Anda di halaman 1dari 63

KONSEP DASAR SERIBU HARI PERTAMA

KEHIDUPAN (1000 HPK)

Rayna Anita, SKM.MPH


Dinkes Prov. Kalbar

Disampaikan dalam Pertemuan Lintas Sektor dan Lintas Program


Ketapang, 18 Desember 2018
SISTEMATIKA PENYAJIAN
PENDAHULUAN

GAMBARAN MASALAH GIZI

PENTINGNYA 1000 HPK

INTERVENSI DALAM 1000 HPK

PENUTUP
PENDAHULUAN
KESEHATAN

Lingkungan KEADAAN SEHAT,


BAIK SECARA FISIK,
Genetik MENTAL,
keturunan SPRITUAL MAUPUN
SOSIAL YANG
Pelayanan MEMUNGKINKAN
kesehatan SETIAP ORANG UNTUK
HIDUP PRODUKTIF
Perilaku Individu/ SECARA SOSIAL DAN
Keluarga/ EKONOMIS
Masyarakat (UU 36/THN 2009)
HAK DAN KEWAJIBAN UNTUK SEHAT
(UU No. 36 Tahun 2009)

HAK KEWAJIBAN
GAMBARAN MASALAH GIZI
SITUASI GIZI DI INDONESIA

KEKURANGAN GIZI KELEBIHAN GIZI

Gemuk
KVA
controlled emerging 4,6%
GAKI (PSG,2017)

17,8% (PSG,2017) PTM


Gizi Kurang
• Diabetes Melitus 2,1% • Stroke 12,1%
29,6% Stunting un-finished • Gagal Ginjal 0,2%
• Jantung Koroner 1,5%
• Hipertensi 25,8%
• Kanker 1,4%
(PSG,2017)

Anemia 37,1% bumil


28,1%balita 7
(Riskesdas, 2013)
TREND MASALAH GIZI BALITA
RISKESDAS 2007 - 2013
DI INDONESIA PEMANTAUAN STATUS GIZI
2014-2017

35
28.9 29 29.6
30 27.5

25

MASALAH GIZI
MASYARAKAT
19.3 18.8
20 17.8 17.8

15 11.8 11.9 11.1


9.5
10
5.5 5.3 4.3 4.6
5

0
2014 2015 2016 2017

Stunting Underweight Wasting Overweight

8
17 negara, diantara 117 negara dengan tiga masalah gizi balita :
STUNTING, WASTING dan OVERWEIGHT

Albania
Bhutan Azerbaijan

INDONESIA juga termasuk di dalam 47 negara Syria Arab Rep. Iraq


dari 122 negara yang mempunyai masalah
Stunting pd Balita dan Anemia pada WUS
Posisi Indonesia untuk cakupan 3 Intervensi
(IMD, ASI eksklusif, TTD u/Ibu Hamil) Indonesia Papua
masih RENDAH New Guinea
Zambia Sao Tome & Mozambique
Principe

Benin Comoros Botswana

Djibouti Egypt Sierra Leone

Libya
SITUASI BEBAN GIZI GANDA DI INDONESIA
MASALAH KURANG GIZI MASALAH KELEBIHAN GIZI

37.1% Ibu Hamil 11.8 Balita


Anemia Overweight/Obese
24.2 % Ibu Hamil KEK

32.9% WUS Obesitas


10.8% BBLR 26.6% Pria Dewasa
Obesitas
37.2% Balita
Stunting
12.1% Balita Meningkatnya persentase
Wasting penyakit tidak menular
19.6 Balita (penyakit terkait gizi/pola
Underweight makan) :
20.8% WUS 15 – 49 KEK -Diabetes meningkat 50%
Hipertensi meningkat 25%
46.6% Rematri 15 -19 KEK
Stroke meningkat 50% 10
Sumber: Riskesdas 2013
TREND STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2014-2016)

Hasil

• Sampling 134 Kab/Kota


2014 • N: 39.168 Masih menjadi
MASALAH GIZI
• 496 Kab/Kota MASYARAKAT
2015 • N: 165.523

• 514 kab/kota
2016 • N: 165.085

Ket: WHO 2010 cut off


PENYEBAB MASALAH GIZI
Rendahnaya akess
Rendahnya akses terhadap
terhadap POLA ASUH PELAYANAN
MAKANAN yaang kurang baik
KESEHATAN
teruatama pada perilaku
dari segi jumlah dan
dan praktek pemberian termasuk akses
makan bayi dan anak sanitasi dan air bersih
kualitas gizi

AKAR MASALAH
Potitik, sosial dan Kemiskinan Kurangnya Degradasi
budaya pemberdayaan Lingkungan 12
perempuan
Praktek Pemberian Makan yang tidak adekuat merupakan salah
satu faktor penyebab terjadinya stunting

38% 1 dari 4
bayi
Mendapatkan ASI Eksklusif 6 bln
Hanya 38% bayi baru lahir (Sirkesnas, 2015)

mendapatkan IMD < 1jam


setelah lahir (Sirkesnas, 2015)

45% bayi 0 – 5 bulan 1 dari 2


mendapatkan ASI Bayi
Sudah diberi susu formula pada 6
Eksklusif (Susenas, bulan petama kehidupannya (SDKI,
2015) 2012)
(SDKI, 2012)
13
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0 -5 bulan
berdasarkan Provinsi
Hanya 9 Provinsi dengan cakupan di atas 50 %

14
Pemberian Makanan Pendamping ASI > 6 bulan
masih belum memenuhi syarat
Hanya 23% bayi dari kelompok miskin yang
mendapatkan makanan pendamping yang
adekuat

Kurang dari 40% balita mendapatkan


makanan pendamping ASI yang cukup dari
segi jumlah, frekuensi, dan keragaman
jenis pangan Pada kelompok paling kaya (Q5) pun hanya 50%
Persentasi Bayi dengan ASI cenderung lebih rendah bayi yang mendaptkan makanan pendamping yang
mendapatkan makanan pendamping asi yang adekuat adekuat

Sumber: SDKI, 2012 15


Masalah Gizi Ibu….?
Proporsi ibu KEK cukup tinggi, Anemia pada bumil tetap tinggi
Pada Bumil dan Remaja (SKRT 2001, RISKESDAS 2013)

24,1%
Proporsi Ibu Hamil di Indonesia
Menurut Tingkat Kecukupan Energi dan Karakteristik

Sumber: SDT 2014


Proporsi Ibu Hamil di Indonesia
Menurut Tingkat Kecukupan Protein dan Karakteristik

Sumber: SDT 2014


PENTING…

Kurang lebih 70-80% ibu


hamil, yang tinggal di
desa/kota – miskin/kaya,
belum tercukupi konsumsi
energi dan proteinnya
PRAKTIK KONSUMSI MAKAN IBU HAMIL
• Sekitar 43% ibu
mengonsumsi makanan
kurang dari 3 kali per hari
pada saat hamil • Masih dijumpai pantangan
makanan bagi ibu hamil yang
• 35% mengaku makan lebih merugikan dari segi gizi
sedikit jumlahnya terutama • Pantangan makanan sumber
pada trimester 1 kehamilan protein hewani (gurita/cumi)
dengan alasan mual • Takut bayi terlilit, bayi tidak
bersih/bercak, atau melahirkan
sulit)
*hasil formative research Kemenkes-
MCAI, 2014 20
FAKTOR RISIKO MASALAH GIZI DI INDONESIA
PERUBAHAN POLA KONSUMSI MAKAN
DARI MAKANAN RUMAH KE MAKANAN JADI
Beralih ke Makanan Jadi
Perkembangan Pola Pengeluaran Makanan Rumah Tangga Indonesia, 1999–2013
100%
Umbi-umbian
Rendahnya Proporsi aktivitas 90% Konsumsi lainnya
fisik (26,1 % penduduk) 80% Bumbu-bumbuan
Buah-buahan
70%
Daging
60% Kacang-kacangan
50% Telur dan susu
Kebiasaan Merokok Minyak dan lemak
40%
< 18 th (7,2 %) Bahan minuman
30% Tembakau dan sirih
> 15 th 6(36,3%)
20% Ikan
Sayur-sayuran
10%
Makanan jadi*
0% Padi-padian
Sep
1999 2002 06 13
Proporsi penduduk > 10 th
dengan konsumsi sayur dan Sumber: Badan Pusat Statistik, Dimodifikasi
buah rendah (93,5%)
TREND STUNTING MENURUT PROVINSI
(PSG TAHUN 2016-2017)
Perbandingan Prevalensi Balita Underweight (BB/U)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017
Perbandingan Prevalensi Baduta Underweight (BB/U)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017
Perbandingan Prevalensi Balita Wasted (BB/TB)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017
Perbandingan Prevalensi Baduta Wasted (BB/TB)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017
Perbandingan Prevalensi Balita Stunted (TB/U)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017
Perbandingan Prevalensi Baduta Stunted (TB/U)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017
Perbandingan masalah gizi
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2016 - 2017
BB/U BB/TB TB/U
KAB/KOTA
BALITA BADUTA BALITA BADUTA BALITA BADUTA
SAMBAS
BENGKAYANG
LANDAK
MEMPAWAH
SANGGAU
KETAPANG
SINTANG
KAPUAS HULU
SEKADAU
MELAWI
KAYONG UTARA
KUBU RAYA
KOTA PONTIANAK
KOTA SINGKAWANG
PROV KALBAR
Trend besaran mslh gizi prov Kalbar,
PSG 2015 - 2017
Prevalensi
Indikator
2015 2016 2017

BB/U (Kurang+Buruk) 25,3 27,5 26,0

TB/U (Pendek+Sangat pendek) 34,1 34,9 36,5

BB/TB (Gemuk) 5,5 4,8 4,6

BB/TB (Kurus+Sangat kurus) 14,8 14,4 13,2


Besaran masalah gizi
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2017
Kab/Kota Buruk+Krg Pendek+SP Gemuk Kurus+SK

SAMBAS 23,7 37,0 5,1 11,1

BENGKAYANG 30,1 39,6 4,7 11,3

LANDAK 26,5 33,2 5,4 21,0

MEMPAWAH 25,9 35,2 5,8 15,5

SANGGAU 30,2 43,0 5,3 12,8

KETAPANG 25,0 32,9 9,5 13,8

SINTANG 29,6 44,1 4,7 12,1

KAPUAS HULU 33,6 40,3 4,1 20,5

SEKADAU 31,0 44,1 9,7 14,0

MELAWI 23,6 37,9 5,5 14,8

KAYONG UTARA 22,7 33,8 3,9 13,2

KUBU RAYA 19,5 34,8 4,6 8,5

KOTA PONTIANAK 21,7 28,4 3,2 11,3

KOTA SINGKAWANG 30,8 31,2 3,8 13,5

PROV KALBAR 26,0 36,5 5,3 13,2


PENTINGNYA 1000 HPK
Mengapa 1000 HPK, Penting?

34
35
DAMPAK AKIBAT GANGGUAN GIZI PADA MASA JANIN
Stunting disebabkan oleh Faktor Multi Dimensi
Intervensi paling menentukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

1. Praktek pengasuhan yang tidak baik


• Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan
• 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI ekslusif
• 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima MP-ASI

2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care,


Post Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas
• 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di PAUD*
• 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai
• Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013)
• Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi

3. Kurangnya akses ke makanan begizi**


• 1 dari 3 ibu hamil anemia
*PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini • Makanan bergizi mahal
**Komoditas makanan di Jakarta 94% lebih
mahal dibanding dengan di New Delhi, India.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
Buah dan sayuran di Indonesia lebih mahal
dari di Singapura. • 1 dari 5 rumah tangga masih BAB diruang terbuka
Sumber: RISKESDAS 2013, SDKI 2012,
• 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses
SUSENAS berbagai tahun ke air minum bersih

Sumber: Kemenkes dan Bank Dunia (2017)


Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit,
menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan
Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan bahwa
Sel Otak pada Anak Normal dan Stunted stunting….

Menghambat Pertumbuhan Ekonomi dan Produktivitas Pasar


kerja
Hilangnya 11% GDP
Mengurangi
pendapatan pekerja
dewasa hingga 20%

2 Singapura Tingkat ‘Kecerdasan’ Anak


Indonesia
17 Vietnam di urutan 64 terendah dari 65
Memperburuk kesenjangan/inequality
negara*
50 Thailand Mengurangi 10% dari Kemiskinan
total pendapatan seumur hidup antar-generasi
52 Malaysia

64 Indonesia

*Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA (Organisation for Economic Co-
operation and Development - Programme for International Student Assessment), suatu organisasi
global bergengsi, terhadap kompetensi 510.000 pelajar usia 15 tahun dari 65 negara, termasuk Sumber: diolah dari laporan World Bank Investing in
Indonesia, dalam bidang membaca, matematika, dan science. Early Years brief, 2016
KONSEP PENANGGULANGAN STUNTING

PENCEGAHAN PENANGANAN

STIMULASI –
1000 HARI
PENGASUHAN DAN
PERTAMA
PENDIDIKAN
KEHIDUPAN (HPK)
BERKELANJUTAN
INTERVENSI DALAM 1000 HPK
POLA PEMBERIAN MAKAN TERBAIK
BAGI BAYI DAN ANAK
a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir
dalam satu jam pertama, dilanjutkan dengan rawat
gabung
b. Memberikan hanya air susu ibu saja sejak lahir
sampai bayi berumur 6 bulan
c. Memberikan makanan pendamping air susu ibu
(MP-ASI) mulai umur 6 bulan
d. Menyusui dilanjutkan
Sumber: Global sampai
Strategy on Infant and anak
Young Chlid Feeding, berumur
WHO/UNICEF 2002 24
1. Proses Menyusui dimulai 2. Hanya ASI selama 6bln (
secepatnya (IMD) ASI Eks)

WHA No 55.25
thn 2002

3. MP ASI Makanan 4. ASI diteruskan sampai


keluarga sth 6bln 2thn atau lebih

42
bayi
mamalia
dengan
induknya

ASI
adalah
Spesifik Materi Peningkatan Pemberian ASI
Temu Kader Posyandu, 30 Mei 2009 43
2 SELAMA ENAM BULAN PERTAMA
BAYI HANYA MEMBUTUHKAN ASI
 ASI menyediakan seluruh makanan dan
cairan yang dibutuhkan bayi ibu selama
6 bulan pertama
 Jangan berikan apapun selain ASI
,bahkan air putih,kepada bayi selama 6
bulan pertama
 Memberikan bayi makanan lain selain
ASI akan menyebabkan bayi malas
menyusu dan akan mengurangi jumlah
produksi ASI
 Ibu bisa memberikan obat jika memang
dianjurkan petugas kesehatan
BERIKAN MP-ASI SAAT BAYI
BERUSIA 6 BULAN

 Dimulai saat usia 6 bulan,


ASI masih tetap dilanjutkan
Yang perlu diperhatikan :
1.Frekuensi : berikan makan
pda bayi 2 x sehari.
2.Berikan 2-3 sendok setiap
makan (pengenal rasa)
3.Variasi; mulai dari makanan
pokok
4.Pemberian makan
aktif/Responsif
4 LANJUTKAN PEMBERIAN ASI SAMPAI USIA 2
TAHUN ATAU LEBIH
 he American Academy of Family Physicians menyatakan bahwa anak
yang disapih sebelum umur 2 tahun berisiko lebih besar untuk
terkena penyakit. 1986)
 menyatakan bahwa anak yang menyusu diantara umur 16-30 bulan
lebih jarang sakit dan jikalau terkena penyakit, durasi sakitnya pun
lebih pendek. Goldman 1983, Goldman & Goldblum 1983, Institute
of Medicine 1991)
 “Zat Antibodi banyak terdapat di dalam ASI pada saat menyusu”.
Faktanya faktor imunitas meningkat pada tahun kedua dan pada saat
menyapih.
 WHO menyatakan, “sedikit penambahan pada tingkat menyusui
dapat mengurangi tingkat kematian anak dibawah lima tahun
sebesar sepuluh persen. Menyusui berperan penting dan terkadang
diremehkan pada penanganan dan pencegahan penyakit anak
anak.”
 mengurangi risiko kanker rahim
 mengurangi risiko kanker payudara
 mengurangi risiko kanker uterus
 mengurangi risiko kanker endometriosis
 bagi beberapa wanita dapat menunda
kesuburan (dengan catatan blm kembali haid)
 melindungi dari resiko osteoporosis
 mengurangi resiko Artritis reumatoid (penyakit
yang menyerang persendian)
KEUNTUNGAN BAGI IBU YG
 MENYUSUI DUA TAHUN
mengurangi kebutuhan insulin bagi wanita
ATAU LEBIH
yang menderita diabetes
 dapat menurunkan berat badan
Harga 1 kaleng formula Rp 65.500 .
Bayi lahir di Indonesia 5 juta per tahun
Biaya 6 bulan formula untuk bayi2 ini :
5 juta x 55 kaleng (a 400 grm) x Rp 65,500 = Rp
18 , 012 Triliun

 Tiap bayi memerlukan sekitar Rp.3,6 juta dlm 6


bln (Rp.600.000/bln). Ini merupakan lebih dari
100% dari keluarga berpendapatan Rp 500.000
perbulan ( Rp 3 juta / 6 bln)

48
IMPLEMENTASI GERNAS
PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI
MELALUI
Perpres No. 42 tahun
1000 HPK
2013 tentang
Gerakan Nasional
Percepatan
upayaPerbaikan
penggalangan Gizi
partisipasi
dan kepedulian pemangku
kepentingan secara terencana
dan terkoordinir untuk
percepatan perbaikan gizi
pada 1000 hari perta
kehidupan.
MULTI SEKTOR PENANGGULANGAN MASALAH GIZI
KETERKAITAN ANTAR POLA MAKAN-POLA ASUH- SANITASI DAN AIR BERSIH
Rendahnya akses Rendahnya akses
POLA ASUH
terhadap terhadap
yang kurang baik
MAKANAN terutama pada PELAYANAN
perilaku dan praktek
dari segi jumlah KESEHATAN
pemberian makan
dan kualitas gizi bayi dan anak termasuk akses
sanitasi dan air
bersih

AKAR MASALAH
Politik, sosial dan Kurangnya Degradasi
Kemiskinan
budaya pemberdayaan Lingkungan
perempuan 50
Kebijakan dalam Percepatan Perbaikan Gizi
Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Percepatan Perbaikan Gizi
1. Penurunan stunting fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
2. Pendekatan multisektor

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
1. Aktivitas fisik
2. Konsumsi makanan sehat
3. Deteksi dini
4. Lingkungan sehat
5. Pendidikan kesehatan
6. Pola hidup sehat

Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi
1. Ketersediaan pangan
2. Keterjangkauan pangan
3. Pemanfaatan pangan
4. Perbaikan gizi masyarakat
5. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi
KEBIJAKAN NASIONAL
5 PILAR MULTISEKTOR PENANGGULANGAN STUNTING
PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5
Kampanye Konvergensi,
Komitmen dan Nasional Koordinasi, dan Mendorong Pemantauan
Berfokus pada
Visi Pimpinan Konsolidasi Kebijakan dan Evaluasi
pemahaman,
Tertinggi perubahan Program “Nutritional
Negara perilaku, Nasional, Food Security”
komitmen politik Daerah, dan
dan Masyarakat
akuntabilitas

INTERVENSI GIZI SPESIFIK INTERVENSI GIZI SENSITIF

TUMBUH KEMBANG ANAK YANG MAKSIMAL


(dengan kemampuan emosional, sosial dan fisik siap untuk belajar, berinovasi
dan berkompetisi)

MENGURANGI
MENINGKATKAN DAYA SAING
KESENJANGAN/INEQUALITY
Intervensi Spesifik dan Sensitif

Intervensi yang ditujukan kepada anak


dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan

1
Intervensi Gizi Spesifik (HPK). Kegiatan ini umumnya dilakukan
(berkontribusi 30%) oleh sektor kesehatan. Intervensi spesifik
bersifat jangka pendek, hasilnya dapat
dicatat dalam waktu relatif pendek.

Intervensi yang ditujukan melalui berbagai


Intervensi Gizi

2
kegiatan pembangunan diluar sektor
Sensitif
kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat
(berkontribusi 70%)
umum, tidak khusus untuk 1.000 HPK.
Intervensi Gizi Spesifik
1. Ibu hamil 6. Lansia
• Konseling gizi
 Suplementasi besi folat • Pelayanan gizi
 PMT ibu hamil KEK Lansia
2.Ibu Menyusui 

Penanggulangan kecacingan
Suplemen kalsium
5. Remaja & Usia
Kepada ibu menyusui
 Promosi menyusui / ASI
produktif
Eksklusif
 Konseling Menyusui
• Kespro remaja
• Konseling: Gizi
• Suplementasi Fe
3.Bayi & Balita


Pemantauan pertumbuhan
Suplemen vitamin A
4. Usia sekolah
 Pemberian garam iodium
 PMT / MPASI • Penjaringan
 Fortifikasi besi dan kegiatan suplementasi • Bln Imunisasi Anak Sekolah
(Taburia)) • Upaya Kes Sekolah
 Zink untuk manajemen diare • PMT anak sekolah
 Pemberian obat cacing • Promosi MJAS di sekolah

54
UPAYA INTERVENSI GIZI SPESIFIK (1)
I. Intervensi dengan sasaran Program: Gerakan 1.000 HPK
Ibu Hamil: (Hari Pertama Kehidupan)
Pelaksana: Kementerian Kesehatan
1. Memberikan makanan
melalui Puskesmas, Balai Kesehatan
tambahan pada ibu hamil
Masyarakat dan Posyandu
untuk mengatasi Kegiatan:
kekurangan energi dan 1. Suplementasi besi folat minimal 90
protein kronis tablet
2. Mengatasi kekurangan zat 2. Periksa kehamilan minimal 4 kali
besi dan asam folat 3. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
3. Mengatasi kekurangan 4. Pemberian makanan tambahan pada
iodium ibu hamil
4. Menanggulangi kecacingan 5. Penanggulangan cacingan pada ibu
pada ibu hamil hamil
5. Melindungi ibu hamil dari 6. Pemberian kelambu dan pengobatan
Malaria bagi ibu hamil yang positif malaria
UPAYA INTERVENSI GIZI SPESIFIK (2)
II. Intervensi dengan Program: Gerakan 1.000 HPK
sasaran Ibu (Hari Pertama Kehidupan)
Menyusui dan Pelaksana: Kementerian Kesehatan melalui
Anak Usia 0-<6 Puskesmas, Balai Kesehatan Masyarakat dan
Posyandu
Bulan:
Kegiatan:
1. Mendorong
1. Persalinan ditolong oleh tenaga
inisiasi menyusui kesehatan.
dini (pemberian 2. Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
ASI 3. Promosi menyusui ASI eksklusif (konseling
jolong/colostrum) individu dan kelompok).
2. Mendorong 4. Imunisasi dasar.
pemberian ASI 5. Pantau tumbuh kembang secara rutin
Eksklusif setiap bulan.
6. Penanganan bayi sakit secara tepat.
UPAYA INTERVENSI GIZI SPESIFIK (3)

Program: Gerakan 1.000 HPK (Hari Program: Penyelenggaraan Program


III. Intervensi dengan sasaran Ibu Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pertama Kehidupan)
Menyusui dan Anak Usia 6 - Balita Gizi Kurang)
Pelaksana: Kementerian Kesehatan
23 bulan:
melalui Puskesmas, Balai Kesehatan Pelaksana: Kementerian Kesehatan melalui
1. Mendorong penerusan
Masyarakat dan Posyandu Puskesmas, Balai Kesehatan Masyarakat
pemberian ASI hingga usia 23
bulan didampingi oleh Kegiatan: dan Posyandu
pemberian MP-ASI. 1. Pemberian makanan pendamping Kegiatan:
2. Menyediakan obat cacing. (MP) ASI, ASI diteruskan sampai 1. Pembinaan Posyandu dan Penyuluhan
3. Menyediakan suplementasi usia 2 tahun atau lebih. serta penyediaan makanan pendukung
zink. 2. Pemberian kapsul vitamin A serta gizi untuk balita kurang gizi usia
4. Melakukan fortifikasi zat besi melengkapi imunisasi dasar. 6-59 bulan berbasis pangan lokal
ke dalam makanan. 3. Pemantauan tumbuh kembang (misalnya melalui Hari Makan
5. Memberikan perlindungan secara rutin setiap bulan. Anak/HMA).
terhadap malaria. 4. Penanganan anak sakit secara 2. Anggran program berasal dari Bantuan
6. Memberikan imunisasi tepat. Operasional Kesehatan (BOK) - Dana
lengkap. 5. Pemberian suplementasi zink. Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik sebesar
7. Melakukan pencegahan dan Rp.200.000.000 per tahun per
6. Pemberian obat cacing dan;
pengobatan diare.
7. Pemberian fortifikasi zat besi. Puskesmas di daerahnya masing masing.
INTERVENSI GIZI SENSITIF:
Pengarusutamaan Pembangunan Gizi pada Lintas Sektor

BKP/PERTANIAN PU
Ketahanan Air Bersih
Pangan dan & Sanitasi
Gizi
PP DAN PA
BPJS Remaja
Jaminan Perempuan
Kesehatan
Nasional

SOSIAL
AGAMA
Pendidikan
Penanggulan
BKKBN Gizi
gan
Masyarakat
Kemiskinan
DIKBUD
Keluarga
Berencana 58
58
INTERVENSI GIZI SENSITIF
1. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih.
2. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi.
3. Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan.
4. Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
7. Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.
8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal.
9. Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat.
10. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
11. Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin.
12. Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi.
PENUTUP
TANTANGAN
Masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya: periode 1000 HPK, konsumsi gizi yang sehat dan
seimbang serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Pola pikir tenaga kesehatan yang masih mengutamakan kuratif


daripada promotif dan preventif

Masih kurangnya dukungan kebijakan dan program K/L non


kesehatan dalam pembangunan kesehatan, terutama dalam
perbaikan gizi masyarakat
HARAPAN
• Peningkatan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya 1000
HPK dan implementasinya untuk mencegah masalah kesehatan dan
gizi.

• Penguatan tenaga kesehatan tentang Paradigma Sehat dan


implementasinya di lapangan.

• Advokasi, Sosialisasi dan penggalangan kemitraan antar K/L


kesehatan dan non kesehatan untuk bekerja secara terpadu dan
terintegrasi dengan tujuan pembangunan kesehatan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai