Rilianda L Simbolon
405140172
LI 1 Penyulit Persalinan
• Persalinan pre term (3A)
• Ruptur Uteri (2)
• Ketuban Pecah Dini (3A)
• Distosia (3B)
• Partus lama (3B)
• Prolaps tali pusat (3B)
• Ruptur sevix (3B)
• Ruptur Perineum tingkat 1-2 (4A)
• Ruptur Perineum tingkat 3-4 (3B)
• Retensi plasenta (3B)
• Inversion uteri (3B)
• Perdarahan post partum (3B)
• Endometritis (3B)
• Subinvlusio uterus (3B)
• Bayi post matur (3A)
Ruptur Perineum
Partus Lama
• Partus lama adalah suatu keadaan dari suatu
persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi
ibu maupun janin
Kriteria Diagnosis
• Tanda- tanda kelelahan dan dehidrasi:
– Dehidrasi: nadi cepat dan lemah
– Meteorismus
– Febris
– His hilang atau melemah
• Tanda- tanda infeksi intra uterin
– Keluar air ketuban berwarna keruh kehijauan dan
berbau
– kadang bercampur mekonium
– Suhu rektal > 37,6° C
Kriteria Diagnosis
Tanda- tanda rahim robek (ruptur uteri)
– Perdarahan melalui ostium uteri eksternum
– His hilang
– Bagian anak mudah diraba dari luar
– Periksa dalam: bagian terendah janin mudah didorong ke
atas
– Robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina.
Tanda- tanda gawat janin
– Air ketuban bercampur mekonium
– Denyut jantung janin takikardi/ bradikardi/ ireguler
– Gerak anak berkurang/ hiperaktif (gerakan yang
convulsive)
Kriteria Diagnosis
Keadaan umum Ibu:
– Dehidrasi
– Panas
– Meteorismus
– Syok
– Anemia
– Oliguria
Palpasi
– His lemah atau hilang
– Gerak janin tidak ada
– Janin mudah diraba
Kriteria Diagnosis
Auskultasi
– Denyut jantung janin:
• Takikardi/ bradikardi
• Ireguler
• Negatif (bila anak sudah mati)
Pemeriksaan dalam
– Keluar air ketuban yang keruh dan berbau bercampur
mekonium.
– Bagian terendah anak sukar digerakkan bila rahim
belum robek, tetapi mudah didorong bila rahim sudah
robek, disertai keluarnya darah.
– Suhu rektal > 37,6° C
Persalinan lama
• Fase ekspulsi (kala II) memanjang:
– tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah
janin pada persalinan kala II. Dengan batasan
waktu:
• Maksimal 2 jam untuk nulipara dan 1 jam untuk
multipara, ATAU
• Maksimal 3 jam untuk nulipara dan 2 jam untuk
multipara bila pasien menggunakan analgesia
epidural
• Tatalaksana Khusus
Tentukan penyebab persalinan lama.
– Power: His tidak adekuat (his dengan frekuensi <3x/10
menit dan durasi setiap kontraksinya <40 detik)
– Passenger: malpresentasi, malposisi, janin besar (lihat bab
4.18)
– Passage: panggul sempit, kelainan serviks atau vagina,
tumor jalan lahir
– Gabungan dari faktor-faktor di atas
Buku saku pelayanan kesehatan
Tatalaksana Persalinan lama
• Sesuaikan tatalaksana dengan penyebab dan situasi. Prinsip umum:
– Lakukan augmentasi persalinan dengan oksitosin dan/atau amniotomi bila
terdapat gangguan Power. Pastikan tidak ada gangguan passenger atau
passage.
– Lakukan tindakan operatif (forsep, vakum, atau seksio sesarea) untuk
gangguan Passenger dan/atau Passage, serta untuk gangguan Power yang
tidak dapat diatasi oleh augmentasi persalinan
– Jika ditemukan obstruksi atau CPD, tatalaksananya adalah seksio sesarea.
• Berikan antibiotika (kombinasi ampisilin 2 g IV tiap 6 jam dan gentamisin 5
mg/kgBB tiap 24 jam) jika ditemukan:
– Tanda-tanda infeksi (demam, cairan pervaginam berbau), ATAU
– Ketuban pecah lebih dari 18 jam, ATAU
– Usia kehamilan <37 minggu
• Pantau tanda-tanda gawat janin.
• Catat hasil analisis dan seluruh tindakan dalam rekam medis lalu jelaskan
pada ibu dan keluarga hasil analisis serta rencana tindakan selanjutnya.
(a) Perdarahan sedikit apabila bekuan darah pada serviks atau posisi telentang menghambat aliran darah keluar
(b) Inversi komplit mungkin tidak menimbulkan perdarahan
Pencegahan PPP
• Sebelum hamil : perbaiki keadaan umum dan
mengatasi setiap penyakit kronis, anemia, dll
• Mengenal faktor predisposisi PPP :
multiparitas, anak besar, hamil kembar,
hidramnion, bekas seksio, ada riwayat PPP
sebelumnya dan kehamilan risiko tinggi
lainnya akan muncul saat persalinan
Pencegahan PPP
• Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan
pencegahan partus lama
• Kehamilan risiko tinggi agar melahirkan dirumah sakit
rujukan
• Kehamilan risiko rendah agar melahirkan di tenaga
kesehatan terlatih dan menghindari persalinan
dukun
• Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama
menghadapi PPP dan mengadakan rujukan
sebagaimana mestinya
Endometriosis
• Endometriosis dan adenomiosis
• Endometriosis eksterna
Endometriosis dan adenomiosis
• Endometriosis uterikeadaan dimana jaringan
endometrium yg masih berfungsi terdapat di luar
kavum uteri
– Jaringan ini t/a kelenjar dan stroma terdapat di dlm
miometrium ataupun diluar uterus
• Jaringan endometrium di dlm
miometriumadenomiosis
• Sering ditemukan pd wanita yg melahirkan diatas
usia 30thn disertai dgn gejala menoragia dan
dismenorea progresif.
Patofisiologi Endometriosis dan
adenomiosis
• Pertumbuhan endometrium menembus membrana
basalis.
• Pemeriksaan histologispertumbuhan
endometrium menyambung ke dlm fokus
adenomiosis, sebagian ada di dlm miometrium dan
sebagian lagi ada yg tdk tampak adanya hub antara
permukaan endometrium dgn fokus
adenomiosishub terputus krn adanya fibrosis
• Adenomiosis berkembanguterus membesar
difushipertrofi otot polos.
• Kadang elemen kelenjar berada dlm lingkup tumor
otot polos yg menyerupai miomaadenomioma
• Fundus uteritempat umum adenomiosis
• Adanya pulau-pulau endometrium yg tersebar di
miometrium
• Endometrium ektopikperubahan seiiring adanya
siklus haid, umumnya jar. Ini bereaksi thd estrogen
tdk progesteron.
• Penyebab adenomiosis blm diketahui pasti mungkin
disebabkan adanya erupsi dari membranan basalis
dan disebabkan o/ trauma berulang, persalinan
berulang, operasi sesar maupun kuretase
Tanda dan Gejala Endometriosis dan
adenomiosis
• Menoragiag3 kontraksi miometrium akibat
adanya fokus-fokus adenomiosis ataupun makin
bertambahnya vaskularisasi di dlm rahim
• Dismenoreasemakin lama semakin berat, akibat
g3 kontraksi miometrium krn pembengkakan
prahaid dan perdarahan haid di dlm kelenjar
endometrium
• Subfertilitasmakin berat adenomiosis, pasien
makin sulit mendapatkan keturunan
• Pemeriksaan dalamrahim membesar merata, ada
nyeri tekan dan sedikit lunak jk dilakukan
pemeriksaan bimanual sebelum prahaid
Pemeriksaan Endometriosis dan
adenomiosis
• USGuterus membesar difus, gambaran penebalan
dinding rahim t/u bagian posterior dgn fokus-fokus
ekogenik, rongga endometriosis eksentrik, adanya
penyebaran dgn gambaran hiperekoik, kantung kistik 5-
7mm yg menyebar menyerupai gambaran sarang lebah
• MRIpenebalan dinding miometrium yg difus
• PApulau-pulau endometrium yg tersebar dlm
miometrium. Konsistensi uterus keras dan tdk
beraturan pd potongan permukaan terlihat cembung
dan mengeluarkan serum, jar. Berpola
trabekula/gambaran kumparan dgn isi cairan
kecoklatan/darah
Tatalaksana Endometriosis dan
adenomiosis
• Pengobatan hormonal GnRH agonis
– Selama 6 bln, bersifat sementara, dpt kambuh kembali
• Suntikan progesteron
– Mengurangi gejala nyeri dan pendarahan
• Penggunaan IUD yg mengandung hormon progesteron
– Mengurangi gejala dismenorea dan menoragia spt Mirena yg
mengandung levonorgestrel yg dilepaskan scr perlahan ke
rongga rahim
• Aromatase inhibitor
– Menghambat enzim aromatase yg menghasilkan estrogen spt
anastrazole dan letrozole
• Histerektomijk sudah tdk mau punya anak
Prognosis Endometriosis dan
adenomiosis
• Penyakit yg progresif selama masa reproduksi
dan mengalami regresi bila memasuki masa
menopause
• Tdk memiliki kecenderungan menjadi ganas
Endometriosis eksterna
• Adanya kelenjar dan stroma endometrium diluar
rongga uterus.
• t/u di rongga pelvik, ovarium , kavum douglasi,
jarang tumbuh sampai ke rektum dan kandung
kemih. Ada yg dpt timbul ekstrapelvik sampai ke
rongga paru, pleura dan umbilikus
• Kejadiannya 10-20% wanita pd usia reproduksi
jarang pd wanita premenarke ataupun menopause
• Faktor resiko t/u wanita yg haidnya banyak dan
lama, menarke pd usia dini, kelainan saluran
mulleri, lebih sering pada ras asia daripada kaukasia
Patofisiologi endometriosis eksterna
• Teori refluks haid dan implantasi sel endometrium
di dlm rongga peritoneum
• Teori koelemik metaplasia
• Penyebaran mll hematogen dan limfogen
• Pengaruh genetik
• Patoimunologi
Endometriosis eksterna
Tanda dan gejala Pemeriksaan
• Dismenorea • USG
• Nyeri pelvik • MRI
• Dispareunia • Pemeriksaan serum CA 125
• Diskezia • Bedah laparoskopi
• Subinfertilitas • Pemeriksaan PA
Endometriosis eksterna
Penanganan medis Penanganan pembedahan
• Pengobaran simptomatik • Bedah konservatif
• Kontrasepsi oral • Bedah radikal
• Progestin • Bedah simptomatis
• Danazol
• Gestrinon
• GnRHa
• Aromatase inhibitor
Ketuban Pecah Dini (KPD)
• Pecahnya selaput Faktor predisposisi
ketuban sebelum • Riwayat ketuban pecah
persalinan dini pada kehamilan
• Insidens sebelumnya
– Kejadian KPD berkisar 5- • Infeksi traktus genital
10% dari semua
kelahiran, dan KPD • Perdarahan antepartum
preterm terjadi 1% dari • Merokok
semua kehamilan.
– 70% kasus KPD terjadi
pada kehamilan cukup
bulan.
Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini (KPD)
• Berkurangnya as. askorbik sebagai komponen kolagen
• Kekurangan tembaga dan askorbik yang berakibat
pertumbuhan struktur abnormal (merokok)
• Inkompetensi serviks
• Polihidramnion
• Riwayat KPD sebelumya, trauma, kehamilan kembar
• Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
• Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia
kehamilan 23 minggu
• Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Diagnosa Ketuban Pecah Dini (KPD)
• Ditegakkan seorang ibu hamil mengalami
pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu
jam kemudian tidak terdapat tanda awal
persalinan
Konfirmasi Diagnosa Ketuban Pecah Dini
(KPD)
• Test lakmus (test nitrazin).
– Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya cairan ketuban (allkalis).
– Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu.
• Test Pakis
– Dengan meneteskan cairan ketuban pada obyek
gelas dan biarkan kering.
– Pemeriksaan mikroskopis menujukkan kristal
cairan amnion dan gambaran daun pakis
Komplikasi Ketuban Pecah Dini (KPD)
• Persalinan Prematur
• Infeksi
– Pada ibu: korioamnionitis
– Pada bayi: septikemia, pneumonia, omfalitis
• Hipoksia dan asfiksia
• Sindrom deformitas janin
– Hipoplasia pulmonal
– Potter’s fascia
– Deformitas ekstremitas
Tatalaksana Ketuban Pecah Dini (KPD)
Tatalaksana Umum – Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai
• Berikan eritromisin 4x250 mg kondisi ibu dan janin
selama 10 hari – Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34
• Rujuk ke fasilitas yang memadai minggu, / di usia kehamilan 32-33 minggu,
bila dapat dilakukan pemeriksaan
kematangan paru dan hasil menunjukkan
Tatalaksana Khusus bahwa paru sudah matang (komunikasikan
dan sesuaikan dengan fasilitas perawatan
• >34 minggu: bayi preterm)
Lakukan induksi persalinan dengan • <24 minggu:
oksitosin bila tidak ada kontraindikasi – Pertimbangan dilakukan dgn melihat risiko
• 24-33 minggu: ibu dan janin
– Bila terdapat amnionitis, abrupsio – konseling pada pasien. Terminasi kehamilan
plasenta, dan kematian janin, mungkin jd pilihan
lakukan persalinan segera. – Jika terjadi infeksi (korioamnionitis) talak
– Berikan deksametason 6 mg IM tiap korioamnionitis
12 jam selama 48 jam atau
betametason 12 mg IM tiap 24 jam
selama 48 jam.
Distosia Bahu
• Keadaan dimana setelah kepala dilahirkan,
bahu anterior tidak dapat lewat dibawah
simfisis pubis
• Kepala bayi tetap melekat erat di vulva atau
bahkan tertarik kembali (turtle sign)
• Makrosomia > 4500 gr, IMT > 30 kg, diabetes
mellitus, persalinan lama
DISTOSIA BAHU
• Tidak mampu melahirkan bahu pada
persalinan normal
Diagnosis
Absence of uterine growth
Serial ß-hcg
Loss of fetal movement
Absence of fetal heart
Disappearance of the signs & symptoms of pregnancy
X-ray Spalding sign
Robert’s sign
U/S 100% accurate Dx
Causes OF IUFD Maternal 5-10%
•Antiphospholipid antibody
•DM
Fetal causes 25-40% •HPT
•Chromosomal anomalies •Trauma
•Birth defects •Abnormal labor
•Non immune hydrops •Sepsis
•Infections •Acidosis/ Hypoxia
Placental 25-35% •Uterine rupture
•Abruption •Postterm pregnancy
•Cord accidents •Drugs
•Placental insufficiency •Thrombophilia
•Intrapartum asphyxia •Cyanotic heart disease
•P Previa •Epilepsy
•Twin to twin transfusion S •Severe anemia
•Chrioamnionitis Unexplained 25-35%
2-Evaluation of still born infants
Sumber: Obstetri William Ed 23. Jakarta: EGC, 2010. Bag 7. Bab 35. Hal 823-825. & Bag 8. Bab 42. Hal 990.
Diagnosis & Prognosis Ruptur
Diagnosis:
Uterus
Prognosis:
• Pola DJJ tdk teratur + deselerasi denyut • Peluang kelangsungan hidup janin tdk baik
jantung variasi → bs jadi lambat, bradikardi & mortalitas: 50-75%.
& kematian.
• Kondisi janin tergantung derajat
• Ruptur Uterus = Solusio Plasenta → pd implantasi plasenta intak (dpt berubah
wanita sedikit rasa nyeri / nyeri tekan. (krn
hitungan menit).
t/ analgesia epidural / narkotika u/
mengurangi rasa nyeri → nyeri tdk terlalu • Peluang kelangsungan hidup janin: lahir
sakit); tanda jd jelas gawat janin & segera (laparotomi); klu ≠ hipoksia akibat
hipovolemi pd ibu akibat perdarahan pemisahan plasenta & hipovolemia ibu ≠
trsmbunyi. dpt dihindari.
• Bag terendah janin masuk panggul saat • Ruptur + pemisahan plasenta total segera
persalinan, hilangnya station dideteksi dgn → < janin u/ intak dpt selamat.
periksa panggul. • Swedish Birth Registry (2007): risiko
• Sbgian / slrh tbh janin keluar dri ruptur kematian neonatus stlh ruptur uterus: 5%
uterus → palpasi abdomen / periksa dalam (↑60X dri kehamilan ≠ ruptur uterus).
u/ identifikasi bag terendah janin tlh pindah • MFMU Network: 7 dari 114 ruptur uterus
dri pintu msk panggul. (6%: hypoxic ischemic encephalopathy).
Sumber: Obstetri William Ed 23. Jakarta: EGC, 2010. Bag 4. Bab 26. Hal 559.
Ruptur Serviks
• Bibir serviks uteri merupakan jaringan yang mudah mengalami perlukaan
pada waktu persalinan.
• Robekan serviks bisa menimbulkan perdarahan banyak khususnya bila
jauh ke lateral karena di tempat itu terdapat ramus desendens dari arteri
uterine.
• E/:
1. Makrosomia
2. Malpresentasi
3. Partus presipitatus
4. Distosia bahu
• Manfes Klinis:
1. Kontraksi uterus baik.
2. Perdarahan pervaginam terus menerus, warna merah segar.
3. Plasenta lahir lengkap.
PF, PP, Talak & DD Ruptur Serviks
• PF:
1. Kontraksi uterus baik.
2. Plasenta lengkap.
3. Perlukaan dapat diraba dengan 2 jari.
4. Inspekulo erlithat robekan pada dinding serviks.
• PP: pemeriksaan darah lengkap, faktor pembekuan, waktu perdarahan.
• Talak:
1. Infus & transfusi jika perlu.
2. Serviks ditarik dgn forceps, dijahit tanpa melibatkan endoserviks.
3. Pasang tampon vagina selama 24 jam.
4. Antibiotik profilaksis.
• DD:
1. Atonia Uteri
2. Retensio Plasenta
3. Ruptur Uteri
4. Perlukaan vagina, vulva, perineum
5. Episiotomy
Urinary Incontinence (UI)
• Urinary incontinence: involuntary
leakage of urine.
• This is in contrast to urine that leaks
from extra-urethral sources (w/ stulas
or congenital malformations of lower
urinary tract).
• Stress urinary incontinence (SUI):
involuntary leakage of urine w/
increases in intra-abdominal pressure.
• Urgency urinary incontinence:
involuntary leakage accompanied
immediately preceded by perceived
strong imminent need to void.
• Overactive bladder, describes urinary
urgency w/ or without incontinence &
usually w/ increased day time urinary
frequency & nocturia
Source: Williams Gynecology 3rd Ed. New York: Mc-Graw-Hill, 2016. Sc 3. Ch 23. Pg 514.
Types of UI - Involuntary loss of
urine(International Continence
Society (ICS)
• Stress Urinary Incontinence (SUI), primary focus
– Weakened pelvic floor muscles
• Urge Incontinence
– Involuntarily release of urine due to feeling the need or urge to urinate
• Neurogenic
– Defective CNS inhibitor response
• Functional
– Has the urge to urinate, but cannot physically make it to bathroom due to limited
mobility.
– Confusion, dementia, poor eyesight, poor mobility, poor dexterity, etc.
• Overflow
– Inability to stop bladder from “dribbling”, feeling as bladder is “overflowing”
• Mixed
– Common in older females, retention of urination, sometimes caused by extreme
constipation (pressure against bladder), medications, urinary tract infections
UI Causes & Affects
• Lack of strength of the pelvic floor muscles
– Affects normally during excess intra-abdominal pressure:
coughing, laughing, sneezing, exercising, and other activities
that increase pressure
– Urethra is supported by fascia of pelvic floor; in increased
intra-abdominal pressure, urethra can drop causing
involuntary release of urine
– In women: menopause, childbirth, and pregnancy
• Affects
– Quality of life reduced
• Emotional
• Social
• Physical
• Sexual
Thrombophlebitis
• def: the inflammation of a vein with blood clot
formation inside the vein at the site of the
inflammation.
– abdominal tenderness
• Occasionally, pain in one or both lower quadrants
– Vomiting
• The differential diagnosis for pelvic phlebitis,
ovarian phlebitis, and pyelophlebitis includes
the following:
– Septic abortion
– Acute appendicitis
– Cholangitis
– Cholecystitis
– Intra-abdominal infection
– Pelvic inflammatory disease
– Postpartum infections
Trombosis vena dalam (DVT)
• =gumpalan darah (juga disebut trombus) yang
terbentuk pada vena dlm tubuh
Diagnosis DVT
• Anamnesis (faktor risiko)
• PF
• USG
• D-dimer level
• Contrast venography (kontras diinjeksi lalu
dilakukan pencitraan dgn CTscan / MRI
Tipe Tromboflebitis
• Pelvio tromboflebitis
– mengenai vena-vena dinding uterus & ligamentum
latum:
• vena ovarika, vena uterina dan vena hipogastika
– Vena yg plg sering terkena:
• vena ovarika dextra perluasan infeksi dari vena ovarika
sinistra ke vena renalis
• perluasan infeksi dari vena ovarika dextra adalah ke vena
cava inferior.
• Tromboflebitis femoralis (Flegmasia alba dolens)
– mengenai vena-vena pada tungkai misalnya pada
vena femoralis, vena poplitea dan vena safena
Gejala Tromboflebitis
Karlsen, 2006
• Pathophysiology
Hyperinsulinism &
hyperglycemia fetal
acidosis (stillbirth >)
Seperation of placenta
when delivery interrupts
glucose infusion to
neonates + hyperinsulinism
hypoglycemia
Signs & Symptoms of Hypoglycemia
www.freelivedoctor.com
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi Kontra Indikasi
IBU IBU
• Untuk memperpendek kala II • Ruptura uteri
pada : • Penyakit dimana ibu tdk boleh
– Penyakit jantung mengejan ( payah jantung,
kompensata preeklampsia berat)
– Penyakit paru fibrotik
• Waktu : kala II yg memanjang
JANIN JANIN
• Gawat janin • Letak muka
(masih kontroversi) • After coming head
• Janin preterm
Keunggulan & Kerugian Vakum
Keunggulan Kerugian
• Pemasangan mudah : • Persalinan memerlukan
mengurangi bahaya trauma & waktu yg lebih lama
infeksi
• Tenaga traksi tidak sekuat
• Tidak diperlukan narkosis umum cunam
• Mangkuk tidk menambah besar • Pemeliharaannya lebih
ukuran kepala yg harus melalui sukar, karena bagiannya
jalan lahir banyak terbuat dari karet
• Dapat digunakan pada kepala yg dan harus selalu kedap
masih tinggi dan pembukaan udara
serviks yg belu lengkap
• Trauma kepala janin >ringan
Complications
• Maternal:
> Vaginal and cervical lacerations.
> Annular detachment of the cervix, cervical
incompetence and may be future prolapse if
used with incompletely dilated cervix.
www.freelivedoctor.com
Complications
* Foetal:
>Cephalohaematoma.
>Scalp lacerations.
> Rarely, intracranial haemorrhage.
www.freelivedoctor.com
Forceps delivery: what is forceps:
• Most forceps have a pair of fenestrated blades
with a cephalic and pelvic curve between the
heel and toes (at the distal end) of the blades.
• The heel continues as a shank which ends in
the handle.
• The handles of two blades sit together so that
they could be held by one hand and are kept
in place by a lock on shank.
Indications of Forceps Delivery
• Prolonged 2nd stage
• It is prolongation for more than 1 hour in
primigravidae or 30 minutes in multiparae.
This may be due to:
* Large foetus.
* Perineum kaku
* Malpositions: persistent occipito-posterior and
deep transverse arrest.
www.freelivedoctor.com
Maternal indications
www.freelivedoctor.com
Foetal indications
* Foetal distress.
* Prolapsed pulsating cord.
* Preterm delivery.
• After-coming head in breech delivery.
• During caesarean sectionOne (used as a lever)
or the two blades may be used to extract the
head through the uterine incision.
www.freelivedoctor.com