Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

ASFIKSIA TENGGELAM
Pembimbing :
dr. Suryo Wijoyo, S.KF., MH

disusun oleh :
NUR AINI (1102014198)

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERISTAS YARSI
RSUD KABUPATEN BEKASI
PERIODE 29 JULI - 31 AGUSTUS 2019
PENDAHULUAN
Kematian tenggelam merupakan salah satu bentuk kematian asfiksia dimana
perbedaannya dengan kematian asfiksia lainnya adalah pada kematian tenggelam
ini terdapat perubahan elektrolit dalam darah.
Terdapat dua jenis kematian tenggelam yaitu kematian tenggelam dalam air
laut dan air tawar. Kedua jenis kematian tenggelam ini memiliki mekanisme cara
kematian yang khas, hal ini dapat dijadikan sebagai petunjuk apakah korban
merupakan korban tenggelam dalam air laut atau dalam air tawar melalui proses
otopsi.
DEFINISI

Tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat


asfiksia yang disebabkan oleh masuknya cairan ke dalam
saluran pernapasan.

Kematian tenggelam adalah terganggunya proses respirasi yang


diakibatkan adanya obstruksi pada mulut dan hidung oleh
media cair (biasanya air) (Piette, 2005).
1
EPIDEMIOLOGI

Menurut survei WHO terjadi peningkatan 39 – 50% angka kematian akibat tenggelam di
negara – negara maju seperti Amerika serikat, Australia dan Finlandia, dan peningkatan lima
kali lipat lebih besar di negara-negara miskin dan berkembang. Berdasarkan studi
epidemiologi, tenggelam hampir selalu menempati sepuluh besar penyebab kematian di seluruh
penjuru dunia pada usia 1 – 24 tahun. (WHO, 2014).
KLASIFIKASI Immersion
TENGGELAM drowning
Wet drowning adalah suatu keadaan dimana
adalah kematian korban tiba-tiba meninggal
tenggelam akibat setelah tenggelam dalam air
terlalu banyaknya dingin akibat refleks vagal.
air yang terinhalasi.

Secondary
Dry drowning drowning
adalah suatu keadaan dimana terjadi
adalah suatu kematian
gejala beberapa hari setelah korban
tenggelam dimana air
tenggelam (dan diangkat dari dalam air)
yang terinhalasi sedikit.
dan korban meninggal akibat
PROSES TENGGELAM

Ketika seseorang tenggelam di bawah permukaan air, reaksi awal mereka muncul untuk menahan
nafas mereka. Hal ini terus berlanjut sampai tercapainya titik akhir, begitu sampai pada titik akhir,
individu tersebut tidak dapat menahan nafasnya lagi sehingga harus mengambil napas.

Titik akhir merupakan kombinasi tingginya tingkat karbon dioksida dan konsentrasi oksigen yang
rendah. Menurut Pearn, titik akhir terjadi pada tingkat PC02 bawah 55 mmHg dikaitkan hipoksia, dan
pada tingkat PA02 di bawah 100 mmHg dan atau saat PC02 yang tinggi. Sehingga mengakibatkan
hipoksia serebral dan terjadi kematian
Gambar 1. O2/CO2 alveolar-capillary Gambar 2. Gangguan O2/ dan proses difusi.
interface.
Kematian yang terjadi pada peristiwa tenggelam
disebabkan oleh :
 Refleks vagal
 Spasme laring
 Pengaruh air yang masuk ke paru-paru yang
menyebabkan kerusakan pada surfaktan

Cara kematian
• Kecelakaan
• Bunuh diri
• Pembunuhan
MEKANISME Mekanisme refleks vagal
TENGGELAM
AIR MASUK

Timbul gangguan asfiksia

Spasme laring

Henti jantung
Terjadi hipoksia

Stress emosional
Disritmia dan vebrilas ventrikel

Rangsangan nervus vagus Terjadi refleks vagal dijantung


Mekanisme tenggelam air tawar
Mekanisme tenggelam air asin
Perbedaan tenggelam di air asin dan air tawar
Tenggelam dalam Air Tawar Tenggelam dalam Air Asin
Paru-paru kecil dan ringan Paru-paru besar dan berat
Paru-paru relatif kering Paru-paru relatif basah
Bentuk paru-paru biasa Bentuk paru-paru besar
Paru-paru tampak merah pucat Paru-paru ungu biru
Teraba krepitasi ada Teraba krepitasi tidak ada
Pada pemeriksaan laboratorium darah: Pada pemeriksaan laboratorium darah:
- Berat jenis 1,055 - Berat jenis 1,059-1,60
- Hipotonik - Hipertonik
- Hemodilusi - Hemokonsentrasi
- Hipervolemik - Hipovolemik
- Hiperkalemia - Hipokalemia
- Hiponatremia - Hipernatremia
- Hipoklorida - Hiperklorida
Pemeriksaan luar Jenazah

 Penurunan suhu
(Algor mortis)
 Leban mayat
(Livor Mortis)
 Pembusukan

 Cutis Anserina  Schaumfilzfroth


 Washerwoman
(fenomena goosefles- hand appearance
kulit angsa)  Cadaveric spasme

 Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan


tungkai
Hal-hal berikut dapat dipakai untuk menentukan berapa lama tubuh sudah terendam :
 Jika tidak ada kerutan pada jari, telapak tangan maka baru beberapa jam.
 Jika tampak pengerutan jari, telapak tangan dan kaki, antara setengah hari sampai tiga hari.
 Tanda pembusukan awal, sering pada kepala, leher, abdomen dan kaki 4 – 10 hari.
 Pembengkakan wajah dan abdomen, dengan vena yang terlihat jelas dan terkelupasnya epidermis pada
tangan, kaki dan kulit kepala : 2 – 4 minggu.
 Terkelupasnya kulit secara menyeluruh, otot dengan tulang – tulang yang terlihat, tampak sebagian
telah saponifikasi : 1 – 2 bulan
Pemeriksaan Dalam Jenazah

 Paru-paru tampak membesar


 Saluran napas (trakea dan bronkus) ditemukan adanya
 Edema dan kongesti paru-paru
buih/busa halus dan benda asing (pasir, tumbuh –
 Pleura dapat berwarna kemerahan dan
tumbuhan air). pada daerah subpleural mungkin
 Buih tersebut berupa campuran antara eksudat protein terdapat bercak-bercak paltauf, yang
dan surfaktan yang bercampur dengan cairan tempat berwarna biru kemerahan
tenggelam. Biasa berwarna putih, sampai merah muda
dan kemerahan karena bercampur dengan darah.
1
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Pemeriksaan diatom
• Untuk mencari diatom, paru-paru harus didekstrusi dengan asam sulfat dan asam nitrat kemudian di
sentrifuse. Endapannya di lihat dibawah mikroskop.
• Dari analisa diatom, harusnya positif tenggelam bila ditemukan diatom minimal diatas 20 diatom / 100 ul
lapangan pandang kecil (terdiri atas 10 cm dari sample paru-paru) dan 50 diatom dari beberapa organ.
Pemeriksaan diatom
Sample air dari putative drowning memiliki beberapa ragam spesies
diatom yang berhubungan dengan tubuh korban yang tenggelam.

Ø Tenggelam di air laut ditemukan Fragilaria, Synedra, Coscinodiscus, Actinoptychus


undulates, Thalassiothrix sp., Diploneis splendida, Navicula dan lainnya pada paru-paru
tubuh. Campylodiscus noricus, C. echenels pada dasar laut, Actinocyclus ehrenbergii and
Achnanthes taeniata pada air laut yang dalam.

Asterionella sp. Cymatopleura sp. Coscinodiscus sp.


Melosira sp. (Auxospores)

Triceratium sp.

Bellerochea sp. Amphiprova sp


 Tenggelam pada air tawar seperti kolam, danau, sungai dan kanal ditemukan Navicula pupula, N.
cryptocephara, N. graciloides, N. meniscus, N. bacillum, N. radiosa, N. simplex, N. pusilla,
Pinnularia mesolepta, P. gibba, P. braunii, Nitzscia mesplepta, Mastoglia smithioi, Cymbella
cistula, Camera lucida, Cymbella cymbiformis Cocconeis diminuta dan banyak spesies diatome
lainya ditemukan pada air tawar.

 Pinnularia borealis ditemukan pada air tawar yang dingin, Pinnularia capsoleta ditemukan pada
air tawar yang dangkal. Selama proses monitor air sungai yang berterusan didapatkan adanya
diatom pada air dan tisu sel yang mana diatom yang paling sering ditemukan adalah Navicula,
Diatoma, Nitzschia, Stephanodicus, Fragilaria, Gomphonema, Gyrosigma, Melosira, Achnanthes,
Amphora, Cocconeis, Cyclotella, dan Cymbella.
Organ tubuh Spesies yang sering ditemukan
Paru-paru
Achnanthes minutissima, Cyclotella cyclopuncta, Fragilaria
brevistriata, Navicula dll

Sumsum tulang Stephanodicus parvus, Navicula, Diatoma and fragments of


Synedra ulna

Hati
Achnanthes minutissima, Cocconeis placentula, Fragilaria ulna
var. acus, Navicula lanceolata dll

Ginjal Achnanthes biasolettiana, N. seminulum dll


Lambung Achnanthes minutissima, Cyclotella cyclopuncta, Gomphonema
minutum dll
Usus
Asterionella Formosa, Cyclotella comensis, Gomphonema pumilum
and Nitzscia pura dll
PEMERIKSAAN PENUNJANG

2. Gettler Chloride
Ø Darah dianalisa dari sisi kanan dan kiri jantung dengan kiraan perbedaan 25mg/100ml
01
antara jantung kiri dan kanan dikira signifikan.
Ø Jika level chloride kurang pada sisi
04 kanan daripada sisi kiri, korban disangka telah

tenggelam dalam air garam.


Ø Jika lebih tinggi pada sisi kanan jantung daripada sisi kiri, maka diperkirakan korban
03
tenggelam dalam air tawar.
Ø Tes ini baru dianggap reliabel jika dilakukan dalam 24 jam setelah kematian.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

3. Tes durlacher

Tes durlacher digunakan untuk menentukan perbedaan dari berat jenis


plasma jantung kiri lebih tinggi dibandingkan dengan jantung kanan, maka
dapat diasumsikan bahwa korban meninggal akibat tenggelam.
KESIMPULAN

Kematian karena tenggelam merupakan kelompok kematian asfiksia akibat suatu


media cair. Media ini dapat berupa air asin dan air tawar. Untuk membedakan apakah
seseorang meninggal akibat tenggelam, serta jenis tenggelamnya dapat dilakukan
pemeriksaan otopsi. Pada hasil pemeriksaan dalam terdapat perbedaan kondisi paru yang
dapat menjadi suatu pembeda antara kedua jenis tenggelam tersebut serta ada beberapa
pemeriksaan kimiawi yang dapat dilakukan sebagai bukti-bukti otopsi.
DAFTAR PUSTAKA

1.Szpilman D, Bierens J.J.M, Handley A.J, Orlowski J.P. Current Concepts Drowning. N Engl J Med 2012;366:2102-10.
2.Global Report on Drowning : Preventing A Leading Killer. World Health Organization 2014.
3.World Health Organization. Chapter 2 : Drowning and Injury Prevention. Guidelines for Safe Recreational Water
Enviroments. 2014.
4.Di Maio D, Di Maio V. Section 15 : Death by Drowning In: Forensic Pathology. New York: CRC Press; 2001. Page
395-403
5.Prawedana H.K, Suarjaya P.P. bantuan hidup dasar dewasa pada near drowning di tempat kejadian. Bagian/SMF Ilmu
Anesthesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah,
Denpasar.
6.Shattock M.J, Tipton M.J. ‘Autonomic Conflict’ : a different way to die during cold water immersion ?. J Physiol
590.14 (2012) pp 3219–3230.
7.Dolinak D, Matshes E.W, Lew E.O. Section 9 : Drowning. Forensic Pathology Principles and Practice. California :
ELSEVIER. 2005. Page 227-37.
8. James J.P, Jones R, Karch S.B, Manlove J. Section 16 : Immersion and drowning in Simpson’s Forensic Medicine
13th ed. London : Hodder & Stoughton Ltd. 2013. Page 163 - 68
9. Adelman H.C, Kobilinsky L. Section 7 : Asphyxia/Anoxic Deaths in Forensic Medicine : Inside Forensic Science.
New York : Infobase Publishing. 2007. Page 50 – 59.
10. Bardale R. Section 15 : Violent Asphyxia Drowning in Principle of Forensic Medicine & Toxicology. New Delhi :
Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd. 2011. Page 304 – 313.
11.Dr. Mukesh Kumar Thakar, Deepali Luthra,Rajvinder Singh. A Fluorocent Survey of Diatome Distribution
Patterns In Some Small Water Bodies (Lakes And Saravars), J Punjab Acad Forensic Med Toxicol 2011;11(2):
81-86
12. Idries, Abdul Mun’im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi: Tenggelam, Binarupa Aksara. Hal.
177-190.
13. Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
1997.
14. Sauko P, Bernard K. 2004. Knight’s Forensic Pathology, 3nd Ed. London: Oxford University Press, 393-398.
15. Shepherd R. 2003. Simpson’s Forensik Medicine, 12nd Ed. Oxford University Press, 104-106.
16. Abraham S, Arif Rahman S, Bambang PN, Gatot S, Intarniati, Pranarka, et al. 2009. Tanya Jawab Ilmu Kedokteran
Forensik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 16-24.
17. Wilianto W. Pemeriksaan Diatom pada Korban Diduga Tenggelam (Review). Jurnal Kedokteran Forensik
Indonesia 2012; 14(3): 39-46
18. Erica J. Armstrong, Kevin L. Erskine. 2018. Investigation of Drowning Death: A Practical Review, Academic
Forensic Pathology, 1925-3621.
19.Singh R, Kumar M, ell. 2015. “Drowning Associated Diatoms”. Departement of Forensic Science Punjabi
University.
20. Onyekwelu E. Drowning and Near Drowning. Internet Journal of Health. 2008; 8(2).
21. Apuranto, Hariadi & Hoediyanto, 2007, Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Surabaya; Universitas
Airlangga
22.Idries, Abdul Mun’in, 2002, Pedoman Ilmu Kedokeran Forensik, Edisi pertama, Jakarta; Binarupa Aksara
23.DiMaio, Vincent J. DiMaio, Dominick, 2001, Forensic Pathology, Second Edition, United States of America;
CRC Press LLC.

24.Piette, Michel H.A. & De Letter, Els A. 2005, Drowning: Still a Difficult Autopsy Diagnosis, Available from
http://netk.net.au/Forensic/Drowning.pdf, Diakses tanggal 17 Agustus 2019.

25.Yuniaryaningsih, Ida Ayu, 2010, Pemeriksaan Mikroskopik Getah Paru pada Jenasah yang Diduga Tenggelam di
Rsup Sanglah Tahun 2010, Available from http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/4274/3259, Diakses
tanggal 17 Agustus 2019.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai