PP 69/2001 UU 17/2008
tentang Tentang
Kepelabuhanan Pelayaran
PP 61/2009
Tentang
Kepelabuhanan
Permenhub No. PM 51
Tahun 2011 tentang
Tersus danTUKS
TERMINAL KHUSUS
• TERMINAL KHUSUS (TERSUS) ADALAH PELABUHAN/TERMINAL YANG
TERLETAK DI LUAR DAERAH LINGKUNGAN KERJA DAN DAERAH
LINGKUNGAN KEPENTINGAN PELABUHAN YANG MERUPAKAN BAGIAN
DARI PELABUHAN TERDEKAT UNTUK MELAYANI KEPENTINGAN SENDIRI
PENGERTIAN
SESUAI DENGAN USAHA POKOKNYA
• Pertambangan • Perikanan
• Energi • Industri
• Kehutanan • Pariwisata
USAHA POKOK • Pertanian • Dok dan galangan kapal
TERMINAL KHUSUS PENGELOLA:
- Pemerintah
- Terletak di luar DLKr & DLKp
- Pemprov
- Sesuai usaha pokoknya
- Pemkab/kot
- Bagian dari pelabuhan terdekat
- Badan usaha
IJIN :
- Penetapan Lokasi
MENTERI - Pembangunan
- Operasional
Surat Izin Usaha Pokok dari Instansi terkait
Berdasarkan
Fasilitas tersus
Kerjasama
menjamin
antara
Keadaan KesPel& Bersifat
Atas Izin Menteri Penyelenggara
Darurat Pelaksanaan Sementara
Pelabuhan dg
Jasa
Pengelola
Kepelabuhanan
Tersus
PENGGUNAAN SEMENTARA TERMINAL KHUSUS
UNTUK MELAYANI KEPENTINGAN UMUM
PERSYARATAN PENGOPERASIAN
Permohonan diajukan oleh Dilakukan oleh pengelola
Gubernur/Kepala Kantor tersus bekerjasama
UPP dengan penyelenggara
Alasan penggunaan tersus pelabuhan umum terdekat
untuk kepentingan umum Pungutan tarif jasa
Rekomendasi dari Kepala kepelabuhanan untuk
Kantor UPP umum dilakukan oleh UPP
yang bersangkutan
Protap pengoperasian bekerjasama dengan
tersus untuk sementara pengelola tersus
melayani kepentingan
umum
Perjanjian kerjasama
antara Kepala Kantor UPP
dan pengelola tersus
OPERASI TERSUS 24 JAM
Persyaratan
dijadikan pelabuhan.
a. untuk menunjang kelancaran perdagangan luar negeri
b. terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri ditetapkan oleh
Menteri
c. Alasan penetapan tersus terbuka bagi luar negeri
Pertumbuhan dan pengembangan ekonomi nasional
Kepentingan perdagangan internasional
Kepentingan pengembangan kemampuan angkutan laut nasional
Posisi geografis terletak pada lintasan pelayaran internasional
TKN yang diwujudkan dalam RIPN
Fasilitas tersus
Keamanan dan kedaulatan negara
Kepentingan nasional lainnya
TERMINAL UNTUK
KEPENTINGAN SENDIRI
• TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI (TUKS) ADALAH
TERMINAL YANG TERLETAK DI DALAM DLKr dan DLKp PELABUHAN
YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI PELABUHAN UNTUK MELAYANI
PENGERTIAN KEPENTINGAN SENDIRI SESUAI DENGAN USAHA POKOKNYA.
• Pertambangan • Perikanan
• Perindustrian • Pariwisata
• Kehutanan • Kegiatan lainya yang dalam pelaksanaan
USAHA kegiatan pokoknya memerlukan fasilitas
POKOK • Pertanian
dermaga
Menteri:
SYAHBANDAR TUKS di dalam DLKr
& DLKp Pelabuhan
Utama & Pelabuhan
Pengumpul
Gubernur:
TUKS di dalam DLKr
izin & DLKp Pelabuhan
TUKS pengelolaan Pengumpan Regional
Bupati/Walikota:
TUKS di dalam DLKr
& DLKp Pelabuhan
Pengumpan Lokal
OTORITAS
PELABUHAN
Persyaratan izin Pengelolaan
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS)
1. Surat permohonan ;
2. Akte pendirian perusahaan;
3. Nomor pokok wajib pajak (NPWP);
4. Surat Izin Usaha Pokok (SIUP);
5. Bukti penguasaan/pemilik tanah;
6. Ringkasan rencana kegiatan/proposal;
7. Bukti ikatan kerjasama dengan pelabuhan
umum terdekat;
8. Rekomendasi dari Kakanpel setempat untuk
Pelabuhan umum yang diselenggarakan
Pemerintah atau Adpel setempat untuk
Pelabuhan umum yang diselenggarakan Badan
Usaha Pelabuhan;
9. Gambar letak lokasi skala 1 : 5000 dengan
koordinat geografis sesuai dengan peta laut;
10. Gambar tata letak dermaga skala 1 : 1000;
11. Gambar dan perhitungan konstruksi bangunan
pokok/dermaga (denah, tampak, potongan);
12. Berita acara hasil penilikan lokasi oleh Tim
Teknis Terpadu;
13. Studi lingkungan yang telah disahkan oleh
pejabat yang berwenang.
ANGKUTAN LAUT KHUSUS
Kegiatan AL Khusus dilakukan oleh badan usaha untuk
menunjang usaha pokoknya untuk kepentingan sendiri
dgn menggunakan kpl Indonesia yg memenuhi
persyaratan kelaiklautan kpl & diawaki oleh awak kapal Bahan baku
berkewarganegaraan Indonesia
Peralatan produksi
PASAL dan/atau
Angkutan laut khusus meliputi kegiatan mengangkut :
46
Hasil produksi untuk
Bahan baku meliputi bahan untuk menghasilkan suatu kepentingan sendiri
produksi sesuai dgn jenis usaha pokoknya
Industri
Peralatan produksi merupakan perangkat peralatan yg
digunakan secara langsung dlm proses produksi sesuai Kehutanan
dgn jenis usaha pokoknya
UMUM Pariwisata
Hasil produksi untuk kepentingan sendiri yaitu barang yg
merupakan hasil langsung dari proses produksi sesuai Pertambangan
dgn jenis usaha pokoknya yg masih digunakan untuk
Pertanian
kepentingan sendiri
Perikanan
Bahan baku, peralatan produksi & hasil produksi untuk
kepentingan sendiri harus dibuktikan dgn dokumen Salvage dan Pekerjaan
muatan Bwh Air
Pengerukan
Pelaksana kegiatan AL Khusus yg mengoperasikan kapal pada trayek tdk Salinan SIUPAL / SIOPSUS
tetap & tdk teratur wajib menyampaikan laporan rencana pengoperasian
kapal pada trayek tdk tetap & tdk teratur AL Khusus kepada Dirjen setiap Salinan spesifikasi teknis
3 bulan sekali dgn menggunakan format contoh 35 pada lampiran dan kapal yg dikeluarkan oleh
dengan melampirkan : Dirjen
Laporan rencana pengoperasian kapal pada trayek tdk tetap dan tdk
Salinan jawaban
teratur ditandatangani direksi dan disampaikan paling lama 14 hari kerja
persetujuan
sebelum kapal dioperasikan
pengoperasian kapal dan
laporan realisasi
PASAL Dirjen memberikan persetujuan atas laporan rencana pengoperasian
pengoperasian kapal
48 kapal AL Khusus kepada pelaksana kegiatan AL Khusus dgn menggunakan
(voyage report) pada
format contoh 36 pada lampiran
periode 3 bulan
Pelaksana kegiatan AL Khusus dpt mengajukan penambahan pelabuhan sebelumnya bagi kapal yg
singgah dgn menggunakan format contoh 37 pd lampiran telah beroperasi
Dirjen memberikan persetujuan atas penambahan pelabuhan singgah Salinan leasing, sewa
rencana pengoperasian kpl pd trayek tdk tetap &tdk teratur kpd (charter) penunjukan
perusahaan AL Khusus dgn menggunakan format cth 38 pd lampiran pengoperasian kapal bagi
kapal yg bukan milik
Pelaksana kegiatan AL Khusus dpt mengajukan penambahan urgensi perusahaan AL nasional
muatan kpd Dirjen paling lama 14 hari kalender sebelum pelaksanaan yg mengoperasikan kapal
kegiatan dgn menggunakan format contoh 39 pada lampiran tsb
Dirjen memberikan persetujuan atas permohonan penambahan urgensi
muatan pd trayek tdk tetap & tdk teratur …………………..
TATA CARA PELAPORAN PENGOPERASIAN KAPAL ANGKUTAN LAUT KHUSUS
Izin penggunaan kapal angkutan laut khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bersifat sementara sampai dengan:
tersedianya kapal; dan
adanya perusahaan angkutan laut nasional yang mampu melayani sebagian
atau seluruh permintaan jasa angkutan laut yang ada.
(1) Pelaksana kegiatan angkutan laut khusus yang akan mengangkut muatan atau
barang milik pihak lain dan/atau mengangkut muatan atau barang umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1), wajib menyampaikan
permohonan izin mengangkut muatan atau barang milik pihak lain pada
trayek tidak tetap dan tidak teratur angkutan laut khusus, paling lama 7
(tujuh) hari kalender sebelum kapal dioperasikan untuk mengangkut muatan
atau barang milik pihak lain dan/atau mengangkut muatan atau barang umum
kepada Direktur Jenderal dengan menggunakan format Contoh 41 pada
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
PASAL
51
Perhubungan ini.
(2) Pelaksana kegiatan angkutan laut khusus hanya dapat menjadi agen umum
bagi kapal yang melakukan kegiatan yang sejenis dengan usaha pokoknya.
(6) Dalam hal pelaksana kegiatan angkutan laut asing tidak melaksanakan
PASAL kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kapal yang diageni
52
dikenai sanksi tidak diberikan pelayanan di pelabuhan atau terminal khusus.
(7) Perusahaan angkutan laut nasional atau pelaksana kegiatan angkutan laut
khusus yang ditunjuk sebagai agen umum yang tidak melaksanakan
kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai sanksi kapal yang
diageni tidak diberikan pelayanan di pelabuhan atau terminal khusus.