ASFIKSIA TENGGELAM
Pembimbing :
dr. Suryo Wijoyo, S.KF., MH
disusun oleh :
NUR AINI (1102014198)
Menurut survei WHO terjadi peningkatan 39 – 50% angka kematian akibat tenggelam di
negara – negara maju seperti Amerika serikat, Australia dan Finlandia, dan peningkatan lima
kali lipat lebih besar di negara-negara miskin dan berkembang. Berdasarkan studi
epidemiologi, tenggelam hampir selalu menempati sepuluh besar penyebab kematian di seluruh
penjuru dunia pada usia 1 – 24 tahun. (WHO, 2014).
KLASIFIKASI Immersion
TENGGELAM drowning
Wet drowning adalah suatu keadaan dimana
adalah kematian korban tiba-tiba meninggal
tenggelam akibat setelah tenggelam dalam air
terlalu banyaknya dingin akibat refleks vagal.
air yang terinhalasi.
Secondary
Dry drowning drowning
adalah suatu keadaan dimana terjadi
adalah suatu kematian
gejala beberapa hari setelah korban
tenggelam dimana air
tenggelam (dan diangkat dari dalam air)
yang terinhalasi sedikit.
dan korban meninggal akibat
PROSES TENGGELAM
Ketika seseorang tenggelam di bawah permukaan air, reaksi awal mereka muncul untuk menahan
nafas mereka. Hal ini terus berlanjut sampai tercapainya titik akhir, begitu sampai pada titik akhir,
individu tersebut tidak dapat menahan nafasnya lagi sehingga harus mengambil napas.
Titik akhir merupakan kombinasi tingginya tingkat karbon dioksida dan konsentrasi oksigen yang
rendah. Menurut Pearn, titik akhir terjadi pada tingkat PC02 bawah 55 mmHg dikaitkan hipoksia, dan
pada tingkat PA02 di bawah 100 mmHg dan atau saat PC02 yang tinggi. Sehingga mengakibatkan
hipoksia serebral dan terjadi kematian
Gambar 1. O2/CO2 alveolar-capillary Gambar 2. Gangguan O2/ dan proses difusi.
interface.
Kematian yang terjadi pada peristiwa tenggelam
disebabkan oleh :
Refleks vagal
Spasme laring
Pengaruh air yang masuk ke paru-paru yang
menyebabkan kerusakan pada surfaktan
Cara kematian
• Kecelakaan
• Bunuh diri
• Pembunuhan
MEKANISME Mekanisme refleks vagal
TENGGELAM
AIR MASUK
Spasme laring
Henti jantung
Terjadi hipoksia
Stress emosional
Disritmia dan vebrilas ventrikel
Penurunan suhu
(Algor mortis)
Leban mayat
(Livor Mortis)
Pembusukan
Pemeriksaan diatom
• Untuk mencari diatom, paru-paru harus didekstrusi dengan asam sulfat dan asam nitrat kemudian di
sentrifuse. Endapannya di lihat dibawah mikroskop.
• Dari analisa diatom, harusnya positif tenggelam bila ditemukan diatom minimal diatas 20 diatom / 100 ul
lapangan pandang kecil (terdiri atas 10 cm dari sample paru-paru) dan 50 diatom dari beberapa organ.
Pemeriksaan diatom
Sample air dari putative drowning memiliki beberapa ragam spesies
diatom yang berhubungan dengan tubuh korban yang tenggelam.
Triceratium sp.
Pinnularia borealis ditemukan pada air tawar yang dingin, Pinnularia capsoleta ditemukan pada
air tawar yang dangkal. Selama proses monitor air sungai yang berterusan didapatkan adanya
diatom pada air dan tisu sel yang mana diatom yang paling sering ditemukan adalah Navicula,
Diatoma, Nitzschia, Stephanodicus, Fragilaria, Gomphonema, Gyrosigma, Melosira, Achnanthes,
Amphora, Cocconeis, Cyclotella, dan Cymbella.
Organ tubuh Spesies yang sering ditemukan
Paru-paru
Achnanthes minutissima, Cyclotella cyclopuncta, Fragilaria
brevistriata, Navicula dll
Hati
Achnanthes minutissima, Cocconeis placentula, Fragilaria ulna
var. acus, Navicula lanceolata dll
2. Gettler Chloride
Ø Darah dianalisa dari sisi kanan dan kiri jantung dengan kiraan perbedaan 25mg/100ml
01
antara jantung kiri dan kanan dikira signifikan.
Ø Jika level chloride kurang pada sisi
04 kanan daripada sisi kiri, korban disangka telah
3. Tes durlacher
1.Szpilman D, Bierens J.J.M, Handley A.J, Orlowski J.P. Current Concepts Drowning. N Engl J Med 2012;366:2102-10.
2.Global Report on Drowning : Preventing A Leading Killer. World Health Organization 2014.
3.World Health Organization. Chapter 2 : Drowning and Injury Prevention. Guidelines for Safe Recreational Water
Enviroments. 2014.
4.Di Maio D, Di Maio V. Section 15 : Death by Drowning In: Forensic Pathology. New York: CRC Press; 2001. Page
395-403
5.Prawedana H.K, Suarjaya P.P. bantuan hidup dasar dewasa pada near drowning di tempat kejadian. Bagian/SMF Ilmu
Anesthesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah,
Denpasar.
6.Shattock M.J, Tipton M.J. ‘Autonomic Conflict’ : a different way to die during cold water immersion ?. J Physiol
590.14 (2012) pp 3219–3230.
7.Dolinak D, Matshes E.W, Lew E.O. Section 9 : Drowning. Forensic Pathology Principles and Practice. California :
ELSEVIER. 2005. Page 227-37.
8. James J.P, Jones R, Karch S.B, Manlove J. Section 16 : Immersion and drowning in Simpson’s Forensic Medicine
13th ed. London : Hodder & Stoughton Ltd. 2013. Page 163 - 68
9. Adelman H.C, Kobilinsky L. Section 7 : Asphyxia/Anoxic Deaths in Forensic Medicine : Inside Forensic Science.
New York : Infobase Publishing. 2007. Page 50 – 59.
10. Bardale R. Section 15 : Violent Asphyxia Drowning in Principle of Forensic Medicine & Toxicology. New Delhi :
Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd. 2011. Page 304 – 313.
11.Dr. Mukesh Kumar Thakar, Deepali Luthra,Rajvinder Singh. A Fluorocent Survey of Diatome Distribution
Patterns In Some Small Water Bodies (Lakes And Saravars), J Punjab Acad Forensic Med Toxicol 2011;11(2):
81-86
12. Idries, Abdul Mun’im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi: Tenggelam, Binarupa Aksara. Hal.
177-190.
13. Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
1997.
14. Sauko P, Bernard K. 2004. Knight’s Forensic Pathology, 3nd Ed. London: Oxford University Press, 393-398.
15. Shepherd R. 2003. Simpson’s Forensik Medicine, 12nd Ed. Oxford University Press, 104-106.
16. Abraham S, Arif Rahman S, Bambang PN, Gatot S, Intarniati, Pranarka, et al. 2009. Tanya Jawab Ilmu Kedokteran
Forensik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 16-24.
17. Wilianto W. Pemeriksaan Diatom pada Korban Diduga Tenggelam (Review). Jurnal Kedokteran Forensik
Indonesia 2012; 14(3): 39-46
18. Erica J. Armstrong, Kevin L. Erskine. 2018. Investigation of Drowning Death: A Practical Review, Academic
Forensic Pathology, 1925-3621.
19.Singh R, Kumar M, ell. 2015. “Drowning Associated Diatoms”. Departement of Forensic Science Punjabi
University.
20. Onyekwelu E. Drowning and Near Drowning. Internet Journal of Health. 2008; 8(2).
21. Apuranto, Hariadi & Hoediyanto, 2007, Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Surabaya; Universitas
Airlangga
22.Idries, Abdul Mun’in, 2002, Pedoman Ilmu Kedokeran Forensik, Edisi pertama, Jakarta; Binarupa Aksara
23.DiMaio, Vincent J. DiMaio, Dominick, 2001, Forensic Pathology, Second Edition, United States of America;
CRC Press LLC.
24.Piette, Michel H.A. & De Letter, Els A. 2005, Drowning: Still a Difficult Autopsy Diagnosis, Available from
http://netk.net.au/Forensic/Drowning.pdf, Diakses tanggal 17 Agustus 2019.
25.Yuniaryaningsih, Ida Ayu, 2010, Pemeriksaan Mikroskopik Getah Paru pada Jenasah yang Diduga Tenggelam di
Rsup Sanglah Tahun 2010, Available from http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/4274/3259, Diakses
tanggal 17 Agustus 2019.
THANK YOU