh rakyat. Semakin diterima kebijakan yang dibuat
pemerintah maka semakin baik Kapabilitas simbolik sebuah
sistem politik.
 Kapabilitas simbolik padamasa Demokrasi Terpimpin yang
dicetuskan oleh Presiden Soekarno diawali oleh anjuran
Soekarno agar Undang-Undang yang digunakan untuk
menggantikan UUDS 1950 adalah UUD 1945.
 Kebijakan-kebijakan Soekarno pada demokrasi terpimpin, antara lain:
 1. Kebijakan Presiden Soekarno membentuk lembaga tinggi negara yakni Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung
Sementara (DPAS).
 2. Kebijakan Presiden Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyar (DPR)
dan menggantinya dengan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR).
 3. Kebijakan Presiden Soekarno dalam pembentukan Front Nasional
 4. Kebijakan Presiden Soekarno dalam pembentukan Kabinet Kerja
 5. Kebijakan berkonfrontasi dengan Malaysia
 6. Kebijakan Presiden Soekarno menarik Indonesia keluar dari keanggotaan PBB
 7. Pemasyarakatan Ajaran Nasionalisme, agama, komunis (NASAKOM) dan Ajaran
Resopim
 8. Kebijkakan pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS)
 9. Kebijakan mendevaluasi / menurunkan nilai mata uang
 10. Kebijakan Deklarasi Ekonomi
 11. Kebijakan Pengiriman Pasukan Garuda II ke negara Kongo untuk bergabung
dengan pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB).
 12. Ikut memprakarsai berdirinya gerakan non-blok (GNB)
 13. Penyelenggaraan Asian Games di Jakarta pada tanggal 24 Agustus hingga tanggal 4
September 1962.
KAPABILITAS RESPONSIF
 Responsif adalah kemampuan daya tanggap yang diciptakan oleh
pemerintah terhadap tuntuntan atau tekanan. Gabriel Almond
berpendapat tentang kapabilitas reasponsif bahwa dalam proses
politik terdapat hubungan antara output (kebijakan pemerintah)
dan input (partisipasi masyarakat). Dalam hal ini kebijakan
responsif lebih kepada bagaimana proses pembuatan kebijakan itu
sendiri, yakni pelembagaan mekanisme agregasi dan artikulasi
politik kepentingan masyarakat ke dalam sebuah kebijakan politik.
 Jadi kapabilitas responsive pada masa demokrasi terpimpin ini
kurang berjalan dengan baik.Dimana memang terdapat lembaga
pemerintahan, saat itu MPRS dan DPAS, tetapi pada pelaksanaan
sistem pemerintahan ini, warga negara atau rakyat tidak memiliki
peran yang signifikan terhadap segala kebijakan yang diambil dan
dijalankan oleh pemerintah.
KAPABILITAS INTERAKTIF
 Kapabilitas interaktif merupaakan kemampuan dalam
pengelolaan hubungan dengan negara lain. Di era demokrasi
terpimpin antara tahun 1959 dan tahun 1965 amerika serikat
memberikan 64 juta dollar dalam bentuk bantuan militer
untuk jenderal-jenderal militer indonesia.indonesia juga
menjalankan politik dengan malaysia.
 Gerakan non blok merupakan gerakan persaudaraan negara-
negara asia-afrika yang kehidupan politiknya tidak
terpengaruh oleh blok barat maupun blok timur.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai