Anda di halaman 1dari 128

Teknik

Penyehatan Lingkungan

Febrian Hadinata
1. Keterkaitan antara sanitasi
/penyehatan lingkungan dan
rekayasa sipil
1.1 Definisi Sanitasi
• Sanitasi: perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya lainnya, untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.

• Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan: tinja manusia atau
binatang, sisa bahan buangan padat, air limbah domestik (cucian, air seni, bahan
buangan mandi atau cucian), limbah industri dan limbah pertanian.

• Lingkup prasarana teknologi sanitasi:


(a) pengelolaan kotoran manusia (feces)
(b) sistem pengelolaan air limbah
(c) sistem pengelolaan sampah
(d) sistem drainase

• Sanitasi merupakan bagian dari rumpun ilmu teknik sipil dan perencanaan.
1.2 Kenapa Perlu (Belajar) Sanitasi ?
1.2 Kenapa Perlu (Belajar) Sanitasi ?

Buang sampah !!!


(Denda 250 rb)!!!
1.2 Kenapa Perlu (Belajar) Sanitasi ?
1.2 Kenapa Perlu (Belajar) Sanitasi ?

lalat
Asap sampah

tikus

Estetika buruk

Bau

Lindi (air sampah)


1.2 Kenapa Perlu (Belajar) Sanitasi ?
1.2 Kenapa Perlu (Belajar) Sanitasi ?
1.2 Kenapa Perlu (Belajar) Sanitasi ?
1.2 Kenapa Perlu (Belajar) Sanitasi ?
1.2 Kenapa Perlu (Belajar) Sanitasi ?
1.2 Kenapa Perlu (Belajar) Sanitasi ?

http://palembang.tribunnews.com/2018/04/03
1.2 Kenapa Perlu (Belajar) Sanitasi ?

https://aictsurabaya.wordpress.com/2017/04/18
1.3 AIR DAN SANITASI

1 dari 3 orang (di Tanpa ada pilihan lain,


dunia) tidak 1 milyar orang buang
memiliki akses ke air besar di luar.
toilet atau latrin

WATER QUALITY
2 juta ton limbah manusia memasuki sumber air saat ini.

1.8 milyar orang memanfaatkan air yang terkontaminasi


tinja, menyebarkan penyakit (diare, cholera dan malaria).
1.3 Air dan Sanitasi (2)
• Air dan sanitasi berhubungan langsung dalam:

(a) Kesehatan. Semua penyakit yang berhubungan dengan air terkait dengan pengumpulan dan
pembuangan limbah manusia yang tidak benar (diare, malaria, kolera, dsb).

(b) Penggunaan air. Contoh: Toilet siram desain lama menghabiskan 40% dari penggunaan air
untuk kebutuhan rumah tangga. Pengganti toilet ini dengan desain baru bisa menghemat 25%
penggunaan air. Peningkatan konsumsi air akan meningkatkan jumlah limbah cair yang harus
dibuang dengan cara yang benar.

(c) Peningkatan biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah seiring peningkatan
konsumsi.
1.4 SANITASI BAIK BERDAMPAK (POSITIF) PADA SELURUH
ASPEK KEHIDUPAN
BETTER EDUCATION
IMPROVING HEALTH 443 juta hari sakit dialami oleh anak-
Setiap hari, 1.000 anak meninggal akibat anak setiap tahun akibat penyakit
diare, yang seharusnya dapat dicegah terkait WASH.
dengan meningkatkan Water, Sanitation
and Health (WASH). Hanya 47% sekolah memiliki fasilitas
sanitasi memadai..
NUTRITION
Pada tahun 2014, 159 juta anak di dunia
mengalami stunting karena kekurangan gizi
REDUCING INEQUALITY
(Indonesia no-5 di dunia, = 37%). Salah satu
Sanitasi yang buruk mempengaruhi
penyebab utamanya adalah penyakit terkait
wanita, anak-anak, orang tua dan
WASH seperti diare yang mencegah
disabilitas.
penyerapan nutrisi yang tepat dari makanan.
1.5 Sanitasi dan Kesehatan
• Sarana dan prasarana sanitasi yang buruk, berpengaruh pada penyebaran
penyakit (diare, kolera, malaria, infeksi trakhoma, kecacingan, kurang gizi, dsb)
melalui jalur penularan yang dikenal dengan 5F (Fluids/cairan, Fields/tanah,
Flies/lalat, Fingers/tangan dan Foods/makanan (Peal dkk. 2010).
• Badan kesehatan dunia menyatakan bahwa sanitasi dan mencuci tangan dengan
sabun dapat mengurangi angka kesakitan diare sebanyak 37,5% dan 35%[8].
• Terdapat hubungan antara sanitasi dan kasus diare pada anak, intervensi sanitasi
dapat menurunkan kejadian diare pada balita sebesar 12,9%, dibandingkan
dengan intervensi air bersih yang hanya mencapai 7,3% (Gunther dan Fink, 2010).
1.6 SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS

• Pada 2015, Sustainable Development Goals (SDGs)


dirilis.

• Terdapat 17 tujuan untuk semua orang, di setiap


lokasi, yang bertujuan mencapai (dalam 15 tahun ke
depan):
• Mengakhiri kemiskinan.
• Melawan ketidakadilan.
• Memitigasi dan meng-adaptasi perubahan
iklim.

Payung hukum SDGs di Indonesia:


Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 59 Tahun
2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan.
1.6 SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (GOAL 6)

Pastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan


sanitasi yang berkelanjutan untuk semua

Target 2030:
• mencapai akses universal dan adil untuk air minum
yang aman dan terjangkau untuk semua
• mencapai akses ke sanitasi dan kebersihan yang
memadai bagi semua
• mengakhiri buang air besar sembarangan,
memberikan perhatian khusus pada kebutuhan
perempuan dan anak perempuan dan mereka
yang berada dalam situasi rentan
• meningkatkan kualitas air dengan mengurangi
polusi dan menghilangkan dumping.
1.7 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

• Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


adalah satu Program Nasional di Indonesia
di bidang sanitasi yang bersifat lintas
sektoral.
• Program ini telah dicanangkan pada bulan
Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan RI.
• STBM merupakan pendekatan untuk
mengubah perilaku higiene dan sanitasi
melalui pemberdayaan masyarakat.
1.7 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
1.8 Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman
-> 6 Tahapan PPSP:

Buku Putih Sanitasi dan


Strategi Sanitasi Kota/Kab.

Tahap 2 •Implementasi
•Kampanye, edukasi, •Penyusunan Tahap 6
advokasi dan Rencana Tahap 4
pendampingan •Pengembangan
Strategis •Pemantauan,
Kelembagaan •Penyusunan Tahap 5
dan Peraturan Memorandum Pembimbingan, Evaluasi,
Tahap 1 Tahap 3 dan Pembinaan
Program
1.9 Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)
-> Indikator Outcomes:

• Meningkatnya akses masyarakat terhadap infrastruktur dan pelayanan


perkotaan pada kawasan kumuh sesuai dengan kriteria kumuh yang
ditetapkan (a.l drainase; air bersih/minum; pengelolaan persampahan;
pengelolaan air limbah; pengamanan kebakaran; Ruang Terbuka Publik);

• Menurunnya luasan kawasan kumuh karena akses infrastruktur dan


pelayanan perkotaan yang lebih baik;

• Terbentuk dan berfungsinya kelembagaan yaitu Pokja PKP di tingkat


kota/kabupaten untuk mendukung program KOTAKU; dan

• Penerima manfaat puas dengan kualitas infrastruktur dan pelayanan


perkotaan di kawasan kumuh.
2. Pengelolaan
Air Limbah Domestik
2. Pengelolaan Air Limbah Domestik
• Peraturan MenLHK No. P.68/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2016 tahun 2016 ttg Baku Mutu
Air Limbah Domestik.
• Air limbah domestik: air limbah dari aktivitas hidup sehari-hari manusia yang
berhubungan dengan pemakaian air.
• Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah menyediakan dan mengelola sarana dan
prasarana pengolahan air limbah domestik yang berasal dari skala rumah tangga.
• Baku mutu air limbah:

26
2.1 Debit Air Limbah
Kriteria air limbah domestik yang berasal dari pusat permukiman dan non permukiman
antara lain :
a. Air mandi, air cucian, air dapur -> “grey water “
b. Air Kakus (WC) -> “ black water” (mengandung patogen tinggi)
Rata-rata timbulan air limbah pemukiman: (Met Calf &Eddy, 2003)
1. Apartemen:
a) High-rise (≥ 10 lantai): 35 – 75 gal/orang/hari (tipikal: 50)
b) Low rise: 50 – 80 gal/orang/hari (tipikal: 65)
2. Rumah individu:
a) Sederhana: 45 – 90 gal/orang/hari (tipikal: 70)
b) Menengah: 60 – 100 gal/orang/hari (tipikal: 80)
c) Mewah: 70 – 150 gal/orang/hari (tipikal: 95)
3. Hotel: 30-55 gal/orang.hari (100)
4. Motel:
a) Dengan dapur: 90 – 180 gal/orang/hari (tipikal: 100)
b) Tanpa dapur: 75 – 150 gal/orang/hari (tipikal: 95) 27
2.2 Kriteria Perencanaan
2.2.1 Klasifikasi pencemaran dan taktis penanganannya:
• BOD < 20 mg/l -> tercemar ringan -> dipantau, masuk program jangka panjang.
• BOD > 20 mg/l - <80 mg/l -> tercemar sedang -> ditangani, masuk program jangka menengah.
• BOD > 80 mg/l -> tercemar berat -> ditangani, masuk program mendesak.

2.2.2 Kriteria penentuan kawasan pelayanan sanitasi (zoning area):


• Zone A.......................................... kepadatan > 300 jiwa/ha
• Zone B .....................kepadatan antara 100 s/d 300 jiwa/ha
• Zone C......................kepadatan antara 50 s/d 100 jiwa/ha
• Zone D ..........................................kepadatan < 50 jiwa/ha

2.2.3 Kriteria penentuan sistem dan teknologi:


a. Sistem pengolahan terpusat (off-site system): air limbah disalurkan melalui sewer (saluran
pengumpul air limbah), lalu masuk ke instalasi pengolahan terpusat.
b. Sistem pengolahan setempat (on-site system): penghasil limbah mengolah air limbahnya secara
individu (misal: dengan tangki septik).
28
2.2 Kriteria Perencanaan
DO dan BOD di badan air

Gambar III.3 https://www.slideshare.net/jshrikant/l-29-do-sag-and-self-purification-of-streams


2.2 Kriteria Perencanaan
BOD
• Organisme memperoleh energi yang dibutuhkan bagi fungsi metabolisme, pertumbuhan dan reproduksi
dari proses respirasi. Baik zat organik maupun anorganik dapat menjadi sumber energi. Contoh:
1. Chemoheterotrophs: organisme yang menggunakan zat organik (misal C(H2O)) sebagai sumber
karbon dan energi, dalam kondisi aerobik membutuhkan oksigen untuk mendapatkan energi.

C H 2O   O2  CO2  H 2O  Energi (persamaan 2.1)

2. Chemoautotrophs: organisme yang menggunakan NH3 sebagai sumber energi dan biasanya
mengkomsumsi oksigen dalam memperoleh energi. Misalnya nitrifikasi, konversi mikrobial dari
amonia menjadi nitrat.
NH 3  2O2  NO3  H 2O  H   Energi (persamaan 2.2)

• Pada kedua reaksi diatas terlihat adanya konsumsi oksigen, sehingga:


• Biochemical Oxygen Demand (BOD) = jumlah oksigen yang dibutuhkan/digunakan oleh mikroorganisme
dalam reaksi oksidasi tersebut. Persamaan 2.1 dan 2.2 membedakan sumber donor elektron, yaitu: (a)
Carbonaceous atau CBOD dan (b) nitrogenous atau NBOD.
Contoh Zoning Area Pelayanan Sanitasi. 31
2.3 Sistem pengolahan terpusat/off-site system (1)
2.3.1 Persyaratan sistem terpusat:

• Jumlah penduduk kota > 150.000 jiiwa.


• Kepadatan penduduk > 300 jiwa/ha.
• Pelayanan air bersih PDAM > 60 %.
• Pemakaian air bersih > 150 l/kapita/hari.
• Tinggi muka air tanah < 2 m.
• Permeabilitas tanah < 10 l/m2/hari atau > 40 l/m2/hari.
• Air tanah sudah tercemar.
• Air permukaan sudah tercemar BOD > 100 mg/l.
• Pemilikan jamban pribadi > 60 %.
• Masyarakat menginginkan (>60 %).
• Masyarakat mampu membayar retribusi, ± 1,5% dari tingkat pendapatan (>80 %)
• Pemerintah mampu membangun dan memelihara fasilitas IPAL.

32
2.3 Sistem pengolahan terpusat/off-site system (2)

Ilustrasi sistem perpipaan air limbah terpusat. 33


2.3 Sistem pengolahan terpusat/off-site system (3)
2.3.2 Alternatif sistem pengolahan air limbah terpusat:
• Conventional activated sludge.
• Aerated lagon/kolam aerasi
• Stabilisation pons (menggandalkan matahari )
• Imhofftank dan kolam aerasi (untuk IPLT)
• Sistem paket: RBC (Rotating Biological Contactor)
• Plus: pelayanan, menampung semua air limbah termasuk tinja, menghindari pencemaran air
tanah dan air permukaan, umur konstruksi relatif lama (> 50 tahun).
• Minus: biaya pembangunan besar, tersedia SDM pengelola, semua sistem harus dibangun,
waktu pembangunan lama, butuh kesepakatan dan kesanggupan masyarakat untuk membayar
retribusi, harus dibangun IPAL terpusat.

34
2.3 Sistem pengolahan terpusat/off-site system (4)

Salah satu skema IPL dengan lumpur aktif 35


2.3 Sistem pengolahan terpusat/off-site system (5)

36
2.4 Sistem pengolahan setempat/on-site system (1)

2.4.1 Tangki septik dan bidang peresapan


Persyaratan:
• Kepadatan penduduk 100 s.d 300 jiwa/ha.
• Pelayanan air bersih PDAM 30 s.d 60%.
• Pemakaian air bersih 100 s.d 150 l/kapita/hari.
• Muka air tanah > 1,5 m.
• Permeabilitas tanah 10 l/m2/hari - 40 l/m2/hari.
• Lahan pekarangan mencukupi untuk tangki septik dan bidang peresapan.
• Masyarakat mampu membangun.
• Plus: menampung semua air limbah termasuk tinja, biaya pembangunan terjangkau, umur
konstruksi relatif lama (>50 tahun), perawatan hanya penyedotan lumpur tinja berkala, waktu
pembangunan singkat, gratis.
• Minus: mencemari air tanah dan air permukaan jika bidang peresapan tidak sesuai ketentuan,
harus dilakukan penyedotan lumpur tinja apabila penuh, dibutuhkan lahan, tidak dapat
berfungsi optimal pada tanah dengan permeabilitas rendah (< 10 l/m2/hari) atau tinggi (> 40
l/m2/hari), tidak berfungsi optimal pada muka air tanah rendah (< 1,5 m), harus dibangun IPLT.
37
2.4 Sistem pengolahan setempat/on-site system (2)

Tangki septik dengan bidang peresapan ditinggikan. 38


2.4 Sistem pengolahan setempat/on-site system (3)

Tangki septik 3 ruang. 39


2.4 Sistem pengolahan setempat/on-site system (4)

Tangki Septik dengan Upward Flow. 40


2.5 Sistem pengolahan setempat/on-site system (5)

Baffled Septik Tank

41
2.5 Sistem pengolahan setempat/on-site system (6)

Septik Tank Komunal di bawah jalan lingkungan/di taman.

42
2.5 Sistem pengolahan setempat/on-site system (7)

Tangki Septik Pasang Surut 43


2.6 Sistem pengolahan setempat/on-site system (8)
2.6.2 Cubluk
Persyaratan :
• Kepadatan penduduk 50 s.d 100 jiwa/ha.
• Pelayanan air bersih PDAM < 30%.
• Pemakaian air bersih 60 l/kapita/hari s.d 100 l/kapita/hari.
• Tinggi muka air tanah > 2 m.
• Permeabilitas tanah > 10 l/m2/hari.
• Lahan pekarangan mencukupi untuk sistem cubluk.
• Masyarakat mampu membangun sendiri.
• Masyarakat dengan pendapatan menengah < 60 %.
• Plus: biaya pembangunan terjangkau, tidak diperlukan pengelolaan rutin, waktu
pembangunan singkat, tidak diperlukan membayar biaya pengelolaan, tidak memerlukan IPLT.
• Minus: dapat mencemari air tanah, dapat mencemari air permukaan, harus ditimbun dan
dipindah jika penuh, lumpur tinja tidak dapat disedot, dibutuhkan lahan yang relatif luas, tidak
dapat berfungsi optimal pada kondisi permeabilitas tanah rendah (< 10 l/m2/hari) dan muka
air tanah rendah (< 1,5 m), tidak dianjurkan di daerah perkotaan.
44
2.6 Sistem pengolahan setempat/on-site system (9)
2.6.3 Pit Laterin/tuang-siram
Persyaratan :
• Kepadatan penduduk < 50 jiwa/ha,
• Pelayanan air bersih PDAM < 30 %, pemakaian air bersih < 60 l/kapita/hari.
• Tinggi muka air tanah > 2 m, permeabilitas tanah > 10 l/m2/hari
• Lahan pekarangan mencukupi.
• Masyarakat mampu membangun sendiri.
• Pada umumnya masyarakat berpenghasilan rendah (> 60 %).
• Plus: biaya pembangunan terjangkau, tidak diperlukan pengelolaan rutin
kecuali menimbun saat penuh, waktu pembangunan singkat, cocok untuk
masyarakat pedesaan (kepadatan < 50 jiwa/ha)
• Minus: dapat mencemari air tanah dan air permukaan, apabila penuh
harus ditimbun dan dipindah, lumpur tinja tidak dapat disedot, dibutuhkan
lahan yang relatif luas, tidak dapat berfungsi optimal pada kondisi
permeabilitas tanah rendah (< 10 l/m2/hari) dan muka air tanah rendah
(<1,5 m ), tidak diperbolehkan di daerah perkotaan.
45
2.6 Sistem pengolahan setempat/on-site system (10)
2.6.4 Biogas System/Digester Kapasitas 4 – 17 m3
Skala Komunal
Sumber Minimal 15 orang.
Dimensi:
 Diameter 2,0 meter
 Tinggi 2,5 meter
 Kedalaman 3 – 5 meter
Peralatan 1 unit stove/1 burner, 1 unit biogas lamp, gas
holder, valves, stop valves, manometers dan
inlet/outlet tub.

Kompos biogas
Lampu biogas
Gas holder
46
Tipikal MCK Komunal Kap. 200 KK.
47
3. Pengelolaan Persampahan
3. Pengelolaan Persampahan
Paradigma lama pengelolaan sampah Paradigma baru pengelolaan sampah

Pemrosesan Akhir
49
• Data dasar sampah:
1. Laju timbulan sampah. 2.Komposisi sampah 3. Karakteristik sampah (densitas (ton/m3), kadar
air, kandungan bahan kering, kadar abu, rasio C/N, dsb)
• Laju Timbulan Sampah
• Laju Timbulan Sampah per sumber (Damanhuri dan Tri Padmi, 2016):
No. Komponen Sumber Sampah Satuan Volume (Liter) Berat (kg)
1 Rumah Permanen /orang/hari 2,25 – 2,50 0,350 – 0,400
2 Rumah Semi Permanen /orang/hari 2,00 – 2,25 0,300 – 0,350
3 Rumah Non Permanen /orang/hari 1,75 – 2,00 0,250 – 0,300
4 Kantor /pegawai/hari 0,50 – 0,75 0,025 – 0,100
5 Ruko/Toko /pegawai/hari 2,50 – 3,00 0,150 – 0,350
6 Sekolah /murid/hari 0,10 – 0,15 0,010 – 0,020
7 Jalan Arteri Sekunder /m/hari 0,10 – 0,15 0,020 – 0,100
8 Jalan Kolektor Sekunder /m/hari 0,10 – 0,15 0,010 – 0,050
9 Jalan Lokal /m/hari 0,05 – 0,10 0,005 – 0,025
10 Pasar /m2/hari 0,20 – 0,60 0,100 – 0,300
• Laju Timbulan Sampah per klasifikasi kota (SNI 3242:2008):
Catatan:
- Dalam melakukan perencanaan, harus dilakukan estimasi s/d beberapa tahun ke depan (minimal 5 tahun)
- Misal: kota A, dengan penduduk (2017) = 1,5 juta jiwa dan laju pertumbuhan penduduk 2%/tahun. Hitung
kebutuhan TPS, alat angkut dan kebutuhan luas TPA s/d 2023 !!
- catatan:
A. perencanaan ini dibuat tahun 2018. Wadah tidak dalam perencanaan karena tanggung jawab
masyarakat/korporasi itu sendiri !!
B. Estimasi laju pertumbuhan dengan pola geometrik (sebenarnya ada 3 pola pertumbuhan penduduk;
aritmatik, geometrik dan eksponensial -> cari mana yang paling cocok berdasarkan data historikal dengan
metode selisih kuadrat terkecil -> silahkan dipelajari sendiri !!
C. Densitas sampah di TPS sekitar 0,25 ton/m3, di truk sekitar 0,4 ton/m3, di TPA sekitar 1 ton/m3.

Komponen Unit satuan 2019 2020 2021 2022 2023


Penduduk Jiwa
Laju timbulan m3/jiwa/hr

Kebutuhan TPS unit


(kap. 6 m3)
Kebutuhan truk Unit
(asumsi rata2 ritasi truk/hari: 2
Luas TPA butuh Ha
(asumsi tinggi TPA max. 20 m
dan luas efektif: 70%)
PENGUKURAN KOMPOSISI DAN KANDUNGAN BAHAN KERING
STUDI KASUS: PENGUKURAN DI TPA PAGARALAM

Catatan
(SNI 19-3694-1994: Metode Pengambilan Dan Pengukuran Contoh Timbulan Dan Komposisi Sampah Perkotaan):

1. Pengukuran bisa dilakukan di sumber (rumah, kantor, dll)


2. Pengukuran bisa dilakukan di TPS
3. Pengukuran bisa dilakukan di TPA
4. Pengukuran dilakukan 8 hari berturut-turut (senin ke senin)
5. Jika survey langsung ke sumber (poin 1), maka jumlah sampel adalah:
Technical Meeting

Persiapan Alat dan Pengukuran Komposisi


Bahan Sampah
Penetapan
Komposisi Sampel
per truk sampah
Quartering dan
Pencacahan

Pengukuran Dry Sampel dibawa ke


Matter Content laboratorium
Tujuan Survei

a. Mendapatkan komposisi sampah (dalam %


berat basah)
b. Mendapatkan kandungan bahan kering/dry
matter content masing – masing komponen
sampah.
DAFTAR PERLENGKAPAN SURVEI
Peralatan Material Ukuran Kegunaan Jumlah

Sekop Pengambilan sampel 1

Box Kayu / ± 200 Liter = p x l x t = 80 cm Pengambilan sampel 1


plastik/besi x 50 cm x 50 cm
Box Kayu / plastik ±1000 L (1 m3) = p x l x t = 1 Pengambilan sampel 1
mx1mx1m
Karung /Kantong Plastik Seukuran karung beras 25 Penimbangan sampel 20
Plastik atau 50 kg
Kantong sampel untuk Plastik (kantung ± 10 kg – 25 kg Penampungan sampel 25
uji laboratorium sampah) untuk uji laboratorium
Timbangan gantung 0 -100 kg (preferable jika Penimbangan sampel 2
lebih dari 100 kg)
Papan untuk Papan Kayu 50 cm x 10 cm x 2 cm Quartering sampah 2
quartering sampah
Parang; gunting Besi - Pencacahan sampah 2

Stool (kursi pendek) Plastik / kayu Tempat duduk saat 2


pemilahan sampah
Alas Plastik Lembaran plastik Ukuran standar (sekitar 3 x 2 Pemilahan sampel 1
meter atau lebih)
Atap/Tenda kerja Plastik 1

Buku Catatan dengan 1 set


format
Survei Komposisi Sampah
(Padang Karet, 02 Oktober 2012)
1. Bentang terpal,
2. Letakkan box 1000 liter,
3. Persiapkan timbangan gantung,
4. Labelling kantong plastik per
komponen
5. Briefing dengan petugas lapangan,
6. Perhatikan lokasi:
a. Akses terbuka dan cukup luas untuk
pergerakan saat survei,
b. Lokasi terlindung/ada atap,
c. Lokasi kering
d. Dekat dengan jumping area.

Persiapkan lokasi pengukuran komposisi sampah.


Koordinasi dengan Petugas TPA dan Supir Angkutan Sampah
Pencatatan Rute Angkutan Truk Sampah
(dilakukan sebelum jumping sampah)
Box Sampel 200 liter

Sesaat setelah jumping, sampel segera diambil sesuai takaran jumlah sampel
(gunakan box 200 liter)
Gambar Pengambilan sampel dari sebuah truk ke dalam box 200 liter harus
dilakukan secara acak/random
Sampel sampah dari box 200 liter dibawa
dan dimasukkan ke dalam box sampel
1000 liter.
Alangke lamonyo
penuh setuo ini....

Lakukan pengukuran untuk truk selanjutnya (dari wilayah/rute lain), sampai semua
wilayah layanan terwakili dan box 1000 liter penuh.
12
komponen

Tumpahkan sampel sampah ke atas terpal.


Lajukelah oleh
Banyaknyo siso kamu wong...
makanan !!!

Plastik...plastik!!!

Ketemu !!! (textile)

Pemilahan sampah per komponen: setiap orang mengumpulkan sampah per


komponen sesuai kelompoknya masing - masing
Terus lakukan pemilahan sampai tersisa lain2 organik (residu organik) dan lain lain
anorganik (residu anorganik)
Lain2 organik (residu organik)
Kertas label

Sampel sampah per komponen dikumpulkan di dalam kantong sampel yang telah
di-label sebelumnya.
Belum yuk, masih nak ditimbang
Dan terselesaikanlah galo per komponen
pemillahan ini....

Nunggu makan
siang...

Sampel sampah dikelompokkan per komponen.


Pusing !!! Hoekk !!!

Sampah per komponen siap ditimbang.


(sebaiknya penimbangan dilakukan setelah pemilahan selesai dilakukan)
Penimbangan sampel sampah per komponen.
Berat sampel sampah per komponen.
• Komponen sampah sisa makanan (%berat basah)
= (150,92 kg / 281,69 kg) x 100% = 53,6 %
• Komponen sampah kertas (%berat basah)
= (11,67 kg / 281,69 kg) x 100% = 4,1 %
• Demikian seterusnya s.d komponen ke-12
Komposisi Sampah kota Pagaralam (% Berat Basah),
hasil survei 02 Oktober 2012 .
Teknik Quartering untuk
Memperkecil Volume Sampel
Teruskan quartering
sampai sampel ± 5 kg
atau sekitar 1 kantong
plastik 50 liter !!!
Potong sampel yang telah diquartering
Ini nappies bos....
sedemikian rupa hingga cukup untuk
dimasukkan ke dalam cawan untuk
pengukuran dry matter content.
Pengukuran
Kandungan Bahan Kering
/Dry Matter Content
Sampel yang telah di-quartering dan di-
cacah dibawa ke laboratorium untuk
pengukuran dry matter content
(12 kantong mewakili 12 komponen)
1. siapkan 3 cawan sampel dan keringkan dalam oven pada
temperatur 105 – 110 oC.
2. timbang cawan dalam keadaan dingin (simpan dalam
desiccator)
3. pengeringan dan penimbangan dilakukan hingga diperoleh
berat yang stabil, catat berat cawan kosong tersebut (A
gram)
4. dari sampel 5 kG, ambil 1 kG untuk selanjutnya dibagi
menjadi tiga bagian yang relatif sama beratnya dan
letakkan masing-masing pada cawan sampel yang telah
kering dan ditimbang beratnya
5. timbang cawan berisi sampel tersebut dan catat beratnya
(B gram)
Sampel diambil
± 1 kg

Berat sampah Berat cawan


basah + cawan kosong

Dari sampel 5 kG, ambil 1 kG untuk selanjutnya dibagi menjadi tiga bagian yang
relatif sama beratnya dan letakkan masing-masing pada cawan sampel yang telah
kering dan ditimbang beratnya.
6. masukkan cawan berisi sampel ke dalam oven pada temperatur
105 – 110 oC selama 2 (dua) jam
7. setelah 2 jam keluarkan cawan berisi sampel dan masukkan ke
dalam desiccator hingga dingin, kemudian timbang berat cawan
berisi sampel
8. masukkan kembali cawan berisi sampel ke dalam oven pada
temperatur 105 – 110 oC selama 1 jam, kemudian keluarkan,
dinginkan dalam desiccator, dan timbang kembali.
9. jika berat cawan belum konstan, ulangi prosedur pengeringan
tersebut di atas (selama 1 jam) hingga berat cawan berisi
sampel konstan
10. catat berat akhir cawan berisi sampel kering (C gram)
11. terapkan prosedur di atas untuk komponen sampah yang lain.
Sampah dimasukkan ke dalam oven pengering (105 – 1100C).
Formula Penentuan Kandungan Bahan Kering

Cawan Kosong Cawan + Sample Basah Cawan + Sample Kering


A gram B gram C gram

•Kandungan air dihitung dengan rumus berikut:

Kandungan Air = [(B – C)/(B – A)] x 100%

•Dry Matter Content/Kandungan bahan kering dihitung dengan


rumus:

Kandungan Bahan Kering = 100% - Kandungan Air


Kandungan Bahan Kering/Dry Matter Content Sampah kota Pagaralam hasil
survei 02 Oktober 2012
Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah – Paradigma lama

Sumber: Paparan Antara DED Persampahan kota Palembang (2013)


Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah – Paradigma baru
3.1 Perwadahan Sampah (1)

Sumber: Permen PU No. 03/2013 91


3.1 Perwadahan Sampah (2)

sumber: SNI No. 19-2454-2002 92


3.2 Pengumpulan Sampah (1)
3.2.1 Skema Pengumpulan Sampah

sumber: Damanhuri dan Tri Padmi, 2016 93


3.2 Pengumpulan Sampah (2)

• Kriteria alat pengumpul:


 Sesuai dengan kondisi jalan.
 Bila tidak bermesin, sesuaikan dengan kapasitas tenaga
kerja (maks.1,5 m3), hanya daerah datar.
 Bermesin untuk daerah yang berbukit.
• Frekuensi pengumpulan: 2 – 4 kali sehari
• Jadwal pengumpulan: sebelum jam 07.00; jam 10.00 – 15.00;
sesudah jam 17.00.
• Periodisasi pengumpulan: 1 – 3 hari sekali, tergantung:
 Komposisi sampah (semakin besar organik, semakin kecil
periodisasinya).
 Kapasitas kerja.
 Desain peralatannya.
 Kualitas pelayanan yang diinginkan.

94
Rasio Tenaga Pengumpulan vs
Jumlah Penduduk / Volume Sampah

Dengan gerobak:
 2 petugas dengan 1 gerobak kapasitas 1 m3
 Satu hari 2 trip melayani 100 penduduk
 Radius pelayanan tidak lebih dari 1000 m.

Dengan truk kap. 6 m3:


 1 truk dengan 2 orang kru
 Wadah sampah berupa tong atau kontainer
maksimum 120 liter
 Dapat melayani 10.000 penduduk.
Penyapuan/Kebersihan Jalan
» Ambil hasil sapuan.
» Tempatkan ke dalam gerobak
» Bawa gerobak ke tempat
pemindahan terdekat

• Penyapu di jalan protokol yang sudah ditempatkan tong atau


wadah sampah
• Hasil sapuan dimasukkan ke dalam tong atau wadah sampah
• Pengosongan wadah sampah menggunakan truk mini / pick
up
• Penyapuan jalan meliputi; badan jalan, trotoar, media jalan.
Pemindahan / Transfer
Kriteria lokasi pengumpulan :
• Kapasitas: 1 m3, 6 m3, 10 m3.
• Dikosongkan minimal 1 kali/hari.
• Perlu adanya penjadwalan pengisian dan pengosongan
• Mudah dijangkau, tidak mengganggu arus lalu lintas dan kenyamanan pejalan
kaki.
• Terisolasi, tetap bersih
TPS 3R

Sumber: Paparan Antara DED Persampahan kota Palembang (2013)


3.3 Pengolahan Sampah Skala Kawasan (1)

Alur Proses:
• Sampah dari rumah (kondisi tercampur), dibawa ke Tempat Penampungan Sementara
(TPS) dengan gerobak/motor sampah.
• Di TPS, sampah dipilah menurut jenisnya: sampah organik, sampah non-organik dan
sampah residu.
• Sampah non-organik -> dikumpulkan dan dijual.
• Sampah organik -> dikomposkan.
• Sampah residu -> ditampung dan diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

100
3.3 Pengolahan Sampah Skala Kawasan (2)
3.3.1 Bank Sampah

101
3.3 Pengolahan Sampah Skala Kawasan (3)
3.3.2 Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST)

Lokasi: Desa Mulyo Agung, Kab. Malang

• 45% sampah -> siap digunakan


kembali.

• 39% -> pupuk kompos.

• Sisa: 16% dibuang ke TPA sampah.

102
3.3 Pengolahan Sampah Skala Kawasan (4)
3.3.3 Sistem Komunal Instalasi Pengolahan Anaerob Sampah (SIKIPAS)

Gas bio.

Kompos cair.

103
3.3 Pengolahan Sampah Skala Kawasan (5)
3.3.4 TPS -> Transfer Station

104
3.3 Pengolahan Sampah Skala Kawasan (6)
3.3.5 Persampahan di Hunian Vertikal

Desain menyesuaikan arsitektur bangunan.

Sumber: Survei lapangan arsitektur UNDIP (2010) 105


PENGANGKUTAN SAMPAH
3.4 Pengangkutan Sampah

MiniTruck/Pick-Up:
Mengumpulkan dan mengangkut sampah dari tong di pinggir jalan,
serta dari kawasan pemukiman teratur.
Kapasitas 1 – 2,5 m3 per rit.
Dump Truck:
Mengumpulkan dan mengangkut sampah dari titik komunal,
kawasan komersial dan kantor.
Kapasitas 6 dan 10 m3 per rit
Biaya operasional dan perawatan/ton sampah lebih murah.
Truk Jenis Arm Roll:
Untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah dari TPS
dilengkapi dengan steel kontainer.
Kapasitas 6 dan 10 m3 per rit.
Biaya operasional dan perawatan lebih mahal.
107
Ketentuan Pengangkutan (1)

MiniTruck/Pick-Up:
 Untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah
dari tong di pinggir jalan, serta dari kawasan
pemukiman teratur.
 Kapasitas 1 – 2,5 m3 per rit
 Lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan
gerobak atau becak sampah.

Tegantung dari perencanaan


secara keseluruhan.
Ketentuan Pengangkutan (2)
Dump Truck:

 Untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah


dari titik komunal kawasan komersial dan kantor
 Kapasitas 6 dan 10 m3 per rit
 Biaya operasional dan perawatan/ton sampah
lebih murah.
Ketentuan Pengangkutan (3)
Truk Jenis Arm Roll/Loud Haul (LH)

Untuk mengumpulkan dan mengangkut


sampah dari TPS dilegkapi dengan steel
kontainer.
Kapasitas 6 dan 10 m3 per rit.
Biaya operasional dan perawatan (biaya satuan
pengangkutan ) lebih murah
Pengangkutan Individual Langsung
Mendatangi sumber dan mengosongkan sampah dari wadah ke dalam alat kumpul/
angkut
Langsung mengangkutnya ke TPST atau TPA
Mahal.
Efisien untuk melayani sumber dengan volume sampah yang besar (> 300L).
Standar Operasional Pengangkutan melalui
pengumpulan Pola Komunal tidak Langsung

• Gunakan dump truck/DT, compactor


truck/CT atau arm-roll truck (ART).
• Kendaraan DT/CT atau ART akan
mengosongkan/memindahkan sampah dari
TPS atau mengangkat Container (Container
Besi) dengan ART dan membawanya ke
TPST/TPA.
Pengumpulan/Pengangkutan Khusus

Penyapuan Jalan dengan Street Sweeper (SS)


• Petugas membawa kendaraan menuju jalur jalan
yang akan disapu.
• Petugas melakukan penyapuan jalan secara
mekanis
• Petugas membawa sampah yang terkumpul ke
TPST atau TPA dan mengosongkan muatannya.
• Petugas kembali melayani jalur berikutnya sesuai
penugasan yang diberikan.
Pengumpulan/
Pengangkutan Khusus
Pembersihan Badan Air (Sungai/ Danau/ Waduk)
Pembersihan badan air dilakukan oleh penanggung jawab kebersihan khusus dan
sampah/lumpur hasil pembersihan harus diangkat dan diangkut oleh penanggung
jawabnya. Pembersihan Badan Air lebih banyak melibatkan operasional alat berat.
Pemeliharaan Peralatan Pengumpulan dan
Pengangkutan

Pemeliharaan pencegahan:

1. Pembersihan (cleaning)
2. Inspeksi (pemeriksaan)
3. Running maintenance
4. Predictive maintenance
Pemeliharaan Peralatan Pengumpulan
dan Pengangkutan

Pemeliharaan Perbaikan
Pemeliharaan perbaikan dilakukan setelah peralatan
atau kendaraan mengalami kerusakan
Perbaikan ini biasanya harus dilakukan di bengkel
khususnya untuk komponen yang sulit atau rumit
Dilakukan oleh unit pelaksana pemeliharaan
Setiap peralatan perlu mendapat giliran untuk
diperbaiki sesuai dengan interval waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.
Contoh Perencanaan
alternatif: Static Container System/kontainer tetap
alternatif: Hauled Container System/kontainer angkat

Perlu space utk kontainer


2xlipat
SCS Manual HCS
Arm-roll mahal ? Dump truck maks. 3rit/hari.
OM lebih tinggi ? Arm-roll truck maks. 5rit/hari
Dump truck= ± Rp. 80.000/ton sampah
Bak sampah Arm-roll truck = ± Rp. 57.000/ton sampah
beton lebih awet Proyeksi kebutuhan Palembang (2018)
Dump truck= ± 98 unit (rerata 3 rit/hari)
Arm-roll truck = 62 unit (rerata 5 rit/hari)

Permen PU No.03/2013:
“TPS bukan merupakan wadah permanen”
Pemilahan dan pegolahan di TPA

Lebih diterima masyarakat di sekitar titik TPS


Kontainer di hunian vertikal

Sumber: Survei lapangan arsitektur UNDIP (2010)


3.5 Pengelolaan Sampah Pinggiran Sungai
Saringan sampah/trash rake.

• Jenis: permanen, tidak permanen.


• Operasi: manual, mekanik.

122
3.6 Tempat Pemrosesan Akhir/TPA (1)

Sumber: Kunjungan lapangan di Bukit Tagar Landfill, 2013 123


3.6 Tempat Pemrosesan Akhir/TPA (2)
Parameter Quantity Unit Satuan Bobot Nilai Total
I. Kriteria Tempat Pemrosesan Akhir
3.6.1 Indeks Resiko TPA: Jarak terhadap sumber air terdekat
Kedalaman pengisian sampah (m)
50
15,5
meter
meter
69
64
0,99
0,64
68
41
a. > 600 -> tutup. Luas TPA 4,5 Ha 61 0,23 14
Kedalaman air tanah 0,6 meter 54 0,95 51
b. 300 – 600 -> teruskan Permeabilitas tanah 0,91 .10-6 cm/dtk 54 0,38 20
dan rehabilitasi jadi Kualitas air tanah
Jarak terhadap habitat (wetland/hutan konservasi)
Air dapat diminum
0,25 km
50
46
0,63
0,99
31
45
controlled landfill. Jarak terhadap bandara terdekat 13 km 46 0,43 20
Jarak terhadap air permukaan 0,25 meter 41 0,87 36
c. < 300 -> teruskan dan Jenis lapisan tanah dasar (% tanah liat) 87,86 % 41 0,06 2
rehabilitasi jadi Umur lokasi untuk penggunaan masa mendatang 4,5 tahun 36 0,78 28
Jenis sampah (sampah perkotaan:permukiman) 75%:25% 30 0,38 11
controlled landfill, umur Jumlah sampah yang dibuang total 304.509 ton 30 0,56 17
Jumlah sampah dibuang per hari 150 ton 24 0,15 4
masih panjang Jarak terhadap permukiman terdekat pada arah
100 meter 21 0,81 17
angin dominan
Periode ulang banjir 30 - 100 tahun 16 0,38 6
Curah hujan tahunan 109,8 cm/tahun 11 0,46 5
Jarak terhadap kota 2,4 km 7 0,88 6
Menerima penutupan penimbunan sampah
Penerimaan masyarakat 7 0,38 3
terbuka
Kualitas udara ambien CH4 < 0,01 % 3 0,13 0
II Karakteristik sampah di TPA
Kandungan B3 dalam sampah 0,17% % 71 0,00 0
Fraksi sampah biodegradable 71,19% % 66 0,82 54
Umur pengisian sampah/ umur TPA 8 tahun 58 0,80 46
Kelembaban sampah di TPA 20 - 40 % % 26 0,63 16
II Karakteristik lindi di TPA
BOD lindi 5.091 mg/l 36 0,88 32
COD lindi 7.600 mg/l 19 0,88 17
TDS lindi 1.369 mg/l 13 0,13 2
Total 1000 592
3.6 Tempat Pemrosesan Akhir/TPA (3)
3.6.2 Penanganan Landfill Gas (1) Flaring

Pipa gas vertikal

Sumber:
PipaKunjungan lapangan di Bukit Tagar Landfill, 2013
gas horizontal 125
3.6 Tempat Pemrosesan Akhir/TPA (4)
3.6.2 Penanganan Landfill Gas (2)

Flow
Monitoring meter
CH4 1 MW
Power
Demister Fan Gas Engine
meter

Landfill CH4
Electricity supply Flow Excess
LFG Flow
meter CH4 Flaring

Skema Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

126
3.6 Tempat Pemrosesan Akhir/TPA (5)
3.6.2 Pengolahan Lindi

Baku mutu effluent merujuk kepada Peraturan MenLHK No.


P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi bagi Usaha dan/atau
kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. 127
3.6 Tempat Pemrosesan Akhir/TPA (6)
3.6.4 TPA Pasca Penutupan

Skyline Park - Brookline Landfill Closure


Desain penutupan landfill yang lebih sederhana
(sumber: http://www.etlcorp.com/portfolio)

128

Anda mungkin juga menyukai