Oleh: Dewi Awalul Rizqiyah P13374341150 36 Ikhda Alfiani Inaya P1337434115043 Apa itu sperma?
Sperma adalah ejakulat yang berasal
dari seorang pria berupa cairan kental dan keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain dan spermatozoa. Hal-hal yang harus diperhatikan: • pasien diminta tidak melakukan kegiatan seksual selama 3- 5 hari • wadah terbuat dari gelas bermulut lebar yang sudah dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu • pasien diminta mencatat waktu pengeluaran sperma tepat sampai menitnya sebelum menyerahkan sampel • Sampel harus diperisa sesegera mungin • petugas juga wajib mencatat waktu saat pemeriksaan- pemeriksaan dijalankan • Tidak dianjurkan memakai kondom untuk menampung sperma karena zat-zat pada permukaan karet mempunyai pengaruh melemahkan atau membunuh spermatozoa Macam Pemeriksaan Sperma • koagulasi dan likuifaksi sperma, warna dan Makroskopis kekeruhan sperma, bau, volume, viskositas, pH
• motilitas, jumlah, dan morfologi spermatozoa
Mikroskopis
• kadar fruktosa Kimia Koagulasi dan likuifaksi
Pada saat dikeluarkan sperma normal
menunjukkan adanya gumpalan-gumpalan diantara lendir putih yang cair. Pada suhu kamar sperma akan mencair (likuifaksi) dalam waktu 15-20 menit. Apabila lebih dari 20 menit sperma belum mencair, itu merupakan keadaan abnormal yang perlu dilaporkan. Warna dan kekeruhan
Normal: sperma berwarna putih atau kekuning-
kuningan dan terlihat keruh. Bau Normal: Khas (bunga akasia) Volume
Mengukur volume dilakukan dengan
memindahkan ejakulat ke dalam gelas ukur 5 atau 10 ml sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Catatlah volume sampai ketepatan 0,2 ml. Volume baru dapat diukur setelah sperma mencair. Normal: 2-6 ml sperma Viskositas
Dilakukan setelah terjadi likuifaksi sempurna
Normal: 1-2 detik/tetesan pH
pH sperma cukup ditentukan dengan memakai
kertas indikator. Normal: Nilai pH sperma antara 7,0-7,8 Motilitas • Untuk menguji motilitas, taruhlah setetes sperma yang sudah mencair dia atas objek glass kemudian tutuplah menggunakan dect glass • Pemeriksaan dilakukan dengan lensa objektif pada perbesaran 40x • Jika ingin membedakan spermatozoa yang tidak bergerak dengan spermatozoa mati, campurlah sedikit sperma dengan larutan eosin 0,5% dalm air, spermatozoa yang mati menjadi berwarna kemerah- merahan, sedangkan spermatozoa yang non aktif (tidak bergerak) tidak berwarna • Normal: Sperma motil : >50% Jumlah Spermatozoa • Menghitung jumlah spermatozoa dilakukan dengan kamar hitung improved neubauer dan pipet leukosit, dengan aquadest sebagai cairan pengencer • Isilah pipet sampai garis bertanda 0,5 dengan sperma yang sudah mencair, kemudian menambahkan aquadest sampai garis bertanda 11. Hitunglah spermatozoa dalam kamar hitung pada permukaan seluas 1 mm2, angka itu dikali 200000 untuk mendapat jumlah spermatozoa dalam 1 ml sperma. Normal: 20 juta spermatozoa/ml Morfologi • Mengamati morfologi spermatozoa dilakukan dengan membuat sediaan apus dari sperma, biarkan dikeringkan oleh udara kemudian lakukan fiksasi dengan metil alkohol selama 5 menit. Pulasan selanjutnya dilakukan dengan Giemsa, Wright atau zat warna lain, kemudian lakukanlah pemeriksaan menggunakan mikroskop. • Biasanya terdapat kurang dari 20% spermatozoa dengan kelainan bentuk • Normal: bentuk normal = >60% Kadar Fruktosa
• Karbohidrat yang ada dalam sperma ialah
fruktosa dan kadar fruktosa mempunyai korelasi positif dengan kadar testosteron dalam tubuh. Penetapan kadar fruktosa memakai reaksi Selivanoff, pada reaksi itu fruktosa bereaksi dengan resorcinol dengan menyusun warna merah. • Kadar fruktosa dalam sperma normal berkisar antara 120-450 mg/dl Cara Kerja 1. Mengencerkan 0,1 ml sperma dengan 2,9 ml air terlebih dahulu. Kemudian tambah 0,5 ml larutan Ba(OH)2, campurkan, tambah 0,5 ml larutan ZnSO4, kemudian homogenkan. 2. Sediakan 3 tabung T (test), S (Standard), dan B (Blanko). Tabung T di isi 2 ml cairan atas dari langkah 1, tabung S diisi 2 ml standard fruktosa dan tabung B diisi 2 ml aquadest. 3. Kepada tabung T, S, dan B masing-masing dibubuhkan 2 ml resorcinol dan 6ml HCl. 4. Homogenkan isi tabung masing-masing, panasilah dalam bejana air pada suhu 90oC selama 10 menit. 5. Bacalah absorbansi T dan S terhadap B pada 490 nm. 6. Hitunglah kadar fruktosa dengan rumus ∆T/∆S x 200 = mg fruktosa/dl sperma. Parameter Nilai Normal: • Warna : putih keruh • Bau : khas (akasia) • pH : 7,0-7,8 • Volume : 2,5-5,0 ml • Viskositas : 1-2 detik/tetesan • Jumlah sperma : 20 juta/ml • Sperma motil : >50% • Bentuk normal : >60% • Uji fruktosa : 120-450 mg/dl Penyimpangan: nilai normal (menurun) biasanya terjadi pada pasien vasektomi, infertil, pengobatan antineoplastik, dan obat estrogen. Infertilitas Infertilitas adalah bila sepasang suami istri, setelah bersenggama secara teratur (2-3 kali/minggu), tanpa menggunakan metode pencegahan, belum mengalami kehamilan selama satu tahun. Macam Infertilitas 1. Infertilitas primer Bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali. 2. Infertilitas sekunder Bila pasangan tersebut sudah memiliki anak, kemudian memakai kontrasepsi, namun setelah dilepas selama setahun belum juga hamil. Hal-Hal Penyebeb Infertilitas A. Gangguan hormonal Kondisi ini ditandai dengan tingkat hormon yang terlalu tinggi atau rendah sehingga memengaruhi kesuburan. Adapun gangguan hormonal meliputi : 1.Hipotiroid Kadar hormon tiroid yang rendah dapat menurunkan kualitas air mani, fungsi testis, dan mengganggu libido. 2. Hiperprolaktinemia Kondisi ini adalah kondisi hormon prolaktin yang tinggi. Ditemukan 10-40 persen pada pria yang tidak subur. Kadar prolaktin yang tinggi dapat mengurangi produksi sperma dan hasrat seksual, sekaligus menyebabkan impotensi. 3. Hipogonadotropik hipopituitarisme Rendahnya produksi hormon follicle stimulating hormone (FSH) dan lutenizing hormone (LH) dari kelenjar pituitari. Hal itu menyebabkan terganggunya perkembangan sperma, menurunnya tingkat sel dalam testis, dan sebagainya. 4. Hiperplasia adrenal kongenital Terjadi ketika kelenjar pituitari tertekan oleh kenaikan tingkat hormon androgen adrenal sehingga menyebabkan rendahnya produksi sperma, kurang aktifnya gerak sperma, serta banyaknya sel sperma yang tidak benar-benar berkembang dengan baik. 5. Panhipopituitarisme Kegagalan kelenjar pituitari sehingga menekan hormon pertumbuhan, hormon stimulasi tiroid, dan tingkat LH dan FSH. Gejala-gejalanya antara lain testis yang berukuran normal atau kecil, impotensi dan hasrat seks yang menurun. B. Gangguan fisik
a. Kelainan saluran sperma
Tabung yang membawa sperma atau saluran sperma dapat mengalami kerusakan lantaran cedera atau penyakit. Sebagian pria mengalami sumbatan pada testis yang menyimpan sperma atau hambatan pada satu atau kedua saluran yang membawa sperma dari testis. b. Ejakulasi retrograde. Kelainan ini menyebabkan air mani memasuki kandung kemih, bukannya keluar dari penis saat ejakulasi. Kemungkinan disebabkan oleh komplikasi dari operasi prostat, kandung kemih, atau uretra. Selain itu bisa akibat efek samping obat tertentu atau penyakit diabetes. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko infertilitas • Pertambahan usia. • Kebiasaan merokok. • Konsumsi minuman keras berlebihan. • Penggunaan obat-obat terlarang. • Olahraga dengan intensitas yang sangat berlebihan. • Kondisi kurang gizi misalnya anemia, defisiensi vitamin C atau seng (zinc) pada tubuh. • Pakaian dalam yang terlalu ketat. • Paparan zat-zat berbahaya, seperti pestisida, merkuri, logam berat, benzena, dan borium. • Kondisi stres yang berlebihan. DAFTAR PUSTAKA • Gandosoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta:Dian Rakyat. • Mansjoer Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Mesia Aesculapius FKUI. • Price Sylvia A., Wilson Lorraine M. 2006. Patofisiologi. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC. • Sutedjo, AY.2009. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books • Kumala Widyasari. 2006. Diagnosis Laboratotium Mikrobiologi Klinik. Jakarta:Universitas Trisakti.