Anda di halaman 1dari 14

Non Alchoholic Fatty

Liver Disease
(Perlemakan Hati )

Dr. Zurriyani, SpPD. FINASIM


DEFINISI
 Apabila kandungan lemak di hati (sebagian besar
terdiri atas trigliserida) melebihi 5 % dari seluruh
berat hati.

 Karena pengukuran berat hati sangat sulit dan tidak


praktis, diagnosis dibuat berdasarkan analisis
spesimen biopsi jaringan hati, yaitu ditemukannya
minimal 5- 10% sel lemak dari keseluruhan hepatosit
DEFINISI
 Terminologi penyakit perlemakan hati, masih beragam
misalnya
 Perlemakan hati non alkoholik
(nonalcoholic fatty liver : NAFL)
 perlemakan hati non alkoholik
(nonalcoholic fatty liver disease: NAFLD)

perlemakan hati pada tingkat yang lebih berat.


 steatohepatitis non alkoholik (nonalcoholic
steatohepatitis : NASH)
Faktor risiko
 obesitas,
 diabetes melitus (DM)
 hipertrigliseridemia (dislipidemia)
Patogenesa
The two hit theory yang diajukan oleh Day dan James.
 Hit pertama terjadi akibat penumpukan lemak di
hepatosit karena dislipidemia, diabetes melitus, dan
obesitas.

 keadaan nonnal, asam lemak bebas dihantarkan memasuki


organ hati lewat sirkulasi darah arteri dan portal. Di dalam
hati, asam lemak bebas akan mengalami metabolisme
lebih lanjut, seperti proses re-esterifikasi menjadi
trigliserida atau digunakan untuk pembentukan lemak
lainnya.

 Peningkatan massa jaringan lemak tubuh, (obesitas


sentral, akan meningkatkan penglepasan asam lemak
bebas yang kemudian menumpuk di dalam hepatosit
Patogenesa
The two hit theory yang diajukan oleh Day dan James.
 Bertambahnya asam lemak bebas di dalam hati akan
menimbulkan peningkatan oksidasi dan esterifikasi
lemak.

 Proses ini terfokus di mitokondria sel hati sehingga


pada akhirnya akan mengakibatkan kerusakan
mitokondria itu sendiri. Inilah yang disebut sebagai
hit kedua.
Natural history of NAFLD over 8–13 years

Steatosis 8%

NASH 
1240% F1F2
fibrosis
13%
510% Advanced
14% F3
fibrosis
050%
Death/
LTx Cirrhosis
25%

2550% 7%

HCC

de Alwis NMW, Day CP. J Hepatol 2008;48:S104–12


Copyright © 2008 European Association for the Study of the Liver Terms and Conditions
Manifestasi Klinik
 Sebagian besar tidak menunjukkan gejala maupun tanda-
tanda
 rasa lemah, malaise, keluhan tidak enak dan seperti
mengganjal di perut kanan atas.
 hepatomegali merupakan satu-satunya kelainan fisis yang
didapatkan.

Umumnya pasien dengan perlemakan hati non


alkoholik ditemukan secara kebetulan pada saat dilakukan
pemeriksaan lain, misalnya dalam medical check-up.

 Sebagian lagi datang dengan komplikasi sirosis seperti


asites, perdarahan varises, atau bahkan sudah berkembang
menjadi hepatoma.
Diagnosis
 Biopsi hati merupakan baku emas (gold standard)
 Pemeriksaan laboratorium blm banyak membantu
 Biasanya diperiksa ALT dan AST....meningkat tidak lebih
dari 4 x dari angka normal
 Usg tampak bright liver
Histologi
 Secara histologis, perlemakan hati non alkoholik tidak
dapat dibedakan dengan kerusakan hati akibat alkohol.

 Gambaran biopsi hati antara lain berupa steatosis, infiltrasi


sel radang, hepatocyte ballooning dan nekrosis, nukleus
glikogen, Malloryb hyaline, dan fibrosis.

 Ditemukannya fibrosis pada perlemakan hati non


alkoholik menunjukkan kerusakan hati lebih lanjut dan
lebih berat.
Terapi
 masih terbatas
 Belum ada terapi yang secara universal dapat
dikatakan efektif,
 pengobatan lebih ditujukan pada tindakan untuk
mengontrol faktor risiko,seperti memperbaiki
resistensi insulin dan mengurangi asupan asam lemak
ke hati,
 selanjutnya baru pemakaian obat yang dianggap
memiliki potensi hepatoprotektor.
Terapi farmakologi
 Antidiabetik dan insulin sensitizer. Metformin
meningkatkan kerja insulin pada sel hati dan menurunkan
produksi glukosa hati.

 metformin 3 x 500 mg/hari selama 4 bulan didapatkan


perbaikan rata-rata SGPT, peningkatan sensitivitas insulin,
dan penurunan volume hati pada pasien yang
mendapatkan terapi metformin.

 Tiazolidindion adalah obat antidiabetik yang bekerja


sebagai ligan untuk PPARg dan memperbaiki sensitivitas
insulin pada jaringan adiposa, menghambat ekspresi leptin
dan TNFcr, konstituen yang dianggap terlibat dalam
patogenesis steatohepatitis nonalkoholik
Terapi farmakologi
 Obat anti hiperlipidemia.
 Antioksidan. diduga berpotensi untuk mencegah
progresif steatosis menjadi steatohepatitis dan fibrosis.
 vitamin E (a-tokoferol), vitamin C, betain dan N-
asetilsistein.
 Penelitian-penelitian sebelumnya telah menunjukkan
bahwa vitamin E menghambat produksi sitokin
oleh lekosit
 Hepatoprotektor. Ursodeoxycholic acid (UDCA ) adalah
asam empedu dengan banyak potensi, seperti efek
imunomodulator, pengaturan lipid, dan efek sitoproteksi

Anda mungkin juga menyukai