100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
178 tayangan17 halaman
BPH adalah pembesaran prostat yang umum terjadi pada pria lanjut usia yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih sel prostat. Gejalanya meliputi kesulitan dan gangguan dalam berkemih. Pengobatannya meliputi terapi non-obat, obat-obatan seperti alpha-blocker dan 5-alpha reductase inhibitor, serta prosedur bedah seperti reseksi transurethral prostat.
BPH adalah pembesaran prostat yang umum terjadi pada pria lanjut usia yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih sel prostat. Gejalanya meliputi kesulitan dan gangguan dalam berkemih. Pengobatannya meliputi terapi non-obat, obat-obatan seperti alpha-blocker dan 5-alpha reductase inhibitor, serta prosedur bedah seperti reseksi transurethral prostat.
BPH adalah pembesaran prostat yang umum terjadi pada pria lanjut usia yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih sel prostat. Gejalanya meliputi kesulitan dan gangguan dalam berkemih. Pengobatannya meliputi terapi non-obat, obat-obatan seperti alpha-blocker dan 5-alpha reductase inhibitor, serta prosedur bedah seperti reseksi transurethral prostat.
Prostat yang mengalami pembesaran, dalam bahasa medis
dinamakan BPH (benign prostatic hyperplasia), adalah kondisi dimana terdapatnya hiperplasia (kenaikan jumlah sel) pada sel-sel stromal dan epitel prostat. BPH adalah singkatan dari Benign prostatic hyperplasia yaitu penyebab umum dari gejala gangguan fungsi urinari pada pria usia lanjut. Benign Prostatic Hyperplasia merupakan akibat dari proliferasi pada sel stromal dan epithelial dari kelenjar prostat. Hal ini menyebabkan pembesaran prostat. Pembesaran prostat ini pada tahap berikutnya akan mengakibatkan obstruksi uretra, sehingga aliran urin akan terganggu. Apa penyebab BPH ? Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat yaitu : Teori Hormonal Teori Growth Faktor Teori Stem Cell Teori Dihidrotestosteron (DHT) Gejala : yang sering diderita orang yang mengalami pembesaran prostat ialah kencing yang tidak lancar, ataupun kencing yang tiba-tiba datang atau tiba-tiba berhenti. Bila dibiarkan, BPH dapat menyebabkan penumpukan bakteri di saluran kencing yang akan menjadi faktor pencetus ISK (infeksi saluran kemih). Selain itu, dapat pula terjadi batu saluran kemih akibat dari kristalisasi garam-garam di residu urin. Gejala yang terjadi pada pasien BPH adalah sebagai berikut :
1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah / LUTS
Pada LUTS gejala yang timbul berupa gejala obstruktif dan iritatif a. Gejala Obstruktif Gejala ini ditimbulkan karena adanya penyempitan uretra karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor pada kandung kemih untuk berkontraksi cukup kuat dan lama sehingga pengosongan kandung kemih terputus- putus. Gejala yang terjadi: Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy) Pancaran miksi yang lemah (weak stream) Miksi terputus (Intermittency) Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling) b. Gejala Iritatif Gejala ini disebabkan oleh pengosongan kandung kemih/vesica urinaria yang tidak sempurna pada saat miksi/berkemih, ataupun disebabkan oleh hipersensitifitas otot detrusor karena pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada kandung kemih, sehingga kandung kemih sering berkontraksi meskipun belum penuh.
Gejala yang terjadi adalah:
Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency) Nokturia Miksi sulit ditahan (Urgency) Disuria (Nyeri pada waktu miksi) Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis derajat berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi :
Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing 0-50
mL Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 mL Grade III: Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas + sisa urin > 150 ml. 2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Gejala yang timbul merupakan gejala-gejala yang
ditimbulkan gejala obstruksi, yaitu: nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis. 3. Gejala diluar saluran kemih
Tidak jarang pasien juga mengeluhkan mengalami
hernia dan hemoroid. Hal ini dikarenakan pasien sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal Bagaimana Pengobatan BPH?
1. Terapi non obat
Modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan diantaranya buang air kecil sebelum tidur, menghindari konsumsi kafein dan alkohol, pengosongan kandung kemih yang lebih sering ketika tidak sedang tidur. 2. Terapi Obat a. α-blockers Semua α-blocker memiliki kemanjuran klinik yang mirip. Terapi dengan α-blocker berdasarkan hipotesis bahwa LUTS sebagian disebabkan oleh kontraksi otot polos prostate dan leher kandung kencing yang dimediasi oleh α1- adrenergik yang menghasilkan tersumbatnya saluran kemih. Agen ini merelaksasi sfingter intrinsik uretral dan otot polos prostate namun tidak mengecilkan ukuran prostate. 5α-reductase-inhibitors (finasteride atau dutasteride), Merupakan obat pilihan untuk pasien dengan LUTS sedang/berat dan prostate membesar (>40 g). kedua obat tersebut menurunkan volume prostate hingga 20- 30% dan memiliki kemanjuran klinik yang mirip. 5α- reductase-inhibitors dapat mencegah perkembangan BPH, meningkatkan skor gejala hingga 15% dan juga dapat menyebabkan peningkatan yang lumayan pada aliran berkemih yaitu 1,3 – 1,6 mL/s (Rosette, et al., 2004). 3. Terapi Pembedahan
1. Transurethral Resection of the Prostate (TURP)
Menghilangkan bagian adenomatosa dari prostat yang menimbulkan obstruksi dengan menggunakan resektoskop dan elektrokauter 2. Transurethral Incision of the Prostate (TUIP) Dilakukan terhadap penderita dengan gejala sedang sampai berat dan dengan ukuran prostat kecil (<30 gram) 4. Transurethral electrovaporization (TUVP) Merupakan alternative lain untuk TURP khususnya untuk pasien beresiko tinggi dengan prostate kecil. 5. Laser Prostatectomy Tekniknya antara lain Transurethral laser induced prostatectomy (TULIP) yang dilakukan dengan bantuan USG, Visual coagulative necrosis, Visual laser ablation of the prostate (VILAP), dan interstitial laser therapy. 4. Prostatic stents Hanya diberikan kepada pasien yang memiliki resiko tinggi, yang ditunjukkan dengan kekambuhan retensi urin sebagai alternatif kateterisasi, dan bagi mereka yang tidak dapat menjalani terapi yang lainnya 5. Emerging techniques Meliputi High-intensity focused ultrasound (HIFU), chemoablation of the prostate, water induced thermotherapy (WIT) dan plasma energy in a saline environment (PlasmaKinetic®) yang hanya digunakan dalam percobaan klinis saja. 6. Obsolete techniques Transurethral baloon dilatation : dilakukan dengan memasukkan kateter yang dapat mendilatasi fosa prostatika dan leher kandung kemih. Dilatasi balon dan transrektal/hipertermi transurethral tidak lagi direkomendasikan untuk mengatasi BPH. 7. Terapi Hormonal Terapi hormon diberikan pada pria usia pertengahan dan lanjut usia untuk mengatasi keluhan andropause. Selama pengobatan oleh dokter, testosteron diberikan dalam bentuk senyawa undarkanoat (4 mg/kapsul). Tujuan terapi hormone adalah mengontrol keseimbangan hormon testosteron sehingga dapat membantu mengatasi keluhan gangguan Prostat. 8. Fitoterapi Meskipun secar luas digunakan di Eropa untuk BPH, fitoterapi dengan produk seperti saw palmetto berry (Serenoa repens), stinging nettle (Urtica dioica) dan plum africa (Pygeum africanum) harus dihindarkan. Studi terhadap herbal ini belum selesai dan kemurnian produk yang diragukan.