Anda di halaman 1dari 57

Sistem Pengendalian

Asap Kebakaran
AGENDA

1. Pendahuluan
2. Sifat Asap
3. Penyebaran Asap
4. Pengendalian Asap
5. Desain dan Sistem Pengendali Asap
6. Daftar Pustaka

2
PENDAHULUAN
ASAP KEBAKARAN
 Terminologi asap:
asap adalah terdiri dari partikel/partikulat padat dan cair dan
gas-gas berterbangan yang timbul ketika sebuah material
mengalami proses pirolisis atau pembakaran, bersama
dengan sejumlah udara yang terikutkan atau tercampur
kedalam massa tersebut.

 Sebagai produk dari pembakaran:


biasanya termasuk partikulat, bahan bakar/material yang
tidak terbakar, uap air, gas CO2, CO, dan gas-gas lain yang
bersifat racun dan korosif.

3
PENDAHULUAN
ASAP ADALAH PENYEBAB KEMATIAN TERBESAR
USA
 72% korban meninggal pada peristiwa kebakaran disebabkan oleh asap (data NFPA)
 Kejadian kebakaran di Hotel MGM 26 lantai(1980)
INDONESIA
Sebab utama korban meninggal 85 orang:
 Kejadian di Hotel Perdana Wisata, Bandung
- 75 mati – Menghisap asap dan karbon monosida (2002)
- 4 mati – Menghisap asap  Kebakaran di Toserba Ramayana, Bogor (1997)
- 1 mati – Luka bakar  Kebakaran di Bank BTN, Jakarta (2009)
- 3 mati – Luka bakar dan menghisap asap
- 1 mati – Keretakan masif tempurung kepala
- 1 death - Myocarditis
- Tingkat karbon monosida 25% to 66% saturation.
- Luka-luka 650 orang

4
SIFAT ASAP

1. Pengaruh toksisitas
Asap membawa gas beracun: karbon monoksida
2. Pengaruh kepekatan
Asap menghalangi pandangan dan iritasi mata, merintangi
evakuasi
3. Pengaruh panas/temperatur
Temperatur asap dapat mencapai > 120C

5
SIFAT ASAP : DAYA RACUN ASAP DARI PEMBAKARAN
BERBAGAI JENIS BAHAN

Gas beracun Bahan terbakar


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 Karbon dioksida, karbon monoksida Bahan combustible mengandung karbon
 Nitrogen oksida Celluloid, polyurethane
 Hidrogen cyanida Wol, sutra, kulit, plastik mengandung ni-
trogen, bahan selulosik, plastik, rayon
 Acrolein Kayu, kertas
 Sulphur dioxide Karet, thiokols
 Asam halogen (asam hidroklorik, PVC, plastik penghambat api, fluorinated
asam hidrobromik, phosgene) plastics
 Ammonia melamine, nilon, urea formaldehyde resin
 Aldehydes Phenol formaldehydes, kayu, nilon, resin
 Benzena Polystyrene
 Isocyanates Polyurethane foams
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

6
Sumber: Prof. Dr. Suprapto
SIFAT ASAP : PENGARUH KEPEKATAN

7
SIFAT ASAP : PENGARUH PANAS
 Bila anda jauh dari api kebakaran, biasanya pengaruh panas
asap tidak besar.
 Akan tetapi pengaruh racun tetap ada sehingga disarankan
untuk bergerak merangkak di lantai menghindari asap.

8
PENYEBARAN ASAP
Faktor prinsip yang menyebabkan asap menyebar ke daerah
luar kompartemen kebakaran adalah:
1. Efek cerobong / stack effect
2. Daya apung/ buoyancy & Ekspansi
3. Kondisi cuaca: angin dan temperatur
4. Perbedaan tekanan udara karena:
- sistem pengolahan udara mekanik/ VAC
- efek torak elevator

9
EFEK CEROBONG / STACK EFFECT

10
EFEK CEROBONG : BIDANG NETRAL

 1 1 P  1 1
P  K s    h atau  Ks   
 TO TI  h  TO TI 

Dimana:
P = beda tekanan (in. H2O [Pa])
T0 = temperatur absolut dari sekeliling /
atau di luar bangunan (R [K])
TF = temperatur absolut kompartemen
kebakaran (R [K])
h = jarak di atas bidang netral (neutral
plane) (ft [m])
Ks = koefisien (7.64 [3460])

11
Sumber: SFPE Handbook 2002
DAYA APUNG / BUOYANCY

12
Sumber: SFPE Handbook 2002
KONDISI CUACA / ANGIN DAN TEMPERATUR

 Temperatur di luar bangunan mempengaruhi pergerakan asap di


dalam bangunan.

 Temperatur udara luar yang dingin (di musim dingin) menyebabkan


pengaruh efek normal cerobong yang cukup signifikan.

 Sebaliknya temperatur udara luar yang panas (di musim panas)


menyebabkan pengaruh efek reversal cerobong yang kecil. Karena itu
di negeri tropis pengaruh angin lebih signifikan dari pengaruh efek
cerobong

 Pengaruh angin: besar dan arahnya dapat menghambat pergerakan


asap ke luar bangunan.

13
PERBEDAAN TEKANAN

Sistem VAC :
 Sering membawa asap selama kebakaran di bangunan.

 Pada tahap awal kebakaran, sesungguhnya sistem VAC dapat membantu


deteksi asap. Akan tetapi, dengan bertumbuhnya kebakaran, sistem dapat
membawa asap ke daerah yang dilayaninya sehingga membahayakan penghuni
di daerah tersebut.

 Sistem VAC juga memasok udara/oksigen ke kompartemen kebakaran yang


membantu pembakaran. Oleh sebab itu secara tradisional sistem HVAC
dimatikan bila terjadi kebakaran.

 Tetapi meskipun sistem VAC dimatikan, tidak menghalangi pergerakan asap


melalui cerobong udara, cerobong ventilasi, dan bukaan lainnya karena daya
apung, efek cerobong, atau angin.

Kereta lift/elevator:
 Pergerakan kereta lift/elevator di dalam sumur lift menghasilkan perubahan
tekanan, disebut efek torak/piston, yang dapat menyebabkan asap tertarik ke
dalam loby atau sumur lift. 14
PENGENDALIAN ASAP
Beberapa cara pengendalian asap adalah:
1. Lantai dan bangunan dibagi menjadi beberapa
kompartemen  kompartemenisasi
2. Dilusi / mengencerkan asap dengan memasukkan
udara luar
3. Mendorong asap dengan aliran udara
4. Memberikan tekanan udara yang berlebih
dibandingkan dengan ruang yang terbakar
5. Memanfaatkan daya apung asap

15
PENGENDALIAN ASAP : KOMPARTEMENISASI

 Satu lantai dibagi menjadi beberapa kompartemen yang masing-masing dibatasi


oleh dinding, partisi, langit-langit dan pintu.

 Satu bangunan juga dibagi kompartemen per lantai yang dibatasi oleh lantainya
sendiri.

 Antara kompartemen satu dengan lainnya tidak boleh ada lubang yang dapat
membocorkan udara, artinya juga asap.

 Cerobong udara yang melewati batas fisik kompartemen harus dipasangi


damper asap yang akan menutup secara otomatik.

 Demikian juga jalur pipa dan kabel yang melewati batas fisik kompartemen
harus dipasangi sekat tahan api (firestop).

 Pintu kompartemen yang membuka ke jalur evakuasi harus dipasangi door


closer atau dibuat dapat menutup secara otomatik dikendalikan oleh sistem
pengendalian asap.

16
PENGENDALIAN ASAP : PENGENCERAN ASAP

 Pengenceran asap atau dilution atau purging dengan tujuan menurunkan


konsentrasi asap dengan cara memasukkan udara dari luar.

 Pada kondisi tertentu tidak praktis dilakukan mengingat produksi asap kebakaran
dapat sangat besar. Biasa dilakukan pada waktu kebakaran telah dipadamkan, atau
pada tempat yang jauh dari kompartemen kebakaran.

1  Co 
Persamaan sederhana: a  log e  
t C 
Dimana:
a = laju dilusi dalam pertukaran udara per menit
t = waktu setelah asap berhenti masuk atau
setelah produksi asap berhenti (menit)
Co = konsentrasi awal dari kontaminan
C = konsentrasi kontaminan pada waktu t
e = konstanta (2,178)

17
PENGENDALIAN ASAP : MENDORONG DENGAN
ALIRAN UDARA

18
Sumber: SFPE Handbook 2002
PENGENDALIAN ASAP : MEMBERIKAN TEKANAN
BERLEBIH

19
APLIKASI PENGENDALIAN ASAP TERZONA

Benar Salah

20
APLIKASI PRESURISASI TANGGA KEBAKARAN

21
PENGENDALIAN ASAP : MEMANFAATKAN DAYA
APUNG ASAP

 Daya apung menggerakkan asap ke langit-langit


 Sebelum asap memenuhi ruangan, membahayakan dan merintangi
penghuni untuk evakuasi, maka harus dikeluarkan melalui ven di
langit-langit

22
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN
ASAP

Bangunan dengan vol besar yang tidak dipisah-pisah:


 Misalnya mal, atrium, auditorium, sporthall yang lebih dari 1000 m2.
 Asap kebakaran berupa produk pembakaran dan udara terikutkan (entrained
air) akan bergerak ke atas karena efek daya apung.
 Tujuannya adalah melindungi jalur evakuasi penghuni dengan menampung
asap di bagian atas  reservoir asap.
 Batas reservoir dapat berupa dinding, tirai (screen) atau penyekat lainnya
 Asap yang terperangkap di bagian atas tersebut dapat dikeluarkan secara
mekanis (menggunakan fan) atau alami (melalui ventilasi terbuka di atap).
 Cara ini disebut ventilasi atau pembuangan asap.
 Udara yang memadai (udara pengganti atau make-up air) harus dimasukkan
di bawah lapisan asap untuk menggantikan udara udara yang terikutkan
atau sistem tidak akan berfungsi.
23
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
Konsep reservoir asap dan ventilasi asap:

Pada bangunan yang tidak memiliki ventilator asap, asap mengurangi visibilitas dalam upaya
pemadaman dan penyelamatan. Panas yang terakumulasi mengancam keamanan struktur

Pada bangunan berventilator asap, asap dan panas dibuang sehingga memudahkan petugas pemadam
masuk ke bangunan dan memadamkan api tanpa menggunakan bahan pemadam air terlalu banyak

24
Sumber: Prof. Dr. Suprapto
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
Konsep reservoir asap dan ventilasi asap:

25
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
Prosedur desain:

Desain sistem pengendalian asap yang memadai bergantung antara lain


kepada.
 Dimensi dan struktur bangunan.
 Isi bangunan dan tata letaknya.
 Klasifikasi hunian.
 Besaran perkembangan api  api rancangan (design fire).
 Jalur evakuasi.
 Sistem proteksi pasif dan aktif kebakaran terpasang: kompartemenisasi,
firestop, alarm dan sinyal, dan sprinkler otomatis .
 Waktu tanggap/ waktu panggilan dan kehadiran pemadam kebakaran.

26
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP

Ada 2 cara:
BS: British Standard
 BR 186 Prinsip Desain u/ Ventilasi Asap Di Dalam Pusat
Perbelanjaan Yang Tertutup
 BR 258 Pendekatan Desain u/ Pengendalian Asap Pada Bangunan
Atrium

NFPA: National Fire Protection Association


 NFPA 92B Sistem Manajemen Asap u/ Mal, Atrium dan Ruangan
Besar Lainnya
 SNI 03-7012-2004 (acuan NFPA 92B)

27
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
BS: RUMUS PRODUKSI ASAP

M = 0.096 Pρoy3/2(g.To/T)1/2 … (1)

Dengan ρo = 1,22 kg/m3 To = 290 K T = 1100 K


g = 9.81 m /det2 maka persamaan (1) menjadi:

M = 0,188 x P x Y3/2 ………..(2)


M = laju produksi asap (kg/det)
P = perimeter (3m x 3m)
Y = tinggi lapisan asap dari lantai

Sedang laju produksi asap dari api rancangan (3m x 3m)


ditunjukkan pada tabel pada slide berikut :

28
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
BS: LAJU PRODUKSI ASAP API RANCANGAN (3M X 3M)

Jarak dari lantai ke Laju produksi asap


bagian bawah lapisan --------------------------------------------------------------
asap, meter kg/det Volume asap pada Volume asap pada
500oC, m3/detik 20oC, m3/detik
-------------------------------------------------------------------------------------------------

2,0 6 13,1 5,0


2,5 9 19,6 7,5
3,0 12 26,2 10,0
4,0 18 39,2 14,9
5,0 25 54,5 20,7
6,0 33 71,9 27,4
8,0 51 111,2 42,3
10,0 71 154,8 58,9

-------------------------------------------------------------------------------------------------- 29
Sumber: Prof. Dr. Suprapto
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
BS: RUMUS MENENTUKAN WAKTU ASAP MEMENUHI
BANGUNAN

t = 20A/Pg1/2 x (y-1/2 – h-1/2) ….. (3)

t = waktu dalam detik


A = luas lantai bangunan atau kamar (m2)
P = keliling api (m)
y = jarak antara lantai dengan permukaan terbawah dari lapisan asap (m)
h = ketinggian bangunan (m)
g = percepatan gravitasi (9,81m/det2)

30
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
BAHAYA ASAP LEVEL ASAP DALAM RUANGAN
KECIL TINGGI RUANGAN 6M, LUAS 100M2

31
Sumber: Prof. Dr. Suprapto
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
BS: WAKTU PEMENUHAN ASAP API RANCANGAN
(3M X 3M) PADA BANGUNAN DENGAN JARAK ASAP TERTENTU
DARI LANTAI BANGUNAN

Tinggi Luas bangunan Luas bangunan Luas bangunan


bangunan 100 m2 , tinggi 1000 m2 , tinggi 10.000 m2, tinggi
(m) asap dari lantai asap dari lantai asap dari lantai
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
3 2 1,5 3 2 1,5 3 2 1,5
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
(waktu dalam detik) (waktu dalam menit) (waktu dalam menit)
4 4 11 17 0,7 1,8 2,8 6,9 18,4 28

5 7 14 20 1,2 2,3 3,3 11,5 23 33

6 9 16 22 1,5 2,6 3,6 5,0 26,5 36

8 12 19 25 2,0 3,1 4,1 20 31 41

10 14 21 27 2,3 3,5 4,4 23 35 44

15 17 24 30 2,8 4,0 4,9 28 40 49,5


32
Sumber: Prof. Dr. Suprapto
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
NFPA 92B: RUMUS PENGISIAN ASAP SNI 03-7012-2004 : SISTEM
MANAGEMEN ASAP DI MAL, ATRIUM DAN RUANGAN
BERVOLUME BESAR
Persamaan empiris pengisian asap  
untuk kebakaran STEADY:  1 / 3 4 / 3 
z tQ H  (1)
 Cef 1 - 0.28 
H A
 
 2 
Dimana:  H 
z = ketinggian indikasi awal asap diatas
api, m (ft)
H = ketinggian langit-langit, m (ft)
t = waktu, (s) AH 4 / 3  1  z 
t  2  1/ 3 exp   Cef 1   (2)
Q = laju pelepasan kalor kebakaran H Q  0.28  H 
steady, kW (Btu/s);
A = penampang luas atrium, m2 (ft2)
Cef1 = 1.11 (0.67)

Persamaan didapat dari korelasi percobaan dan adalah cocok untuk kondisi
berikut:
A = konstan terhadap H
0.2 ≤ z/H ≤ 1
0.9 ≤ A/H2 ≤ 14 33
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
NFPA 92B: RUMUS PENGISIAN ASAP SNI 03-7012-2004 : SISTEM
MANAGEMEN ASAP DI MAL, ATRIUM DAN RUANGAN
BERVOLUME BESAR

34
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
NFPA 92B: RUMUS PENGISIAN ASAP SNI 03-7012-2004 : SISTEM
MANAGEMEN ASAP DI MAL, ATRIUM DAN RUANGAN
BERVOLUME BESAR
Persamaan empiris pengisian asap
untuk kebakaran UNSTEADY: 1.45
  2 / 5  4 / 5  A  3 / 5  (3)
z
 Cef 2 ttg H  2  
H   H  
Dimana:
z = ketinggian indikasi awal asap diatas 3/ 5 0.69
 A   z 
api, m (ft); t  Cef 3t g2 / 5 H 4 / 5  2    (4)
H = ketinggian langit-langit, m (ft); H  H
t = waktu, s (s);
Tg = waktu tumbuh, s (s);
A = penampang luas atrium, m2 (ft2)
Cef2 = 0.91 (0.23)
Cef3 = 0.937 (0.363)

Persamaan didapat dari korelasi percobaan dan adalah cocok untuk kondisi
berikut:
A = konstan terhadap H
0.2 ≤ z/H ≤ 1
0.9 ≤ A/H2 ≤ 14 35
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
NFPA 92B: RUMUS PENGISIAN ASAP SNI 03-7012-2004 : SISTEM
MANAGEMEN ASAP DI MAL, ATRIUM DAN RUANGAN
BERVOLUME BESAR
Persamaan-persamaan plume axisimetrik dapat dipakai:

Aliran masa: .
  Ca1Q c1/ 3 z 5 / 3  Ca9Q c
m untuk z ≥ zl, (5)

dan
m  Ca10Q c3 / 5 z untuk z < zl (6)

Dimana:
m = aliran massa dalam plume axisimetrik pada ketinggian z, kg/s (lb/s);
Qc = laju pelepasan kalor konvektif kebakaran, kW (Btu/det);
z = tinggi diatas bahan bakar, m(ft);
z1 = tinggi nyala api, m(ft);
Ca1 = 0.071 (0.022);
Ca9 = 0.0018 (0.0042);
Ca10 = 0.032 (0.0208).

Bila persamaan plume axisimetrik tidak sesuai, dapat dipakai persamaan plume
luapan balkon atau plume jendela. 36
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
NFPA 92B: RUMUS PENGISIAN ASAP SNI 03-7012-2004 : SISTEM
MANAGEMEN ASAP DI MAL, ATRIUM DAN RUANGAN
BERVOLUME BESAR

z1  Ca 6Q c2 / 5
Tinggi nyala api:
(7)
Dimana:
z1 = tinggi nyala api, m (ft);
Qc = laju pelepasan kalor konvektif, kg/s (lb/s);
Ca6 = 0.166 (0.533).

Laju pelepasan kalor konvektif: Q c   c Q (8)

Q c 1   
Ts  To 
Temperatur asap:
(9)
Dimana: m C p
Ts = temperatur asap, °C (°F);
To = temperatur ambien, °C (°F);
m = aliran masa udara yang dibuang, kg/s (lb/s);

Cp = kalor spesifik gas-gas dari plume, kJ/kg °C (Btu/lb °F); 37


η = pecahan perpindahan kalor dinding, 0.3 ― 0.7 (tak berdimensi).
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
NFPA 92B: RUMUS PENGISIAN ASAP SNI 03-7012-2004 : SISTEM
MANAGEMEN ASAP DI MAL, ATRIUM DAN RUANGAN
BERVOLUME BESAR

Densitas gas pembuangan: p (10)


Dimana: s 
ρs = densitas gas pembuangan, kg/m3 ( lb/ft3); RTs
p = tekanan atmosfir, Pa (lbf/ft2);
R = konstanta gas, J/kg K (ft lbf/lbm °R); atau:
Ts = temperatur absolut gas pembuangan, K (°R).
Tr
ρr = densitas pada temperatur referensi, kg/m3 ( lb/ft3); s  r (11)
Tr = temperatur referensi absolut, K (°R). Ts

 m
Aliran volumetrik gas pembuangan dalam plume : V  C fl (12)
p
Dimana:
m = laju aliran udara pembuangan, kg/s (lb/s);
V = laju volumetrik gas pembuangan, m3/s (cfm);
ρp = densitas gas pembuangan, kg/m3 ( lb/ft3);
38
Cvf = 1 (60).
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
NFPA 92B: RUMUS PENGISIAN ASAP SNI 03-7012-2004 : SISTEM
MANAGEMEN ASAP DI MAL, ATRIUM DAN RUANGAN
BERVOLUME BESAR
Metoda Pengendalian Asap Untuk Ruang Bervolume Besar

Rumus Aljabar
Kebakaran Untuk Perhitungan
Pendekatan
Rancangan Perhitungan Waktu Evakuasi
Transportasi Asap

Steady (Mantap) Diperlukan


Analisa pengisian Rumus (1)
asap terhadap
Unsteady (Tidak
waktu evakuasi Rumus (3) Diperlukan
mantap)

Pembuangan asap
mekanik untuk
memperoleh Steady (Mantap) Rumus (5), (6) Tidak diiperlukan
ketinggian lapisan
asap konstan

Analisa Steady (Mantap) Rumus (5), (6) Diperlukan


pembuangan asap
mekanik terhadap
Unsteady (Tidak
waktu evakuasi Rumus (5), (6) Diperlukan 39
mantap)
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
UKURAN KEBAKARAN DALAM DESAIN
BS: British Standard
 Menggunakan statistik kebakaran di Inggris kebakaran yg paling mungkin
di bangunan eceran/mal
 Besar kebakaran 5 MW ukuran 3 x 3 meter dan bangunan bersprinkler,
digunakan sebagai dasar

NFPA: Rancangan besar kebakaran steady untuk atria

kW Btu/s

Kebakaran minimum u/ atrium dengan bahan bakar terbatas 2.000 1.900

Kebakaran minimum u/ atrium dengan bahan mudah terbakar 5.000 4.700

Kebakaran besar 25.000 24.000


Klote, 1994

40
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
NFPA: Rancangan besar kebakaran unsteady
Banyak kebakaran mulai dari penyalaan dengan pertumbuhan lambat dan tidak rata diikuti dengan pertumbuhan
tetap, dan sering dinyatakan oleh sebuah persamaan parabola yang di-idealisasikan. Kebakaran semacam ini
disebut juga kebakaran t2. Untuk atria, perioda inkubasi tidak perlu dan persamaan ini menjadi Q = αt2

41
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
UDARA PENGGANTI (Inlet/ Make Up Air)

 Udara pengganti penting ada kalau tidak maka sistem tidak berfungsi.
 Untuk aliran steady, aliran masa udara atau asap yang dibuang dari puncak
bangunan sama dengan aliran udara masuk di bawah lapisan asap. Aliran udara
masuk ke atrium ini disebut udara pengganti atau makeup air.
 Udara pengganti atau makeup air ini dapat disuplai secara alami atau oleh tenaga
fan.
 Udara pengganti atau makeup air yang disuplai oleh fan sering lebih kecil dari laju
aliran udara pembuangan dan sisanya secara alami mengalir melalui bukaan atau
jalur kebocoran.
 Udara pengganti atau makeup air alami yang mengalir melalui bukaan seperti pintu
terbuka dan ven, dan jalur aliran udaranya dapat menjadi kombinasi kompleks dari
kamar-kamar dan koridor.
 Kecepatan dari udara pengganti atau makeup air tidak boleh merusak tubuh plume
asap atau secara signifikan mendefleksi plume pada suatu sudut. Dengan
menjaga kecepatan pada atau di bawah 1 m/s (200 fpm) maka dapat dihindari
kerusakan dari plume.

42
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
KONTROL

 Dalam keadaan darurat harus beroperasi secara cepat dan otomatis.


 Dilengkapi operasi manual untuk inspeksi, tes dan pemeliharaan.
 Aktivasi pada saat pertama dari deteksi asap pada zona pengendalian
asap, atau aktivasi sistem sprinkler otomatis.
 Semua kabel listrik untuk daya dan kontrol pada sistem ventilasi asap
harus tahan panas, dan mendapat pasokan dari sebuah generator
keadaan darurat. .
 Untuk sistem ventilasi asap alami, ven harus:
a. pada posisi “terbuka” bila terjadi kegagalan daya/sistem;
b. dan ditempatkan sedemikian agar tidak dipengaruhi secara merugikan
oleh tekanan angin positif. .

43
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
KONTROL
MASALAH STRATIFIKASI DAN DETEKSI ASAP

• Sering suatu lapisan udara panas terbentuk


di langit-langit atrium sebagai akibat dari
radiasi panas matahari. Temperatur lapisan
udara panas tersebut dapat melebihi 50oC.
Lapisan ini disebut lapisan pre-stratifikasi.
• Bila temperatur rata-rata dari plume / awan
asap lebih kecil dari lapisan pre-stratifikasi,
maka asap akan membentuk lapisan
terstratifikasi dibawahnya.
• Jadi bila ada sebuah lapisan pre-stratifikasi,
asap tidak akan mencapai langit-langit, dan
detektor asap yang terpasang disitu tidak
dapat diharapkan untuk memberikan alarm.
Detektor asap jenis berkas cahaya dapat
mengatasi keterbatasan detektor asap yang
dipasang di langit-langit.
44
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
REGULASI & STANDAR YANG RELEVAN

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008 Tentang


Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Dan Lingkungan
 Draft Pergub Ventilasi dan Pengendalian Asap Kebakaran dari Perda DKI
Jakarta No. 8 Th. 2008 Tentang Penanggulangan Kebakaran
 SNI 03-6571-2001 : Sistem Pengendalian asap Kebakaran pada
Bangunan Gedung (Acuan NFPA 92A Recommended Practice for Smoke-
Control Systems)
 SNI 03-7012-2004 : Sistem Managemen asap di mal, atrium dan ruangan
bervolume besar (Acuan NFPA 92B Guide for Smoke Management
Systems in Malls, Atria, and Large Areas)
 BRE 186 - Design Principles For Smoke Ventilation In Enclosed Shopping
Centres, atau BR 258 - Design Approaches for Smoke Control in Atrium
Buildings, laporan yang diterbitkan oleh Fire Research Station, Building
Research Establishment, UK.
45
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
MEMILIH VENTILATOR ASAP

 Asap dapat diventilasi secara alamiah atau mekanis. Pilihan tergantung


pada hakekat kebakaran dan bangunan dimana kebakaran terjadi.
 Untuk sistem ventilasi asap alami, ven harus pada posisi “terbuka” bila
terjadi kegagalan daya/sistem.
 Sistem ventilasi alami sangat terpengaruh oleh kondisi cuaca,
temperatur udara luar dan arah angin.
 Ventilasi mekanis dengan fan bertenaga listrik lebih disukai karena
memberikan tekanan positif terhadap luar bangunan
 Semua kabel listrik untuk daya dan kontrol pada sistem ventilasi asap
harus tahan panas, dan mendapat pasokan dari sebuah generator
keadaan darurat. .
 Semua komponen ventilasi mekanis (motor, kerangka, kipas) harus
harus mampu beroperasi terus menerus pada temperatur 250 derajat
Celsius selama 1 (satu) jam.
46
REFERENSI
1. Perda 8 / 2008 DKI Jakarta tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran.
2. SNI 03-1736-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi
Pasif Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
3. NFPA 80A, Recommended Practice for Protection of Buildings from
Exterior Fire Exposures.
4. NFPA Fire Protection Handbook 19th Edition.
5. SFPE Handbook of Fire Protection Engineering 2002.
6. Consolidated Model of Fire and Smoke Transport, CFAST, NIST.
7. Fire Dynamics Simulator (FDS) & Smokeview (SMV), NIST.

47
KOMENTAR ANDA

1. Diskusi
2. Pertanyaan?

48
KOMENTAR ANDA

49
KOMENTAR ANDA

50
KOMENTAR ANDA & DISKUSI

51
KOMENTAR ANDA & DISKUSI

52
KOMENTAR ANDA & DISKUSI

53
KOMENTAR ANDA & DISKUSI

54
KOMENTAR ANDA & DISKUSI

55
KOMENTAR ANDA & DISKUSI

56

Anda mungkin juga menyukai