Anda di halaman 1dari 27

Uang dan Nilai Tukar

Uang

Oleh : Ahda Segati


Pengertian Uang
• Adalah suatu benda yang dapat diterima oleh masyarakat
umum sebagai alat tukar-menukar atau alat pembayaran
yang sah dalam kegiatan ekonomi.

• Suatu benda yang telah diterima oleh masyarakat umum


untuk mengukur nilai, alat tukar atau alat untuk
melakukan pembelian barang dan jasa dimana
keberadaannya telah diatur di dalam undang-undang.
Fungsi Asli Uang
Dalam hal ini fungsi asli uang adalah fungsi yang mengacu
pada tujuan utama diciptakannya uang. Adapun beberapa
fungsi asli uang adalah;
• Uang sebagai alat tukar umum yaitu fungsi uang yang
menggantikan sistem barter sehingga proses transaksi
berjalan dengan lebih mudah dan cepat.
• Uang sebagai satuan hitung, yaitu menunjukkan nilai
suatu barang atau jasa sehingga mempermudah proses
pertukaran.
• Uang sebagai alat penyimpanan nilai.
Fungsi Turunan Uang
Selain sebagai alat pertukaran, uang memiliki beberapa fungsi
lainnya, yaitu:
• Uang sebagai alat pembayaran transaksi.
• Uang sebagai alat pembayaran utang.
• Uang sebagai alat pembentukan dan pemindahan modal,
dimana dalam hal ini uang bisa memperbesar modal usaha.
• Uang sebagai ukuran harga atau nilai.
Syarat dan Ciri Uang
a. Benda tersebut dapat diterima secara umum.
b. Benda tersebut harus memiliki nilai yang stabil dari waktu
ke waktu dan dijamin pemerintah.
c. Benda tersebut harus mudah dibawa dan ringan.
d. Benda tersebut memiliki kualitas dengan nilai yang telah
ditentukan.
e. Terbuat dari bahan yang dapat bertahan lama.
f. Dibuat dalam jumlah terbatas dan tidak mudah untuk
dipalsukan.
g. Dapat dibagi dengan mudah tanpa mengurangi nilai dan
kualitas benda tersebut.
h. Memiliki bentuk dan ukuran yang baku.
Jenis-Jenis Uang
1. Berdasarkan Lembaga yang Mengeluarkan
• Uang Kartal, yaitu uang yang digunakan sebagai alat
pembayaran yang sah dan wajib digunakan oleh khalayak
dalam kegiatan transaksi jual-beli.
• Uang Giral (simpanan di Bank), yaitu jenis uang yang
disimpan di Bank dan dapat dipakai sewaktu-waktu untuk
keperluan pembayaran. Contoh uang giral; cek bilyet, giro, dan
lainnya.
2. Berdasarkan Bahan Pembuatannya
• Uang Logam, yaitu uang yang dibuat dari bahan logam (emas
atau perak) yang dapat digunakan secara umum, memiliki nilai
tinggi dan stabil, mudah dikenali, tahan lama, dan dapat dibagi
menjadi satu yang lebih kecil.
• Uang Kertas, yaitu uang yang dibuat dari bahan kertas khusus
dengan standarisasi baku. Pada uang kertas tersebut terdapat
warna gambar, dan cap khusus.
3. Berdasarkan Nilainya
• Uang Penuh (full bodied money), yaitu uang yang
mengandung nilai intrinsik (bahan) dan nilai nominal yang
sama. Dengan kata lain, nilai nominal uang tersebut sama
dengan nilai bahan dan proses pembuatannya.
• Uang Tanda (token money), yaitu uang yang nilai nominalnya
berbeda dengan nilai intrinsiknya. Dengan kata lain, nilai
nominal uang tersebut berbeda dengan nilai bahan dan proses
pembuatan uang tersebut.
Pengertian Nilai Tukar

Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs
adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang
domestik atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestik
terhadap mata uang asing. Sebagai Misalnnya kurs yang
menunjukan bahwa US$1.00 = Rp14.181 berarti untuk
memperoleh satu dolar Amerika Serikat membutuhkan Rp14.181
Indonesia.

Atau adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang
dapat dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain.
Bentuk Sistem Nilai Tukar

Sistem nilai tukar sangat tergantung pada kebijakan moneter


suatu negara. Bentuk sistem nilai tukar dapat dibagi dalam dua
bentuk, yaitu:
1. Fixed Exchange Rate System
Merupakan suatu sistem nilai tukar agar nilai suatu mata uang
dikaitkan terhadap emas atau gold exchange standard. Pada
waktu itu, mata uang dolar AS menjadi acuan, di mana semua
mata uang yang terikat dengan sistem ini dikaitkan dengan USD.
Untuk mencipta uang senilai $35, Federal Reserve Bank (Bank
Sentral Amerika) harus mem-backup dengan emas senilai 1
ounce atau 28,3496 gram. Dengan demikian, nilai mata uang
secara tidak langsung dikaitkan dengan emas melalui USD.
2. Floating Exchange Rate System
Setelah runtuhnya Fixed Exchange Rate System maka timbul
konsep baru yaitu Floating Exchange Rate System. Dalam
konsep ini nilai tukar valuta dibiarkan bergerak bebas. Nilai
tukar valuta ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran
valuta tersebut di pasar uang, dan sama sekali tidak dijamin
logam mulia.
Berakhirnya fixed exchange rate dan bermulanya floating
exchange rate, konon ditengarai sebagai awal dari berbagai
rangkaian kesulitan moneter yang dikenal dengan “krisis
moneter internasional”
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Nilai Tukar
Dalam hal permintaan terhadap valuta asing relatif terhadap mata
uang domestik meningkat, maka nilai mata uang domestik akan
menurun. Sebaliknya jika permintaan terhadap valuta asing
menurun, maka nilai mata uang domestik meningkat. Sementara
itu, jika penawaran valuta asing meningkat relatif terhadap mata
uang domestik, maka nilai tukar mata uang domestik meningkat.
Sebaliknya jika penawaran menurun, maka nilai tukar mata uang
domestik menurun. Dilihat dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya, terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi
permintaan valuta asing, yaitu:
1. Faktor pembayaran impor
Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar
permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan
cenderung melemah. Sebaliknya, jika impor menurun, maka
permintaan valuta asing menurun sehingga mendorong
menguatnya nilai tukar.
2. Faktor aliran modal keluar
Semakin besar modal keluar, maka semakin besar permintaan
valuta asing dan pada lanjutannya akan melemah nilai tukar
uang. Aliran modal keluar meliputi pembayaran hutang
penduduk Indonesia (baik swasta dan pemerintah) kepada pihak
asing dan penempatan dana penduduk Indonesia ke luar negeri.
3. Kegiatan spekulasi
Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan
oleh spekulan maka semakin besar nilai permintaan terhadap
valuta asing sehingga memperlemah nilai tukar mata uang lokal
terhadap mata uang asing.

“Semakin Besar Permintaan Valuta Asing, Semakin Lemah Mata


Uang Lokal Begitupun Sebaliknya”
Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua
faktor utama, yaitu:

1. Faktor penerimaan hasil ekspor


Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka
semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu
negara dan pada lanjutannya nilai tukar terhadap mata asing
cenderung menguat. Sebaliknya jika ekspor menurun, maka
jumlah valuta asing yang dimiliki menurun sehingga nilai tukar
juga cenderung mengalami depresiasi.
2. Faktor aliran modal masuk
Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar akan
cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat
berupa penerimaan hutang luar negeri, penempatan dana jangka
pendek oleh pihak asing (Portofolio invesment)dan investasi
langsung pihak asing (foreign direct investment).

“Semakin Besar Penawaran Valuta Asing, Semakin Besar Mata


Uang Lokal Begitupun Sebaliknya”
Sejarah Perkembangan Sistem Nilai
Tukar di Indonesia
Dalam sejarah perekonomian Indonesia sistem nilai tukar di
Indonesia pada intinya dikelompokkan menjadi empat bagian.
Penetapan sistem nilai tukar oleh Bank Indonesia didasarkan
pada berbagai pertimbangan, khususnya yang berkaitan dengan
kondisi ekonomi pada saat itu. Sistem nilai tukar yang berlaku di
Indonesia sebagai berikut:
a. Sistem Nilai Tukar Bertingkat (Multiple Exchange Rate
System)

Sistem ini dimulai sejak Oktober 1966 hingga Juli 1971.


Penggunaan sistem ini dilakukan dalam rangka menghadapi
berfluktuasinya nilai rupiah serta untuk mempertahankan dan
meningkatkan daya saing yang hilang karena adanya inflasi dua
digit selama periode tersebut.
b. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System)

Sistem yang berlaku mulai Agustus 1971 hingga Oktober 1978


ini mengaitkan secara langsung nilai tukar rupiah dengan dollar
Amerika Serikat yaitu tarif US$1 =Rp415,00. Pemberlakuan
sistem ini dilandasi oleh kuatnya posisi neraca pembayaran pada
kurun waktu 1971-1978. Neraca pembayaran tersebut kuat
karena sektor migas mempunyai peran besar dalam penerimaan
devisa ekspor yang didukung oleh peningkatan harga minyak
mentah (masa keemasan minyak).
c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed
Floating Exchange Rate)

Sistem ini belaku sejak November 1978 sampai Agustus 1997.


Pada masa ini nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan
dengan dolar Amerika Serikat akan tetapi terhadap sekeranjang
mata uang asing (basket currency). Pada periode ini telah terjadi
tiga kali devaluasi yaitu pada bulan November 1978, Maret
1983, dan September 1986. Setelah devaluasi tahun 1986, nilai
nominal rupiah diperbolehkan terdepresiasi sebesar 3-5% per
tahun untuk mempertahankan nilai tukar riil yang lebih baik.
Pada sistem ini, nilai tukar dibagi dalam tiga periode yaitu:
1. Managed Floating I (1978-1986), terjadi fluktuasi nilai tukar
yang tidak terlalu besar dengan nilai kurs berkisar antara
Rp625,38 hingga Rp1.644,10.
2. Managed Floating II (1987-1992). Pada periode ini juga
terjadi devaluasi walaupun tidak terlalu besar dengan nilai
kurs antara Rp1.644,10 hingga Rp2.053,40.
3. Managed Floating dengan Crawling Band Sistem
(September 1992-Agustus 1997), terjadi depresiasi nilai
tukar yang kisarannya antara Rp2.053,40 hinggaRp2.791,30.
4) Sistem Mengambang Bebas (Free Floating Exchange Rate
System)

Sistem ini diberlakukan sejak 14 Agustus 1997 hingga sekarang.


Dalam sistem ini Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar
valuta asing karena semata-mata untuk menjaga kestabilan nilai
tukar rupiah yang lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar.
Awalnya, penerapan sistem nilai tukar mengambang ini
menyebabkan terjadinya gejolak yang berlebihan (overshooting).
Misalnya kurs pada tangga 14 Agustus melemah tajam menjadi
Rp2.800 per dolar dari posisi Rp2.650 per dolar
• Dalam rangka menyelesaikan persoalan tersebut, pada bulan
November 1997, International Monetary Fund (IMF) masuk
ke Indonesia.Dengan kondisi dalam negeri yang bergejolak,
terutama situasi sosial politik, program pemulihan ekonomi
yang dilakukan bersama-sama dengan IMF tidak dengan
segera membuahkan hasil.
• Sampai akhir Desember 1997, nilai tukar rupiah ditutup pada
kisaran Rp5.000 per dolar, tetapi pergerakan nilai tukar rupiah
semakin tak terkendali hingga mencapai puncaknya pada 22
Januari 1998 dimana kurs mencapai Rp16.000 per dolar.
Teori Nilai Tukar Uang Konvensional
Nilai tukar suatu mata uang dapat di tentukan oleh campur
tangan pemerintah (otoritas moneter), seperti pada Negara-
negara yang memakai system fixed exchange rates
ataupun di tentukan oleh kombinasi antara kekuatan-
kekuatan pasar yang saling berinteraksi serta kebijakan
pemerintah seperti pada Negara-negara yang memakai
rezim system ‘flexible exchange rates
Teori Nilai Tukar Uang Islam
Nilai tukar suatu mata uang di dalam Islam di golongkan
dalam dua kelompok, yaitu: Natural dan Human. Kebijakan
nilai tukar uang dalam Islam menggunakan sistem
“Managed Floating”, nilai tukar merupakan kebijakan
pemerintah secara umum namun pemerintah tidak
mencampuri keseimbangan yang terjadi di pasar kecuali
terjadi hal-hal yang mengganggu keseimbangan itu sendiri.
Dalam pembahasan nilai tukar menurut Islam akan dipakai dua
skenario yaitu:
1. Terjadi perubahan-perubahan harga dalam negeri yang
memengaruhi nilai tukar uang. Sebab-sebab fluktuasi sebuah
mata uang
a. Natural Exchange Rate Fluctuation, fluktuasi nilai tukar
uang disebabkan adanya perubahan-perubahan pada
aggregate supply dan aggregate demand.
b. Human Error Exchange Rate Fluctuation, fluktuasi nilai
tukar yang disebabkan karena perilaku manusia seperti
korupsi dan administrasi yang buruk, pajak yang yang
terlalu tinggi, dan pencetakan uang berlebihan dengan
tujuan mencari untung banyak.
2. Perubahan harga yang terjadi diluar negeri
a. Non engineered/ non manifulated changes
b. Engineered/ Manifulated changes

Anda mungkin juga menyukai