Anda di halaman 1dari 21

Latar Belakang

- Peraturan perundang-undangan (legislation) merupakan


wujud dari politik hukum institusi Negara

- pemerintah dan bangsa Indonesia serius melawan dan


memberantas tindak pidana korupsi di negeri ini.

- Tebang pilih (pendapat beberapa praktisi dan pengamat


hukum) terhadap gerak pemerintah dalam menangani
kasus korupsi
Sebab-Akibat Korupsi
Sebab Korupsi

-adanya konflik loyalitas diantara para pejabat publik.


-Pandangan feodal yang masih mewarnai pola perilaku
para birokrat di Indonesia mengakibatkan efek konflik
loyalitas.
-Para birokrat kurang mampu mengidentifikasi
kedudukannya sendiri sehingga sulit membedakan
antara loyalitas terhadap keluarga, golongan, partai
atau pemerintah.
Akibat Korupsi

- berkembangnya suasana yang penuh tipu-muslihat


dalam setiap urusan administrasi.
-munculnya pola-pola kejahatan terorganisasi,
-lambannya tingkat pelayanan karena pelayanan harus
ditembus oleh uang sogok atau pengaruh personal,
-berbagai sektor pembangunan menjadi lumpuh
karena alat kontrol untuk mengawasinya tidak
berjalan seperti yang diharapkan.
-Kelesuan juga menyelimuti dunia swasta karena
mereka tidak lagi melihat pembagian sumberdaya
masyarakat secara adil.
Makna Tindak Pidana Korupsi
Pertama, mulai dari
meningkatkan standar
tata pemerintahan –
melalui konstruksi
integritas nasional.

Kedua, hal yang paling


sulit dan fundamental dari
semua perlawanan terhadap
korupsi adalah bagaimana
membangun kemauan politik
(political will).
DAMPAK MASIF KORUPSI
Hasil Survei KPK ttg dampak korupsi
Pengurangan penerimaan negara 94.9 4.1

Pemborosan keuangan negara 94.8 4.6


Ketidakpercayaan pd peradilan 85.1 13.7
Ketidakpercayaan thd pemerintah 82.4 16.2
Ketidakpercayaan thd DPR 82.1 17.6
Harga barang jadi mahal 79.5 18.5
Semakin sulit cari pekerjaan 78.6 13.7
Meningkatnya biaya infrastruktur 75.4 19.7
Sulitnya mendapatkan layanan pendd. 71.8 25.8

Sulitnya mendapatkan layanan kes. 69.3 28.8


65.1 32.2
Partisipasi masy. dlm pemilu turun
62.8 23.4
Tdk terjaminnya keamanan masy.
A. DAMPAK EKONOMI
1. Menghambat investasi & pertumbuhan ekonomi
• Mauro (1995), kenaikan 2 point Indeks Persepsi
Korupsi (IPK skala 0-10), mendorong investasi > 4 %
• Podobnik et.al (2008), kenaikan 1 point IPK  GDB
per kapita tumbuh 1.7 %
• Gupta et al (1998) penurunan skor IPK 0,78 % 
pertumbuhann ekonomi kel. Miskin turun 7.8 %
2. Melemahkan kapasitas & kemampuan pemerintah
dalam program pembangunan u/ meningkatkan
perekonomian
– Pd institusi pemerintahn yg memiliki angka korupsi
rendah  layanan publik lebih baik & murah
– Gupta, Davoodi & Tiongson (2000) dalam Bagus Anwar
(2011), tingginya angka korupsi  memperburuk layanan
kesehatan & pendidikan  angka putus sekolah +,
kematian bayi +
– Korupsi  mengurangi anggaran pembiayaan untuk
perawatan fasilitas umum. September 2013, 21.313 km
jalan kabupaten & 2.468 km jalan provinsi rusak  butuh
biaya Rp. 118,073 triliun
3. Meningkatkan utang negara
• Akhir 2012, utang pemerintah Rp. 1.977,71 triliun 
September 2013 utang Rp. 2.273,76 triliun
Rasio utang thd GDB era Soeharto (Liputan6.com)
• 2002: Rp 1.223,7 T atau US$ 136,9 miliar, rasio utang 67,2 %
2003: Rp 1.230,6 T atau US$ 145,4 miliar, rasio utang 61,1 %
2004: Rp 1.298 T atau US$ 139,7 miliar, rasio utang 56,5 %
Rasio utang thd GDB era SBY (Liputan6.com)
• 2005: Rp 1.311,7 T atau US$ 133,4 miliar, rasio utang 47,3 %
2006: Rp 1.302,2 T atau US$ 144,4 miliar, rasio utang 39 %
2007: Rp 1.389,4 T atau Rp 147,5 miliar, rasio utang 35,2 %
2008: Rp 1.636,7 T atau Rp 149,5 miliar, rasio utang 33 %
2009: Rp 1.590,7 T atau US$ 169,2 miliar, rasio utang 28,3 %
Rasio utang thd GDB era SBY (Liputan6.com)
2010: Rp 1.681,7 T atau US$ 187 miliar, rasio utang 24,5 %
2011: Rp 1.809 T atau US$ 199,5 miliar, rasio utang 23,1 %
2012: Rp 1.977,7 T atau US$ 204,5 miliar, rasio utang 23 %
2013: Rp 2.375,5 T atau US$ 194,9 miliar, rasio utang 24,9 %
2014: Rp 2.608,8 T atau US$ 209,7 miliar, rasio utang 24,7 %
Rasio utang thd GDB era Jokowi (Liputan6.com)
2015: Rp 3.165,2 T atau US$ 229,44 miliar, Rasio utang 27,4 %
2016: Rp 3.466,9 T atau US$ 258,04 miliar. Rasio utang 27,5 %
4. Menurunkan Pendapatan Negara (PDB)
• PDB RI (Mei 2013) USD 4.000
• 2010: Luksemburg USD 80.288, Qatar USD 43.100, Belanda
USD 38.618 (KPK, 2013)
• PDB berkurang krn penurunan penerimaan pajak (krn banyak
perusahaan ilegal, tidak membayar pajak, izin dilanggar) 
pegawai pajak korupsi (Gayus T, PNS 3 A korupsi Rp. 26 M)
5. Menurunkan produktivitas
• TPK  investasi turun  pertumbuhan ekonomi turun 
pendapatan negara turun  produktivitas turun 
pengangguran ++
• Februari 2013, pengangguran terbuka (15 th ke atas) 5,92 %
(7.170.523 jiwa). Belanda (3,3 %), Denmark (3,7 %), Kamboja
(3,5 %), Thailand (2,1 %)
B. Dampak Thd YanKes
• Tingginya biaya kesehatan  tingkat kes. Buruk  angka
kematian ibu melahirkan (AKIM) tinggi
• 2012: AKIM 359 per 100.000 kelahiran hidup.
• 2007: AKIM 228 per 100.000 kelahiran hidup.
 AKIM merupk parameter kualitas kesmas suatu negara
Laksono Trisnantoro (2013)TPK di berbagai level berdampak:
1. Org. RS jadi sebuah lembaga yg memp. Sisi bayangan yg
semakin gelap
2. Ilmu manajemen yg diajarkan di PT jadi tdk relevan
3. Direktur yg diangkat krn kolusi jadi sulit menghargai Ilmu
manajemen
4. Proses manajemen & klinis cenderung tdk sesuai dg ilmu
C. Dampak Sosial & Kemiskinan Masy.
1. Meningkatnya kemiskinan
– Pertumbuhan ekonomi tinggi  pengurangan kemiskinan
juga tinggi (Ravallion & Chen, 1997)
– Ketimpangan pendapatan  menghambat laju
pertumbuhan ekonomi (Alesina & Rodrik, 1994 : Persson
& Tabellini, 1994)
– Miskin  makanan (-)  gizi buruk  kematian bayi –
balita – ibu (+)  Human Development Indeks rendah
2. Tingginya angka kriminalitas
– TPK tinggi  angka kejahatan (+)
– 2012: setiap 91 detik muncul kejahatan
– KPK: Kemiskinan (+)  kriminalitas (+)
3. Demoralisasi
– Korupsi (+)  kredibilitas pemerintah (-)  trust
masyarakat (-)
– Kemerosotan moral pejabat, politisi, artis, publik figur 
generasi muda terpapar & terpengaruhi
D. Dampak Birokrasi Pemerintah
– Korupsi  peran negara dlm pengaturan alokasi (-)
– Korupsi  peran negara dlm pemerataan akses & aset (-)
– Korupsi  peran pemerintah dlm menjaga stabilitas
ekonomi & politik (-)
– Survei Political and Economic Risk Consultancy (PERC) :
INA rangking 2 sbg negara dg performa birokrasi yg paling
buruk di Asia (Republika, 3 juni 2010)
E. Dampak thd Politik & Demokrasi
– RAPBN  hrs diajukan oleh eksekutif ke legislatif
(DPR/DPRD)
– Konflik kepentingan  Potensi korupsi melalui kebijakan
& gratifikasi
F. Dampak thd Penegakan Hukum
– Penegakan hukum yg lemah  yudikatif, eksekutif,
legislatif terlibat dlm KKN
G. Dampak thd Hankam
– Korupsi  rasa frustasi, iri, dengki, gampang menghujat,
tdk menerima keadaan, rapuh  masy. Kehilangan arah
& identitas diri  sikap bela negara menipis
H. Dampak thd Pelestarian Lingkungan
– Alih fungsi hutan jadi perum elit (krn suap)  ekosistem
rusak
– Ijin pendirian industri tanpa AMDAL  perusakan alam
 efek rumah kaca  global warming

Anda mungkin juga menyukai