Anda di halaman 1dari 16

( Human Trafficking )

Perdagangan Manusia
Kelompok 1
Kelompok 1
1. Nervian Yustina (13-042)
2. Resti Mei (13-078)
3. Sevi Ariesta (13-086)
4. Dinda Destra (13-049)
5. Suci Ramadhani (13-124)
6. Pratiti Westi (13-146)
7. Reni Amalia (13-026)
8. Elyta Novi A (13-044)
9. Fahrun Faradila (13-140)
10. Magdaleni Yuni A (13-092)
11. Khusniawati (13-076)
12. Dwi rizki A (13-070)
13. Agita Brastila (13-176)
14. Sifana Amaliya (13-021)
15. Aflaha Hikmah (13-152)
16. Dyah Wahyu Iftitah (13-023)
• Bentuk kekerasan berbasis Gender
1. Seksual
2. Fisik
3. Praktik tradisional yang membahayakan
4. Sosial ekonomi
5. Emosional dan psikologi (IPPF, 2009)
Jenis - jenis
1. KDRT
2. Perdagangan Manusia
3. Pemerkosaan
4. Perbudakan seksual
5. Pelecehan seksual
6. Pemeriksaan absorpsi
7. Pemaksaan busana lewat aturan deskriminatif beralasan moralitas dan agama
8. Pengabaian hak reproduksi perempuan
9. Penularan HIV AIDS kepada istri
10. Kontrol Seksual
Pasal 1 UU No. 21 tahun 2007
PENYEBAB
• 1. Faktor Ekonomi
Antara lain,
• Tanggung jawab yang besar untuk menopang hidup keluarga,
• keperluan yang tidak sedikit sehingga membutuhkan uang yang tidak
sedikit,
• terlilit hutang yang sangat besar,
• hasrat ingin cepat kaya
• lapangan kerja yang tidak ada atau tidak memadai dengan besarnya
jumlah penduduk
• Kebijakan pemerintah dalam pembangunan ekonomi menggariskan
untuk lebih mengutamakan ekonomi berbasis industri daripada ekonomi
berbasis agraris, struktur produksi juga mengalami perubahan.
• Kebijakan internasional globalisasi ekonomi, juga berarti globalisasi
pasar kerja yang membuka peluang adanya permintaan dan pemenuhan
pasokan tenaga kerja dengan upah murah.
Faktor Ekologis
• Penduduk Indonesia amat besar jumlahnya, yaitu 238 juta jiwa (sensus 2010), dan
secara geografis, Indonesia terdiri atas 17.000 pulau dan 34 provinsi. Letak Indonesia
amat strategis sebagai negara asal maupun transit dalam perdagangan orang, karena
memiliki banyak pelabuhan udara dan pelabuhan kapal laut serta letaknya
berbatasan dengan negara lain, terutama di perbatasan darat seperti Kalimantan
Barat dengan Sabah, Australia di bagian selatan, Timor Leste di bagian timur,dan
Irian Jaya dengan Papua Nugini.
• Karakteristik kelompok masyarakat yang rentan menjadi korban perdagangan orang,
baik laki – laki maupun perempuan bahkan anak – anak adalah keluarga miskin dari
pedesaan atau kawasan kumuh perkotaan yang memaksakan diri ke luar daerah
sampai ke luar negeri untuk bekerja walaupun dengan bekal kemampuan yang
sangat terbatas dan informasi terbatas.
Lanjutan!!!
• Kebijakan ini telah mendorong penduduk untuk berpidah dari tempat
asal mereka, dengan harapan dapat memperoleh penghasilan lebih
tinggi. Oleh karena itu, penduduk yang miskin mungkin akan lebih
rentan terhadap perdagangan orang, tidak hanya karena lebih sedikitnya
pilihan yang tersedia utuk mencari nafkah, tetapi juga karena mereka
memegang kekuasaan sosial yang lebih kecil, sehingga mereka tidak
mempunyai terlalu banyak akses untuk memperoleh bantuan dan ganti
rugi. Meskipun bukan merupakan satu – satunya faktor bahwa
kemiskinan penyebab kerentanan perdagangan orang
Ketidakadaan Kesetaraan Gender
• Dari banyak penelitian penelitian bahwa banyak perempuan yang menjadi korban,
hal ini karena dalam masyarakat terjadi perkawinan usia muda yang dijadikan cara
untuk keluar dari kemiskinan. Dalam keluarga anak perempuan seringkali menjadi
beban ekonomi keluarga, sehingga dikawinkan pada usia muda. Mengawinkan anak
dalam usia muda telah mendorong anak memasuki eksploitasi seksual komersial,
karena pertama, tingkat kegagalan pernikahan semacam ini sangat tinggi, sehingga
terjadi perceraian dan rentan terhadap perdagangan orang. Setelah bercerai harus
menghidupi diri sendiri walaupun mereka masih anak – anak. Pendidikan rendah
karena setelah menikah mereka berhenti sekloah dan rendahnya keterampilan
mengakibatkan tidak banyak pilihan yang tersedia dan dari segi mental, ekonomi
atau sosial tidak siap untuk hidup mandiri, sehingga cenderung memasuki dunia
pelacuran sebagai salah satu cara yang paling potensial untuk mempertahankan
hidupnya.
. Faktor Penegak Hukum
• Kaidah – kaidah hukum tersebut menjadi pedoman bagi perilaku atau
sikap tindak yang dianggap pantas atau yang seharusnya. Perilakuatau
sikap tindak tersebut bertujuan untuk menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian. Dapat juga dikatakan bahwa penegakan
hukum dalam masyarakat berarti membicarakan daya kerja hukum
dalam mengatur dan memaksa masyarakat untuk taat kepada hukum.
Penegakan hukum tidak terjadi dalam masyarkat karena ketidakserasian
antara lain nilai, kaidah, dan pola perilaku. Oleh karena itu,
permasalahan dalam penegakan hukum terletak pada faktor – faktor
yang mempengaruhi penegakan hukum itu sendiri.
Kisah Tragis Gadis Bogor Jadi Korban Perdagangan Manusia
Ditawari kerja di restoran, tak tahunya disuruh menemani tamu mesum.
VIVA.co.id - Tragis. Melaporkan kasus perkosaan yang dialami, remaja 14 tahun dan ibunya yang
tengah hamil justru dijadikan tersangka oleh Kepolisian Sektor Kelapa Gading. Peristiwa nahas itu dialami
DA dan ibunya yang merupakan warga Bogor. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang
mengadvokasi korban menjelaskan kronologi dugaan perdagangan manusia atau human trafficking
ini.Awalnya, tanggal 12 Februari 2015, korban DA didatangi tersangka Y dan W. Kedua orang itu
menawarkan pekerjaan sebagai pelayan restoran di Kelapa Gading, Jakarta, dengan gaji Rp12 juta per
bulan. "Setelah korban menyetujui, ibu korban diminta menandatangani surat perjanjian yang berisi
mengizinkan sang anak bekerja dan diberi uang sebesar Rp2,2 juta," ujar Ketua KPAI, Asrorun Ni'am
Sholeh, di Kantor KPAI, Jakarta, Kamis 2 April 2015. Setelah itu, pada tanggal 16 Februari, korban di bawa
ke Jakarta naik KRL dari Bogor ke Kelapa Gading dan singgah terlebih dahulu di sebuah apartemen di
Kawasan Kemayoran. saat tiba di apartemen, korban sudah ditunggu KW untuk melakukan cek bodi
dengan cara melepaskan seluruh pakaiannya. Korban sempat menolak, tapi dipaksa oleh W dan R.
"Korban melihat ada beberapa ABG yang memakai pakaian dalam saja di dalam tempat cek bodi
tersebut," ujar Asrorun. Setelah dinyatakan lulus cek bodi, korban di bawa ke sebuah kafe D di kawasan
Kelapa Gading untuk menemani tamu meminum bir. Korban dipaksa meminum bir, merokok dan diajari
menari hanya memakai pakaian dalam saja. "Keesokan harinya, tanggal 17 Februari, korban diajak lagi ke
diskotek berinisial K. Korban diminta menemani tamu Warga Negara Asing sampai pukul 02.00 WIB.
Dalam keadaan mabuk, korban dibawa tamu tersebut ke dalam sebuah kamar di diskotek K tersebut,"
kata Asrorun.
Faktor Sosial Budaya
• Dalam masyarakat terdapat sedikit kesepakatan dan lebih banyak memancing
timbulnya konflik – konflik, diantaranya konflik kebudayaan. Tidak saja konflik
kebudayaan yang dapat memunculkan kejahatan, tetapi juga disebabkan oleh faktor
sosial, dimana ada perbedaan antara budaya dan sosial, maka hal ini dapat
memunculkan terjadinya konflik. Konflik besar telah meletus di Indonesia sejak
tahun 1998, yaitu provinsi Maluku, Maluku Sulawesi Tengah, Papua dan Aceh,
sehingg lebih dari 1 juta orang meninggal dan ada juga yang terpaksa meninggalkan
tempat tinggalnya. Konflik – konflik tersebut biasanya dianggap sebagai konflik
vertikal (ketegangan antara pemerintahpusat dan penduduk setempat, seperti yang
terjadi di Aceh dan Papua) atau horizontal (ketegangan anatara kelompok
masyarakat yang satu dengan yang lain), seperti yang terjadi diMaluku, Maluku
Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah. Kedua jenis
konflik tersebut mempunyai banyak faktor penyebab yang mengakibatkan terjadinya
kekerasan dan terusirnya penduduk dari tempat tinggal mereka. Salah satu dari
sekian banyak faktor penyebab ini kebijakan transmigrasi yang diberlakukan oleh
pemerintah
Con’t
Siang harinya, korban tak sadarkan diri dan sudah berada di dalam kamar apartemen. Korban
kaget begitu sadar dan mendapati di kelaminnya terdapat bercak darah. Keesokan harinya, 18
Februari, korban diajak lagi ke diskotek K dan dipaksa menemani dua tamu di kamar. Lalu
korban balik ke apartemen lagi. Kali ini korban sudah tak tahan lagi dengan kondisi yang
dialaminya. "Tanggal 19 korban melarikan diri saat tersangka G dan I lengah. Korban
menggunakan taksi menuju rumahnya di Bogor," kata Asrorun. Korban sempat dicari oleh W, G
dan R di rumah korban. Akan tetapi, pihak keluarga menyembunyikannya dan mengancam ibu
korban akan dilaporkan ke polisi jika DA tidak balik ke tempat kerjanya. "Tanggal 23 Februari
korban melaporkan kasus trafficking ke Polres Bogor. Tetapi, pada saat yang bersamaan R
melaporkan DA dan ibunya ke Polsek Kelapa Gading mengenai penipuan, karena korban sudah
menerima uang sebesar Rp2,2 juta tetapi melarikan diri," ujar Asrorun. KPAI melihat penetapan
tersangka kepada korban tidak tepat dan terindikasi kriminalisasi kasus. Oleh karena itu, KPAI
meminta bantuan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta untuk mengadvokasi korban. KPAI
memegang akta kelahiran korban yang baru berusia 14 tahun. Namun, salah satu anggota
sindikat mengubah umur korban menjadi 19 tahun dengan nama palsu berinisial DS. Atas kasus
tersebut, KPAI dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sudah mengunjungi rumah
korban pada tanggal 1 April dan memberikan perlindungan kepada korban dan ibunya ke
tempat yang lebih aman. Selain itu, korban dan ibu korban akan diberikan bantuan hukum
dalam pengungkapan kasus ini. Untuk kepentingan penuntasan kasus ini, KPAI bersama LPSK
akan menemui pimpinan Mabes Polri Senin pekan depan, 6 April 2015.
Solusi
1. Membuka pusat layanan rehabilitasi korban
2. Memberikan pelatihan kusus kepada pencari kerja terhadap trafficking
3. Penegak hukum lebih tegas dalam mengawal kasus perdagangan orang
4. Masyrakat dapat meminta dukungan dan pelindungan ILO dan yayasan
kesejahteraan Indonesia untuk memberikan dukungan hokum tegas
5. Pemetaan tindak pidana perdana orang di ndonesia baik untuk tujuan
domestik maupun luar negeri
6. Peningkatan pendidikan masyrakat khususnya pendiidkan alternative anak
anak perempuan
7. Pemberian informasi kepeda masyrakat tentang traficking

Anda mungkin juga menyukai