Anda di halaman 1dari 138

Pemicu 4 Reproduksi

Rilianda L Simbolon
405140172
LI 1 Penyulit Persalinan
• Persalinan pre term (3A)
• Ruptur Uteri (2)
• Ketuban Pecah Dini (3A)
• Distosia (3B)
• Partus lama (3B)
• Prolaps tali pusat (3B)
• Ruptur sevix (3B)
• Ruptur Perineum tingkat 1-2 (4A)
• Ruptur Perineum tingkat 3-4 (3B)
• Retensi plasenta (3B)
• Inversion uteri (3B)
• Perdarahan post partum (3B)
• Endometritis (3B)
• Subinvlusio uterus (3B)
• Bayi post matur (3A)
Ruptur Perineum
Partus Lama
• Partus lama adalah suatu keadaan dari suatu
persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi
ibu maupun janin
Kriteria Diagnosis
• Tanda- tanda kelelahan dan dehidrasi:
– Dehidrasi: nadi cepat dan lemah
– Meteorismus
– Febris
– His hilang atau melemah
• Tanda- tanda infeksi intra uterin
– Keluar air ketuban berwarna keruh kehijauan dan
berbau
– kadang bercampur mekonium
– Suhu rektal > 37,6° C
Kriteria Diagnosis
Tanda- tanda rahim robek (ruptur uteri)
– Perdarahan melalui ostium uteri eksternum
– His hilang
– Bagian anak mudah diraba dari luar
– Periksa dalam: bagian terendah janin mudah didorong ke
atas
– Robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina.
Tanda- tanda gawat janin
– Air ketuban bercampur mekonium
– Denyut jantung janin takikardi/ bradikardi/ ireguler
– Gerak anak berkurang/ hiperaktif (gerakan yang
convulsive)
Kriteria Diagnosis
Keadaan umum Ibu:
– Dehidrasi
– Panas
– Meteorismus
– Syok
– Anemia
– Oliguria
Palpasi
– His lemah atau hilang
– Gerak janin tidak ada
– Janin mudah diraba
Kriteria Diagnosis
Auskultasi
– Denyut jantung janin:
• Takikardi/ bradikardi
• Ireguler
• Negatif (bila anak sudah mati)
Pemeriksaan dalam
– Keluar air ketuban yang keruh dan berbau bercampur
mekonium.
– Bagian terendah anak sukar digerakkan bila rahim
belum robek, tetapi mudah didorong bila rahim sudah
robek, disertai keluarnya darah.
– Suhu rektal > 37,6° C
Persalinan lama
• Fase ekspulsi (kala II) memanjang:
– tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah
janin pada persalinan kala II. Dengan batasan
waktu:
• Maksimal 2 jam untuk nulipara dan 1 jam untuk
multipara, ATAU
• Maksimal 3 jam untuk nulipara dan 2 jam untuk
multipara bila pasien menggunakan analgesia
epidural

Buku saku pelayanan kesehatan


Buku saku
pelayanan
Tatalaksana Persalinan lama
• Tatalaksana Umum
Segera rujuk ibu ke rumah sakit yg memiliki pelayanan
seksio sesarea

• Tatalaksana Khusus
Tentukan penyebab persalinan lama.
– Power: His tidak adekuat (his dengan frekuensi <3x/10
menit dan durasi setiap kontraksinya <40 detik)
– Passenger: malpresentasi, malposisi, janin besar (lihat bab
4.18)
– Passage: panggul sempit, kelainan serviks atau vagina,
tumor jalan lahir
– Gabungan dari faktor-faktor di atas
Buku saku pelayanan kesehatan
Tatalaksana Persalinan lama
• Sesuaikan tatalaksana dengan penyebab dan situasi. Prinsip umum:
– Lakukan augmentasi persalinan dengan oksitosin dan/atau amniotomi bila
terdapat gangguan Power. Pastikan tidak ada gangguan passenger atau
passage.
– Lakukan tindakan operatif (forsep, vakum, atau seksio sesarea) untuk
gangguan Passenger dan/atau Passage, serta untuk gangguan Power yang
tidak dapat diatasi oleh augmentasi persalinan
– Jika ditemukan obstruksi atau CPD, tatalaksananya adalah seksio sesarea.
• Berikan antibiotika (kombinasi ampisilin 2 g IV tiap 6 jam dan gentamisin 5
mg/kgBB tiap 24 jam) jika ditemukan:
– Tanda-tanda infeksi (demam, cairan pervaginam berbau), ATAU
– Ketuban pecah lebih dari 18 jam, ATAU
– Usia kehamilan <37 minggu
• Pantau tanda-tanda gawat janin.
• Catat hasil analisis dan seluruh tindakan dalam rekam medis lalu jelaskan
pada ibu dan keluarga hasil analisis serta rencana tindakan selanjutnya.

Buku saku pelayanan kesehatan


Inversi Uteri
• Keadaan dimana lapisan dalam uterus
(endometrium) turun dan keluar lewat ostium
uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit
sampai komplit
Inversi Uterus
• Faktor yang memungkinkan inversi uterus terjadi:
– Atonia uterus
– Serviks yang masi terbuka lebar
– Adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah
(misalnya karena plasenta akreta, inkreta, dan
perkreta, yang tali pusatnya ditarik keras dari bawah)
– Ada tekanan dari pada fundus uteri dari atas
(manuver Crede)
– Tekanan intraabdominal yang keras dan tiba-tiba
(misalnya batuk keras atau bersin)
Tanda Inversi Uterus
• Syok karena kesakitan
• Perdarahan banyak bergumpal
• Di vulva tampak endometrium terbalik dengan
atau tanpa plasenta yang masih melekat
Tindakan
• Di dalam uterus, plasenta dilepaskan secara manual
dan bila berhasil dikeluarkan dari rahim dan sambil
memberikan uterotonika lewat infus atau im, tangan
tetap dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali
normal dan tangan operator baru dilepaskan
• Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai
keperluan
• Intervensi bedah-> bila karena jepitan serviks yang
keras menyebabkan manuver di atas tidak bisa
dikerjakan, maka dilakukan laparotomi untuk reposisi
dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus
sudah mengalami infeksi dan nekrosis
Prognosis
• Bila baru terjadi-> prognosis cukup baik
• Kejadiannya cukup lama-> maka jepitan
serviks yang mengecil akan membuat uterus
mengalami iskemua, nekrosis, dan infeksi
Retensi plasenta
• Plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah
anak lahir
• Etiologi : adhesi kuat antar plasenta-uterus
• Plasenta akreta  implantasi menembus desidua basalis &
membran nitabuch
• Plasenta inkerta  menembus miometrium
• Plasenta perkreta  menembus perimetrium
• Faktor presidiposisi plasenta akreta
– Plasenta previa, bekas seksio sesarea, pernah kuret
berulang, dan multiparitas
• Sebagian kecil dari plasenta masih tertinggal dalam uterus 
rest placenta  menimbulkan PPP primer atau sekunder
• Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta
belum terlepas, maka tidak akan
menimbulkan perdarahan
• Plasenta yang lepas -> perdarahan yang cukup
banyak (perdarahan kala III) -> diantisipasi
dengan segera melakukan placenta manual,
meskipun kala uri belum lewat setengah jam
• Bila kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah
melakukan placenta manual/menemukan adanya
kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan
pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari
ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim
sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit->
adanya sisa plasenta
• Tatalaksana sisa plasenta-> eksplorasi ke dalam rahim
dengan cara manual/digital atau kuret dan pemberian
uterotonika
• Anemia setelah perdarahan -> transfusi darah sesuai
keperluan
Perdarahan Postpartum
• Perdarahan >500mL setelah bayi lahir
• Efek perdarahan tergantung volume ibu saat hamil, tingkat
hipervolemi dan kadar Hb
• Etiologi  atonia uteri, robekan jalan lahir, retensi plasenta,
sisa plasenta, gangguan koagulasi, inversi uterus
• Perdarahan post partum primer  dalam 24jam pertama
postpartus
• Perdarahan post partum sekunder / late  setelah 24jam
persalinan
Diagnosis PPP
• Gejala PPP baru tampak saat kehilangan darah
sekitar 20%.
• Tampak pucat
• Nadi dan pernapasan ↑, TD ↓
• Syok
• Uterus membesar dan lembek saat palpasi 
atonia uteri
• Uterus bekontraksi dengan baik  perlukaan saat
kelahiran
Gejala & Tanda Yang Selalu Ada Gejala & Tanda Yang Diagnosis
Kadang-kadang Ada Kemungkinan
• Uterus tidak berkontraksi dan • Syok Atonia uteri
lembek
• Perdarahan segera setelah anak
lahir (Perdarahan Pascapersalinan
Primer atau P3)(a)
• Perdarahan segera (P3) (a) • Pucat Robekan jalan lahir
• Darah segar yang mengalir segera • Lemah
setelah bayi lahir (P3) • Menggigil
• Uterus kontraksi baik
• Plasenta lengkap
• Plasenta belum lahir setelah 30 • Tali pusat putus akibat Retensio plasenta
menit traksi berlebihan
• Perdarahan segar (P3) (a) • Inversio uteri akibat
• Uterus kontraksi baik tarikan
• Perdarahan lanjutan
• Plasenta atau sebagian selaput • Syok neurogenik Tertinggalnya
(mengandung pembuluh darah) • Pucat dan limbung sebagian plasenta
tidak lengkap
• Perdarahan segera (P3) (b)
Gejala & Tanda Yang Selalu Ada Gejala & Tanda Yang Diagnosis
Kadang-kadang Ada Kemungkinan
• Sub-involusi uterus • Anemia • Perdarahan
• Nyeri tekan perut bawah • Demam terlambat
• Perdarahan > 24 jam setelah • Endometritis atau
persalinan. Perdarahan sekunder sisa plasenta
atau P2S. Perdarahan bervariasi (terinfeksi / tidak)
(ringan/berat, terus-
menerus/tidak teratur) dan
berbau (jika disertai infeksi)

• Perdarahan segera (P3) (a) • Syok Robekan dinding


(Perdarahan intraabdominal dan/ • Nyeri tekan perut uterus (ruptur uteri)
atau vaginum) • Denyut nadi ibu cepat
• Nyeri perut berat (kurangi dengan
ruptur)

(a) Perdarahan sedikit apabila bekuan darah pada serviks atau posisi telentang menghambat aliran darah keluar
(b) Inversi komplit mungkin tidak menimbulkan perdarahan
Pencegahan PPP
• Sebelum hamil : perbaiki keadaan umum dan
mengatasi setiap penyakit kronis, anemia, dll
• Mengenal faktor predisposisi PPP :
multiparitas, anak besar, hamil kembar,
hidramnion, bekas seksio, ada riwayat PPP
sebelumnya dan kehamilan risiko tinggi
lainnya akan muncul saat persalinan
Pencegahan PPP
• Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan
pencegahan partus lama
• Kehamilan risiko tinggi agar melahirkan dirumah sakit
rujukan
• Kehamilan risiko rendah agar melahirkan di tenaga
kesehatan terlatih dan menghindari persalinan
dukun
• Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama
menghadapi PPP dan mengadakan rujukan
sebagaimana mestinya
Endometriosis
• Endometriosis dan adenomiosis
• Endometriosis eksterna
Endometriosis dan adenomiosis
• Endometriosis uterikeadaan dimana jaringan
endometrium yg masih berfungsi terdapat di luar
kavum uteri
– Jaringan ini t/a kelenjar dan stroma terdapat di dlm
miometrium ataupun diluar uterus
• Jaringan endometrium di dlm
miometriumadenomiosis
• Sering ditemukan pd wanita yg melahirkan diatas
usia 30thn disertai dgn gejala menoragia dan
dismenorea progresif.
Patofisiologi Endometriosis dan
adenomiosis
• Pertumbuhan endometrium menembus membrana
basalis.
• Pemeriksaan histologispertumbuhan
endometrium menyambung ke dlm fokus
adenomiosis, sebagian ada di dlm miometrium dan
sebagian lagi ada yg tdk tampak adanya hub antara
permukaan endometrium dgn fokus
adenomiosishub terputus krn adanya fibrosis
• Adenomiosis berkembanguterus membesar
difushipertrofi otot polos.
• Kadang elemen kelenjar berada dlm lingkup tumor
otot polos yg menyerupai miomaadenomioma
• Fundus uteritempat umum adenomiosis
• Adanya pulau-pulau endometrium yg tersebar di
miometrium
• Endometrium ektopikperubahan seiiring adanya
siklus haid, umumnya jar. Ini bereaksi thd estrogen
tdk progesteron.
• Penyebab adenomiosis blm diketahui pasti mungkin
disebabkan adanya erupsi dari membranan basalis
dan disebabkan o/ trauma berulang, persalinan
berulang, operasi sesar maupun kuretase
Tanda dan Gejala Endometriosis dan
adenomiosis
• Menoragiag3 kontraksi miometrium akibat
adanya fokus-fokus adenomiosis ataupun makin
bertambahnya vaskularisasi di dlm rahim
• Dismenoreasemakin lama semakin berat, akibat
g3 kontraksi miometrium krn pembengkakan
prahaid dan perdarahan haid di dlm kelenjar
endometrium
• Subfertilitasmakin berat adenomiosis, pasien
makin sulit mendapatkan keturunan
• Pemeriksaan dalamrahim membesar merata, ada
nyeri tekan dan sedikit lunak jk dilakukan
pemeriksaan bimanual sebelum prahaid
Pemeriksaan Endometriosis dan
adenomiosis
• USGuterus membesar difus, gambaran penebalan
dinding rahim t/u bagian posterior dgn fokus-fokus
ekogenik, rongga endometriosis eksentrik, adanya
penyebaran dgn gambaran hiperekoik, kantung kistik 5-
7mm yg menyebar menyerupai gambaran sarang lebah
• MRIpenebalan dinding miometrium yg difus
• PApulau-pulau endometrium yg tersebar dlm
miometrium. Konsistensi uterus keras dan tdk
beraturan pd potongan permukaan terlihat cembung
dan mengeluarkan serum, jar. Berpola
trabekula/gambaran kumparan dgn isi cairan
kecoklatan/darah
Tatalaksana Endometriosis dan
adenomiosis
• Pengobatan hormonal GnRH agonis
– Selama 6 bln, bersifat sementara, dpt kambuh kembali
• Suntikan progesteron
– Mengurangi gejala nyeri dan pendarahan
• Penggunaan IUD yg mengandung hormon progesteron
– Mengurangi gejala dismenorea dan menoragia spt Mirena yg
mengandung levonorgestrel yg dilepaskan scr perlahan ke
rongga rahim
• Aromatase inhibitor
– Menghambat enzim aromatase yg menghasilkan estrogen spt
anastrazole dan letrozole
• Histerektomijk sudah tdk mau punya anak
Prognosis Endometriosis dan
adenomiosis
• Penyakit yg progresif selama masa reproduksi
dan mengalami regresi bila memasuki masa
menopause
• Tdk memiliki kecenderungan menjadi ganas
Endometriosis eksterna
• Adanya kelenjar dan stroma endometrium diluar
rongga uterus.
• t/u di rongga pelvik, ovarium , kavum douglasi,
jarang tumbuh sampai ke rektum dan kandung
kemih. Ada yg dpt timbul ekstrapelvik sampai ke
rongga paru, pleura dan umbilikus
• Kejadiannya 10-20% wanita pd usia reproduksi
jarang pd wanita premenarke ataupun menopause
• Faktor resiko t/u wanita yg haidnya banyak dan
lama, menarke pd usia dini, kelainan saluran
mulleri, lebih sering pada ras asia daripada kaukasia
Patofisiologi endometriosis eksterna
• Teori refluks haid dan implantasi sel endometrium
di dlm rongga peritoneum
• Teori koelemik metaplasia
• Penyebaran mll hematogen dan limfogen
• Pengaruh genetik
• Patoimunologi
Endometriosis eksterna
Tanda dan gejala Pemeriksaan
• Dismenorea • USG
• Nyeri pelvik • MRI
• Dispareunia • Pemeriksaan serum CA 125
• Diskezia • Bedah laparoskopi
• Subinfertilitas • Pemeriksaan PA
Endometriosis eksterna
Penanganan medis Penanganan pembedahan
• Pengobaran simptomatik • Bedah konservatif
• Kontrasepsi oral • Bedah radikal
• Progestin • Bedah simptomatis
• Danazol
• Gestrinon
• GnRHa
• Aromatase inhibitor
Ketuban Pecah Dini (KPD)
• Pecahnya selaput Faktor predisposisi
ketuban sebelum • Riwayat ketuban pecah
persalinan dini pada kehamilan
• Insidens sebelumnya
– Kejadian KPD berkisar 5- • Infeksi traktus genital
10% dari semua
kelahiran, dan KPD • Perdarahan antepartum
preterm terjadi 1% dari • Merokok
semua kehamilan.
– 70% kasus KPD terjadi
pada kehamilan cukup
bulan.
Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini (KPD)
• Berkurangnya as. askorbik sebagai komponen kolagen
• Kekurangan tembaga dan askorbik yang berakibat
pertumbuhan struktur abnormal (merokok)
• Inkompetensi serviks
• Polihidramnion
• Riwayat KPD sebelumya, trauma, kehamilan kembar
• Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
• Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia
kehamilan 23 minggu
• Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Diagnosa Ketuban Pecah Dini (KPD)
• Ditegakkan  seorang ibu hamil mengalami
pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu
jam kemudian tidak terdapat tanda awal
persalinan
Konfirmasi Diagnosa Ketuban Pecah Dini
(KPD)
• Test lakmus (test nitrazin).
– Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya cairan ketuban (allkalis).
– Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu.
• Test Pakis
– Dengan meneteskan cairan ketuban pada obyek
gelas dan biarkan kering.
– Pemeriksaan mikroskopis menujukkan kristal
cairan amnion dan gambaran daun pakis
Komplikasi Ketuban Pecah Dini (KPD)
• Persalinan Prematur
• Infeksi
– Pada ibu: korioamnionitis
– Pada bayi: septikemia, pneumonia, omfalitis
• Hipoksia dan asfiksia
• Sindrom deformitas janin
– Hipoplasia pulmonal
– Potter’s fascia
– Deformitas ekstremitas
Tatalaksana Ketuban Pecah Dini (KPD)
Tatalaksana Umum – Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai
• Berikan eritromisin 4x250 mg kondisi ibu dan janin
selama 10 hari – Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34
• Rujuk ke fasilitas yang memadai minggu, / di usia kehamilan 32-33 minggu,
bila dapat dilakukan pemeriksaan
kematangan paru dan hasil menunjukkan
Tatalaksana Khusus bahwa paru sudah matang (komunikasikan
dan sesuaikan dengan fasilitas perawatan
• >34 minggu: bayi preterm)
Lakukan induksi persalinan dengan • <24 minggu:
oksitosin bila tidak ada kontraindikasi – Pertimbangan dilakukan dgn melihat risiko
• 24-33 minggu: ibu dan janin
– Bila terdapat amnionitis, abrupsio – konseling pada pasien. Terminasi kehamilan
plasenta, dan kematian janin, mungkin jd pilihan
lakukan persalinan segera. – Jika terjadi infeksi (korioamnionitis)  talak
– Berikan deksametason 6 mg IM tiap korioamnionitis
12 jam selama 48 jam atau
betametason 12 mg IM tiap 24 jam
selama 48 jam.
Distosia Bahu
• Keadaan dimana setelah kepala dilahirkan,
bahu anterior tidak dapat lewat dibawah
simfisis pubis
• Kepala bayi tetap melekat erat di vulva atau
bahkan tertarik kembali (turtle sign)
• Makrosomia > 4500 gr, IMT > 30 kg, diabetes
mellitus, persalinan lama
DISTOSIA BAHU
• Tidak mampu melahirkan bahu pada
persalinan normal

Medical Mini Notes. Obstetrics. Medical


Mini Notes Production; 2014.
FAKTOR RISIKO DISTOSIA BAHU
• Makrosomia (> 4000 g)
• DM gestasional
• Multiparitas
• Persalinan post term

Medical Mini Notes. Obstetrics. Medical


Mini Notes Production; 2014.
GEJALA RISIKO DISTOSIA BAHU
• Kepala seperti tertahan di dalam vagina
• Kepala lahir namun tidak terjadi rotasi
eksterna
• Kepala sempat keluar namun tertarik kembali
ke dalam vagina (turtle sign)

Medical Mini Notes. Obstetrics. Medical


Mini Notes Production; 2014.
TATALAKSANA DISTOSIA BAHU
• Ask for help
• Lift the buttocks and legs (McRoberts
Maneuver)
• Anterior disimpaction of shoulder
– Suprapubic pressure (Massanti)
– Rotate to oblique (Rubin)
• Rotation of the posterior shoulder
– Woodscrew Maneuver
Medical Mini Notes. Obstetrics. Medical
Mini Notes Production; 2014.
TATALAKSANA DISTOSIA BAHU
• Manual removal of posterior arm (Schwartz)
• Episiotomy
• Roll over → onto 2 – 4 or knee chest (Gaskin)

Medical Mini Notes. Obstetrics. Medical


Mini Notes Production; 2014.
Prolaps tali pusat
LI 2 Penyulit Nifas
• IUFD (2)
• Ruptur Uteri (2)
• Malpresentasi (2)
• Inkontinensia Urine dan feses (2)
• Trombosis Vena Dalam (2)
• Trombofeblitis (2)
IUFD

Definition: dead fetuses or newborns weighing > 500gm


Or > 20 wks gestation

4.5/ 1000 total births

Diagnosis
Absence of uterine growth
Serial ß-hcg
Loss of fetal movement
Absence of fetal heart
Disappearance of the signs & symptoms of pregnancy
X-ray Spalding sign
Robert’s sign
U/S 100% accurate Dx
Causes OF IUFD Maternal 5-10%
•Antiphospholipid antibody
•DM
Fetal causes 25-40% •HPT
•Chromosomal anomalies •Trauma
•Birth defects •Abnormal labor
•Non immune hydrops •Sepsis
•Infections •Acidosis/ Hypoxia
Placental 25-35% •Uterine rupture
•Abruption •Postterm pregnancy
•Cord accidents •Drugs
•Placental insufficiency •Thrombophilia
•Intrapartum asphyxia •Cyanotic heart disease
•P Previa •Epilepsy
•Twin to twin transfusion S •Severe anemia
•Chrioamnionitis Unexplained 25-35%
2-Evaluation of still born infants

Infant desciption Placenta


•Malformation •Weight
•Skin staining •Staining
•Degree of maceration •Adherent clots
•Color-pale ,plethoric •Structural abnormality
Umbilical cord •Velamentous insertion
•Prolapse •Edema/ hydropic changes
•Entanglement-neck, arms, ,legs Membranes
•Hematoma or stricture •Stained
•Number of vessels •Thickening
•Length
Amniotic fluid
•Color-meconium, blood
•Volume
3-Investigations Fetal inveswtigations
•Fetal autopsy
Maternal investigations •Karyotype
•CBC (spcimen taken from cord
•Bl Gp & antibody screen blood, intracardiac blood,
•HB A1 C body fluid, skin, spleen,
•Kleihauer Batke test Placental wedge, or amniotic
•Serological screening for Rubella Fluid)
•Fetography
•CMV, Toxo, Sphylis, Herpes &
•Radiography
Parovirus
•Karyotyping of both parents (RFL,
Placental investigations
Baby with malformation
•Chorionocity of placenta in
•Hb electrophorersis
twins
•Antiplatelet anbin tibodies
•Cord thrombosis or knots
•Throbophilia screening (antithrombin
•Infarcts, thrombosis,abruption,
Protein C & S , factor IV leiden,
•Vascular malformations
Factor II mutation, , lupus anticoagulant,
•Signs of infection
anticardolipin antibodies)
•Bacterial culture for Ecoli,
•DIC
Listeria, gp B strpt.
Etiologi & Klasifikasi Ruptur Uterus
Etiologi Ruptur Uterus
• Cedera / kelainan tlh ada
• Trauma
• Komplikasi persalinan pada
uterus yg sebelumnya tdk pny
jar. parut
• Terpisahnya parut bekas
histerektomi caesar (tersering)
• Riwayat bedah / tindakan
menyebabkan trauma spt
kuretase, perforasi, Klasifikasi Ruptur Uterus:
miomektomi 1. Komplet: semua lapisan dinding uterus
• Stimulasi uterus > / ≠ sesuai terpisah
indikasi dgn menggunakan 2. Inkomplet (dehisensi uterus): otot uterus
oksitosin (dlu sering, skrg terpisah tapi peritoneum viseral intak
jarang!)
Sumber: Obstetri William Ed 23. Jakarta: EGC, 2010. Bag 4. Bab 26. Hal 559. & Bag 7. Bab 35. Hal 823-825.
Jenis Ruptur Uterus
1. Ruptur TRAUMATIK 2. Ruptur SPONTAN
• Uterus tahan trauma tumpul dmn perempuan hamil yg
pny trauma tumpul abdomen hrs dipantau u/ cari • Miller & Paul (1996): 1 dari
tanda ruptur uterus + solutio plasenta.
• Miller & Paul (1996): trauma e/ ruptur uterus 3 dari >
15.000 kelahiran.
150 perempuan.
• Tjd pd wanita dgn paritas ↑.
• Dulu E/: versi podalik internal & ekstraksi.
• E/: pelahiran dgn forceps yg sulit & pembesaran janin • Stimulasi persalinan dgn
tdk lazim (spt hidrosefalus & ekstraksi bokong)
• Trauma tumpul < 1% kasus berat mungkin tjd pd uterus
oksitosin dihub dgn ruotur
jar. parut & krn tumbukan gaya >. uterus pd perempuan paritas
• Gaya destruktif stlh tabrakan 25 mil / jam → tekanan
intrauterus 500 mmHg pd wanita yg pasang sabuk
↑.
pengaman dgn benar. • Agen uterotonik – ruptur dmn
• Pearlman & Cunningham (1996): blow out fundus
uterus + dekapatasi janin pd hamil 20 minggu stlh di induksi menggunakan gel
tabrakan ↑.
PGE2 / tab vagina PGE1 → u/
• Weir (2008): avulsi uterus supraserviks & trasneksi
janin 22 minggu. induksi / stimulasi persalinan
• Ruptur uterus + janin meninggal sulit diagnosis bahkan pd perempuan↑ hrs hati2X.
dgn CT Scan.

Sumber: Obstetri William Ed 23. Jakarta: EGC, 2010. Bag 7. Bab 35. Hal 823-825. & Bag 8. Bab 42. Hal 990.
Diagnosis & Prognosis Ruptur
Diagnosis:
Uterus
Prognosis:
• Pola DJJ tdk teratur + deselerasi denyut • Peluang kelangsungan hidup janin tdk baik
jantung variasi → bs jadi lambat, bradikardi & mortalitas: 50-75%.
& kematian.
• Kondisi janin tergantung derajat
• Ruptur Uterus = Solusio Plasenta → pd implantasi plasenta intak (dpt berubah
wanita sedikit rasa nyeri / nyeri tekan. (krn
hitungan menit).
t/ analgesia epidural / narkotika u/
mengurangi rasa nyeri → nyeri tdk terlalu • Peluang kelangsungan hidup janin: lahir
sakit); tanda jd jelas gawat janin & segera (laparotomi); klu ≠ hipoksia akibat
hipovolemi pd ibu akibat perdarahan pemisahan plasenta & hipovolemia ibu ≠
trsmbunyi. dpt dihindari.
• Bag terendah janin masuk panggul saat • Ruptur + pemisahan plasenta total segera
persalinan, hilangnya station dideteksi dgn → < janin u/ intak dpt selamat.
periksa panggul. • Swedish Birth Registry (2007): risiko
• Sbgian / slrh tbh janin keluar dri ruptur kematian neonatus stlh ruptur uterus: 5%
uterus → palpasi abdomen / periksa dalam (↑60X dri kehamilan ≠ ruptur uterus).
u/ identifikasi bag terendah janin tlh pindah • MFMU Network: 7 dari 114 ruptur uterus
dri pintu msk panggul. (6%: hypoxic ischemic encephalopathy).
Sumber: Obstetri William Ed 23. Jakarta: EGC, 2010. Bag 4. Bab 26. Hal 559.
Ruptur Serviks
• Bibir serviks uteri merupakan jaringan yang mudah mengalami perlukaan
pada waktu persalinan.
• Robekan serviks bisa menimbulkan perdarahan banyak khususnya bila
jauh ke lateral karena di tempat itu terdapat ramus desendens dari arteri
uterine.
• E/:
1. Makrosomia
2. Malpresentasi
3. Partus presipitatus
4. Distosia bahu
• Manfes Klinis:
1. Kontraksi uterus baik.
2. Perdarahan pervaginam terus menerus, warna merah segar.
3. Plasenta lahir lengkap.
PF, PP, Talak & DD Ruptur Serviks
• PF:
1. Kontraksi uterus baik.
2. Plasenta lengkap.
3. Perlukaan dapat diraba dengan 2 jari.
4. Inspekulo erlithat robekan pada dinding serviks.
• PP: pemeriksaan darah lengkap, faktor pembekuan, waktu perdarahan.
• Talak:
1. Infus & transfusi jika perlu.
2. Serviks ditarik dgn forceps, dijahit tanpa melibatkan endoserviks.
3. Pasang tampon vagina selama 24 jam.
4. Antibiotik profilaksis.
• DD:
1. Atonia Uteri
2. Retensio Plasenta
3. Ruptur Uteri
4. Perlukaan vagina, vulva, perineum
5. Episiotomy
Urinary Incontinence (UI)
• Urinary incontinence: involuntary
leakage of urine.
• This is in contrast to urine that leaks
from extra-urethral sources (w/ stulas
or congenital malformations of lower
urinary tract).
• Stress urinary incontinence (SUI):
involuntary leakage of urine w/
increases in intra-abdominal pressure.
• Urgency urinary incontinence:
involuntary leakage accompanied
immediately preceded by perceived
strong imminent need to void.
• Overactive bladder, describes urinary
urgency w/ or without incontinence &
usually w/ increased day time urinary
frequency & nocturia
Source: Williams Gynecology 3rd Ed. New York: Mc-Graw-Hill, 2016. Sc 3. Ch 23. Pg 514.
Types of UI - Involuntary loss of
urine(International Continence
Society (ICS)
• Stress Urinary Incontinence (SUI), primary focus
– Weakened pelvic floor muscles
• Urge Incontinence
– Involuntarily release of urine due to feeling the need or urge to urinate
• Neurogenic
– Defective CNS inhibitor response
• Functional
– Has the urge to urinate, but cannot physically make it to bathroom due to limited
mobility.
– Confusion, dementia, poor eyesight, poor mobility, poor dexterity, etc.
• Overflow
– Inability to stop bladder from “dribbling”, feeling as bladder is “overflowing”
• Mixed
– Common in older females, retention of urination, sometimes caused by extreme
constipation (pressure against bladder), medications, urinary tract infections
UI Causes & Affects
• Lack of strength of the pelvic floor muscles
– Affects normally during excess intra-abdominal pressure:
coughing, laughing, sneezing, exercising, and other activities
that increase pressure
– Urethra is supported by fascia of pelvic floor; in increased
intra-abdominal pressure, urethra can drop causing
involuntary release of urine
– In women: menopause, childbirth, and pregnancy
• Affects
– Quality of life reduced
• Emotional
• Social
• Physical
• Sexual
Thrombophlebitis
• def: the inflammation of a vein with blood clot
formation inside the vein at the site of the
inflammation.

• Notable examples are thrombophlebitis in the


following:
– Peripheral veins
– Pelvic veins
– Portal vein (pylephlebitis)
– Superior vena cava (SVC) or inferior vena cava (IVC)
– Internal jugular vein (Lemierre syndrome)
– Dural sinuses
• Causes of pelvic, ovarian, and pyelophlebitis include
the following:
– Diverticulitis
– Endometritis
– Pelvic inflammatory disease
– Septic abortion
– Childbirth
– Appendicitis
– Any intra-abdominal infection
– Cesarean delivery
• Incidence: cesarean deliveries >> vaginal deliveries
– Intra-abdominal surgery
– Hypercoagulable states
• Recent childbirth and recent pelvic surgery are
important clues in the diagnosis of pelvic
thrombophlebitis.
• While ovarian vein thrombophlebitis is usually
diagnosed within 1 week of delivery,
• septic thrombophlebitis of the ileofemoral
vessels is typically seen later.
• Patof:
• During pregnancy, an increase in most
procoagulant factors and a reduction in
fibrinolytic activity occur.
– Plasma fibrinogen levels gradually increase after
the third month of pregnancy, to double those of
the nonpregnant state.
– In the second half of pregnancy, levels of factors
VII, VIII, IX, and X also increase.
• Sign & symptoms
– Fever
• Symptomatic improvement with antimicrobial treatment, however, they continue
to have fever

– abdominal tenderness
• Occasionally, pain in one or both lower quadrants

– Vomiting
• The differential diagnosis for pelvic phlebitis,
ovarian phlebitis, and pyelophlebitis includes
the following:
– Septic abortion
– Acute appendicitis
– Cholangitis
– Cholecystitis
– Intra-abdominal infection
– Pelvic inflammatory disease
– Postpartum infections
Trombosis vena dalam (DVT)
• =gumpalan darah (juga disebut trombus) yang
terbentuk pada vena dlm tubuh
Diagnosis DVT
• Anamnesis (faktor risiko)
• PF
• USG
• D-dimer level
• Contrast venography (kontras diinjeksi lalu
dilakukan pencitraan dgn CTscan / MRI
Tipe Tromboflebitis
• Pelvio tromboflebitis
– mengenai vena-vena dinding uterus & ligamentum
latum:
• vena ovarika, vena uterina dan vena hipogastika
– Vena yg plg sering terkena:
• vena ovarika dextra perluasan infeksi dari vena ovarika
sinistra ke vena renalis
• perluasan infeksi dari vena ovarika dextra adalah ke vena
cava inferior.
• Tromboflebitis femoralis (Flegmasia alba dolens)
– mengenai vena-vena pada tungkai misalnya pada
vena femoralis, vena poplitea dan vena safena
Gejala Tromboflebitis

• Nyeri, hangat, nyeri tekan, bengkak, kemerahan,


& iritasi jaringan/kulit disekitar area yang terkena
• Demam
• Nyeri saat fleksi pergelangan kaki
• Bengkak pd pergelangan kaki atau kaki terutama
jika hanya salah satu sisi
• superficial vein thrombophlebitis  terlihat
merah2 (seperti tali (pembuluh darah)) di bawah
kulit
Malposisi
• Def: Posisi abnormal verteks kepala janin
(dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda)
terhadap panggul ibu
• Faktor Predisposisi
– Ibu dengan diabetes mellitus
– Riwayat hidramnion dalam keluarga
• Diagnosis
– Posisi abnormal verteks kepala janin (dengan
ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap
panggul ibu
• Tatalaksana
– Rotasi spontan dapat terjadi pada 90% kasus.
– Jika terdapat tanda persalinan macet, denyut jantung
janin >180 atau <100 pada fase apapun, lakukan
seksio sesarea.
– Jika ketuban utuh, pecahkan ketuban.
– Jika pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada
tanda obstruksi, lakukan augmentasi persalinan
dengan oksitosin.
– Jika pembukaan serviks lengkap dan tidak ada
kemajuan fase pengeluaran, periksa kemungkinan
obstruksi:
• Jika tidak ada obstruksi, akhiri persalinan dengan ekstraksi
vakum/ forsep bila syarat-syarat dipenuhi
• Bila ada tanda obstruksi atau syarat-syarat pengakhiran
persalinan tidak dipenuhi, lakukan seksio sesarea
Malpresentasi
• Def: Malpresentasi meliputi semua presentasi
selain verteks
• Faktor Predisposisi:
– Wanita multipara
– Kehamilan multipel (gemeli)
– Polihidramnion / oligohidramnion
– Plasenta previa
– Kelainan bentuk uterus atau terdapat massa (mis.
mioma uteri)
– partus preterm
• Presentasi:
– Dahi: SC
– Muka:
• Dagu Anterior: pembukaan lengkap – spontan per
vaginam ; pembukaan belum lengkap; tdk ada
kemajuan – SC
• Dagu Posterior : SC
– Majemuk: Prolaps ekstremitas bersamaan dengan bagian terendah janin
(kepala/bokong)
• Coba reposisi: posisi Trendelenburg (knee-chest
position); berhasil – persalinan normal
– Bokong/ sungsang
• presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni,
dan presentasi kaki (footling).
• Persalinan lama: indikasi seksio sesarea
• Seksio sesarea lebih aman dan direkomendasikan pada:
– Presentasi bokong pada primigravida
– Double footling breech
– Pelvis yang kecil atau malformasi
– Janin yang sangat besar
– Bekas seksio sesarea dengan indikasi CPD
– Kepala yang hiperekstensi atau defleksi
• Persalinan pervaginam hanya bila:
– Persalinan sudah sedemikian maju dan pembukaan sudah
lengkap
– Bayi preterm yang kemungkinan hidupnya kecil
– Bayi kedua pada kehamilan kembar
LI 3 Perinatologi Patologis
• Hipotermia
• Hipoglikemia
Hypoglycemia in the newborns
• any value of blood glucose <50 mg/dL in neonates  vigorously treated
– blood glucose levels begin to rise & achieve values of 50 mg/dL or higher after 12-24 hr

• e/  diabetic mothers  polyhydramnios, preeclampsia, pyelonephritis, preterm


labor, and chronic hypertension >>
• Poorly controlled maternal diabetes & congenital anomalies  fetal loss
• Most infant from diabetic mothers  large for gestational age
• Diabetes + vascular disease  infant growth restricted
• neonatal mortality rate is >5 times
Infants at Highest Risk
• < 37 weeks gestation
• Infant of a diabetic mother
• Small for gestational age
• Large for gestational age
• Stressed/ill infants
• Exposure to certain medications
– Treatment of preterm labor
– Treatment of hypertension
– Treatment of type 2 diabetes
– Benzothiazide diuretics
– Tricyclic antidepressants in the 3rd trimester

Karlsen, 2006
• Pathophysiology
Hyperinsulinism &
hyperglycemia  fetal
acidosis (stillbirth >)

Seperation of placenta
when delivery  interrupts
glucose infusion to
neonates + hyperinsulinism
 hypoglycemia
Signs & Symptoms of Hypoglycemia

• Jitteriness • Poor suck


• Irritability • Tachypnea
• Hypotonia • Cyanosis
• Lethargy • Apnea
• High-pitched cry • Seizures
• Hypothermia • Cardiac arrest

Verklan & Walden, 2004


• Treatment
– Mother
• Treatment of infants of diabetic mothers should be initiated before
birth
• glucose control
• dietary advice, glucose monitoring, metformin, & insulin therapy
– Baby
• undergo blood glucose determination within 1 hr of birth  every
hour for the next 6-8 hr
• clinically well and normoglycemic infant  oral or gavage feeding with
breast milk / formula
• Inability to tolerate oral feeding  IV infusion rate of 4-8 mg/kg/min
• Hypoglycemia  intravenous infusion of glucose
– Bolus injection of hypertonic glucose  AVOID!  hyperinsulinemia 
rebound hypoglycemia
Prevention
• Increase awareness of conditions that
predispose an infant to hypoglycemia
• Early screening of at-risk infants
• Early and frequent feedings
• Maintain temperature
Hipoglikemia
• Glukosa darah < 45 mg / dL , BL >= 4000 gr
• Sel – sel otak dan saraf dapat rusak -> retardasi
mental
• Lemas, kejang, gangguan napas
• Etiologi :
Peningkatan pemakaian glukosa
Penurunan produksi/simpanan glukosa
Peningkatan pemakaian glukosa dan atau
penurunan produksi glukosa
Hipoglikemia
• Kadar glukosa darah (strip reagen (glucose
sticks) atau darah vena)
• Hipoglikemia berat dan infus glukosa > 1
minggu → cari etiologi
• Bayi yang mempunyai faktor risiko
hipoglikemia → periksa kadar glukosa darah
dalam usia 1 – 2 jam
• asupan oral + infus dekstrosa 10% 2 cc/kg
Pemantauan Hipoglikemia
• Biasanya pulih dalam 2 – 3 hari
– Bila > 7 hari → konsul ke bagian endokrin anak

• Neonatus berisiko tinggi → pantau nilai


glukosa s/d asupannya penuh dan 3x
pengukuran normal (sebelum pemberian
minum glukosa darah > 45 mg/dl)
Hipotermia
• Suhu tubuh < 36,5 (gerak tangis lemah, badan
kaku )
• Neonatus prematur
• Evaporasi , konduksi, konveksi radiasi
• Pertahankan suhu ruangan 24 -26 dengan
pemancar panas / inkubator
• Perawatan metode kanguru
SEPSIS NEONATORUM
• Sindrom klinis penyakit sistemik e.c. infeksi dalam 1 bulan
pertama kehidupan
• Infeksi bakteri, virus, jamur, protozoa
• Insiden :
– 1 – 8 dari 1000 kelahiran hidup
– Pada bayi dengan berat < 1500 g → ↑ jadi 13 – 27 dari
1000 kelahiran hidup
• Mortalitas → 13 – 25%

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,


Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
KLASIFIKASI SEPSIS NEONATORUM
• Early onset sepsis (EOS)
– Timbul dalam 3 hari pertama. Gangguan multisistem
dengan gejala pernapasan menonjol. Onset tiba-tiba dan
cepat berkembang menjadi syok sepsis dengan mortalitas
>>
• Late onset sepsis (LOS)
– Timbul setelah usia 3 hari (sering > 1 minggu). Sering
ditemukan fokus infeksi dan sering disertai meningitis
• Sepsis nosokomial
– Pada bayi risiko tinggi dan dirawat. Berkaitan dengan
monitor invasif dan teknik yang digunakan di ruang intensif
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,
Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
FAKTOR RISIKO INFEKSI BAKTERI
BERAT
• Ibu demam (suhu > 37,9 oC sebelum atau
selama persalinan)
• Ketuban pecah > 18 jam sebelum persalinan
• Cairan amnion yang berbau busuk

World Health Organization Indonesia. Buku saku


pelayanan kesehatan anak di rumah sakit: pedoman
bagi rumah sakit rujukan tingkat pertama di
kabupaten/kota. Jakarta: WHO Indonesia; 2008.
KECURIGAAN BESAR SEPSIS
• Bayi berusia s/d 3 hari
– Riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam dengan
kecurigaan infeksi berat, atau KPD
– Bayi memiliki 2 / > gejala yang tergolong kategori
A, atau 3 / > gejala yang tergolong kategori B
• Bayi berusia > 3 hari
– Bayi memiliki 2 / > gejala yang tergolong kategori
A, atau 3 / > gejala yang tergolong kategori B

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,


Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
KELOMPOK TEMUAN YANG
BERHUBUNGAN DENGAN SEPSIS
Kategori A Kategori B
Kesulitan bernapas (misalnya : apnea, Tremor
napas > 60 x/menit, retraksi dinding
dada, grunting pada waktu ekspirasi,
sianosis sentral)
Kejang Letargi / lunglai
Tidak sadar Mengantuk / aktivitas <<
Suhu tubuh tidak normal (sejak lahir & Iritabel / rewel, muntah, perut kembung
tidak memberi respon terhadap terapi) /
suhu tidak stabil setelah pengukuran
suhu normal selama 3x / >
Persalinan di lingkungan yang kurang Air ketuban bercampur mekonium
higienis
Kondisi memburuk secara cepat dan Malas minum, sebelumnya minum
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,
dramatis denganmedis.
Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan baikJilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
ANAMNESIS SEPSIS NEONATORUM
• Riwayat ibu → infeksi intrauterin, demam dengan
kecurigaan infeksi berat, atau KPD
• Riwayat persalinan tindakan, penolong persalinan,
lingkungan persalinan yang kurang higienis
• Riwayat lahir asfiksia berat, BKB, BBLR
• Riwayat air ketuban keruh, purulen, atau bercampur
mekonium
• Riwayat bayi malas minum, penyakit cepat memberat
• Riwayat keadaan bayi lunglai, mengantuk, aktivitas <<
atau iritabel / rewel, muntah, perut kembung, tidak
sadar, kejang

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,


Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
PEMERIKSAAN FISIK SEPSIS
NEONATORUM
• Keadaan umum
– Suhu tubuh tidak normal → sering hipotermia
– Letargi / lunglai, mengantuk atau aktivitas
berkurang
– Malas minum (sebelumnya minum dengan baik)
– Iritabel / rewel
– Kondisi memburuk dengan cepat dan dramatis

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,


Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
PEMERIKSAAN FISIK SEPSIS
NEONATORUM
• Gastrointestinal
– Muntah, diare, perut kembung, hepatomegali
– Tanda muncul setelah hari ke-4
• Kulit
– Perfusi kulit <<, sianosis, petekie, ruam, sklerema, ikterik
• Kardiopulmonal
– Takipneu, distres respirasi (napas cuping hidung, merintih,
retraksi), takikardia, hipotensi
• Neurologis
– Iritabilitas, kesadaran ↓, kejang, ubun-ubun menonjol,
kaku kuduk (meningitis)
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,
Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
PEMERIKSAAN PENUNJANG SEPSIS
NEONATORUM
• Jumlah leukosit dan hitung jenis secara serial→ menilai
perubahan e.c. infeksi, adanya leukositosis / leukopeni,
neutropenia, ↑ rasio neutrofil imatur/total (I/T) > 0,2
• ↑ protein fase akut (C-reactive protein), IgM
• Sampel darah, urin, cairan serebrospinal → pemeriksaan
kultur (ditemukan kuman), pengecatan Gram, uji kepekaan
kuman
• Analisis gas darah → hipoksia, asidosis metabolik, asidosis
laktat

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,


Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
PEMERIKSAAN PENUNJANG SEPSIS
NEONATORUM
• Meningitis pada late onset sepsis, cairan
serebrospinal :
– ↑ leukosit terutama PMN
– Jumlah leukosit ≥10/ml (usia < 7 hari) atau ≥20/ml
(usia > 7 hari)
– ↑ kadar protein
– ↓ kadar glukosa
– Pewarnaan Gram → ditemukan kuman

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,


Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
PEMERIKSAAN PENUNJANG SEPSIS
NEONATORUM
• Gangguan metabolik → hipoglikemi /
hiperglikemi, asidosis metabolik
• ↑ kadar bilirubin

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,


Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
PEMERIKSAAN PENUNJANG SEPSIS
NEONATORUM
• Foto toraks → jika terdapat gejala distres pernapasan
– Pneumonia kongenital → konsolidasi bilateral / efusi pleura
– Pneumonia e.c. infeksi intrapartum → infiltrasi dan destruksi
jaringan bronkopulmoner, atelectasis segmental atau lobaris,
gambaran retikulogranular difus (seperti penyakit membran
hialin), efusi pleura
– Pneumonia e.c. infeksi pascanatal → gambaran sesuai pola
kuman
• CT scan kepala → bila terdapat gejala neurologis
– Obstruksi cairan serebrospinal, infark, atau abses
• USG
– Ventrikulitis
• Lainnya
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,
Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
TATALAKSANA CURIGA SEPSIS
NEONATORUM
• AB
– Awal → ampisilin, gentamisin
– Bila organisme tidak ditemukan dan bayi tetap
menunjukkan tanda infeksi setelah 48 jam → ganti
ampisilin dengan sefotaksim, gentamisin tetap dilanjutkan
– Sepsis nosokomial → sesuaikan dengan pola kuman
setempat
– Jika disertai meningitis → AB diberikan dengan dosis
meningitis selama 14 hari untuk kuman gram positif dan
21 hari untuk kuman gram negatif
– Terapi lanjutan → berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas,
gejala klinis, pemeriksaan laboratorium serial seperti CRP
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,
Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
TATALAKSANA CURIGA SEPSIS
NEONATORUM
Dosis dalam mg
Antibiotik Cara Pemberian
Hari 1 - 7 Hari 8 / >
Ampisilin IV, IM 50 mg/kg setiap 12 50 mg/kg setiap 8
jam jam
Ampisilin IV 100 mg/kg setiap 100 mg/kg setiap 8
(meningitis) 12 jam jam
Sefotaksim IV 50 mg/kg setiap 8 50 mg/kg setiap 6
jam jam
Sefotaksim IV 50 mg/kg setiap 6 50 mg/kg setiap 6
(meningitis) jam jam
Gentamisin IV, IM < 2 kg : 3 mg/kg 1x 7,5 mg/kg setiap
sehari 12 jam
> 2 kg : 5 mg/kg 1x 7,5 mg/kg setiap
sehari
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, 12 jam
Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
TATALAKSANA CURIGA SEPSIS
NEONATORUM
• Respirasi
– Menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen →
mencegah hipoksia
– Kasus tertentu → mungkin perlu ventilator mekanik
• KV
– Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan
– Pantau tekanan darah dan perfusi jaringan → deteksi dini
syok
– Gangguan perfusi → volume expander (NaCl fisiologis,
darah, atau albumin) 10 ml/kgBB dalam 30 menit, dapat
diulang 1 – 2 x. Monitor juga keseimbangan cairan
– Beberapa keadaan → inotropik (dopamin / dobutamin)

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,


Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
TATALAKSANA CURIGA SEPSIS
NEONATORUM
• Hematologi
– Jika diperlukan → transfusi komponen
– Atasi kelainan yang mendasari
• Tunjangan nutrisi adekuat

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,


Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
PENCEGAHAN SEPSIS NEONATORUM
• Mencegah dan mengobati ibu demam dengan
kecurigaan infeksi berat / infeksi intrauterin
• Mencegah dan pengobatan ibu KPD
• Antenatal care yang baik
• Mencegah aborsi berulang, cacat bawaan
• Mencegah persalinan prematur

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,


Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
PENCEGAHAN SEPSIS NEONATORUM
• Pertolongan persalinan yang bersih dan aman
• Melakukan resusitasi dengan benar
• Melakukan tindakan pencegahan infeksi
• Melakukan identifikasi awal terhadap faktor
risiko sepsis, kemudian → pengelolaan yang
efektif

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,


Harmoniati ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
LI 4 Tindakan
• SC
• Forsep
• Fakum
Ceasaria

• The delivery of a viable fetus through an


incision in the abdominal wall and uterus.
• Definition does not include removal of fetus
from abdominal cavity in case of rupture
uterus.
• WHO recommends an ideal caesarean rate of
15-20%.
• But in most countries it is 15-20%
Indikasi C-section
Indikasi Ibu Indikasi Janin
• Panggul sempit absolut • Kelainan letak
• Tumor jalan lahir • Gawat janin
• Stenosis serviks / vagina
• Plasenta previa TIDAK Dilakukan Pada :
• Disporposi sefalopelvik • Janin mati
• Ruptura uteri • Syok, anemia berat sebelum
diatasi
• Kelainan kongenital berat
Postoperative complications
• Paralytic ileus
• Respiratory complications
• Infections
• Peritonitis
• Pelvic abscess
• Pelvic thrombophlebitis
• Deep vein thrombosis and pulmonary embolism
• Wound dehiscence
Vacuum Extraction (Ventouse)

• It is traction of the foetal head by a created


negative pressure through a cup applied to
the head.

www.freelivedoctor.com
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi Kontra Indikasi
IBU IBU
• Untuk memperpendek kala II • Ruptura uteri
pada : • Penyakit dimana ibu tdk boleh
– Penyakit jantung mengejan ( payah jantung,
kompensata preeklampsia berat)
– Penyakit paru fibrotik
• Waktu : kala II yg memanjang

JANIN JANIN
• Gawat janin • Letak muka
(masih kontroversi) • After coming head
• Janin preterm
Keunggulan & Kerugian Vakum

Keunggulan Kerugian
• Pemasangan mudah : • Persalinan memerlukan
mengurangi bahaya trauma & waktu yg lebih lama
infeksi
• Tenaga traksi tidak sekuat
• Tidak diperlukan narkosis umum cunam
• Mangkuk tidk menambah besar • Pemeliharaannya lebih
ukuran kepala yg harus melalui sukar, karena bagiannya
jalan lahir banyak terbuat dari karet
• Dapat digunakan pada kepala yg dan harus selalu kedap
masih tinggi dan pembukaan udara
serviks yg belu lengkap
• Trauma kepala janin >ringan
Complications
• Maternal:
> Vaginal and cervical lacerations.
> Annular detachment of the cervix, cervical
incompetence and may be future prolapse if
used with incompletely dilated cervix.

www.freelivedoctor.com
Complications
* Foetal:
>Cephalohaematoma.
>Scalp lacerations.
> Rarely, intracranial haemorrhage.

www.freelivedoctor.com
Forceps delivery: what is forceps:
• Most forceps have a pair of fenestrated blades
with a cephalic and pelvic curve between the
heel and toes (at the distal end) of the blades.
• The heel continues as a shank which ends in
the handle.
• The handles of two blades sit together so that
they could be held by one hand and are kept
in place by a lock on shank.
Indications of Forceps Delivery
• Prolonged 2nd stage
• It is prolongation for more than 1 hour in
primigravidae or 30 minutes in multiparae.
This may be due to:
* Large foetus.
* Perineum kaku
* Malpositions: persistent occipito-posterior and
deep transverse arrest.
www.freelivedoctor.com
Maternal indications

* Maternal distress manifested by:


>Exhaustion.
> Pulse >100 beats / min.
> Temperature >38oC .
> Signs of dehydration.
* Maternal diseases as:
> Heart disease.
> Pulmonary T.B.
> Pre-eclampsia and eclampsia.

www.freelivedoctor.com
Foetal indications
* Foetal distress.
* Prolapsed pulsating cord.
* Preterm delivery.
• After-coming head in breech delivery.
• During caesarean sectionOne (used as a lever)
or the two blades may be used to extract the
head through the uterine incision.

www.freelivedoctor.com

Anda mungkin juga menyukai