Anda di halaman 1dari 12

Dispepsia

DISUSUN OLEH:

Ellen Hotmian 17101105073 Dhea N. Tamuntuan 17101105050


Stevani Supit 17101105059 Desy I. Nurdin 17101105063
Falinry I. Woran 17101105054 Agata M. Kinanti 17101105071
Deva D. Jusuf 17101105072 Meldha 17101105052
Rizya Mamahit 17101105088 Niputu Ratna Sari 17101105076
Stelly Kaehe 17101105093 Tiara Mokoginta 17101105070
Puput Soleman 17101105090 I Dewa Melaniawati 17101105091
Redford Denny 17101105074 Nur Azmi Taha 17101105057
Anita Paendong 17101105081 Imanuela Z. Rompas 17101105066
Sartika Rompas 17101105085 Yosua Wonsiwor 17101105096
DISPEPSIA
Suatu gejala atau keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman
di ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah, sendawa, rasa
cepat kenyang, dan perut terasa penuh
KLASIFIKASI DISPEPSIA
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindrom dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata
terhadap organ tubuh (Herman, 2004).
a) Tukak Pada Saluran Cerna Atas
b) Gastritis
c) Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD)
d) Karsinoma
e) Pankreatitis
f) Dispepsia pada Sindrom Malabsorbsi
g) Gastroparesis
2. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non
ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa
disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan
pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (Mansjoer,
2000).
a) Sekresi Asam Lambung
b) Dismotilitas Gastrointestinal
c) Diet dan Faktor Lingkungan
d) Psikologik
PATOFISIOLOGI DISPEPSIA
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak kuat baik
makanan maupun cairan.
Gejala Dispepsia
• Perut kembung
• Sensasi panas di dada atau heart burn, biasanya terjadi tepat setelah makan dan dapat bertahan
selama beberapa jam. Rasa nyeri ini akan bertambah ketika pasien berbaring atau membungkuk
• Nyeri bagian ulu hati
• Sering bersendawa, yang disebabkan oleh naiknya asam lambung, sering menyertai nyeri ulu hati
• Sensasi panas pada perut
• Sering merasa lapar
• Nafsu makan menurun diakibatkan rasa panas di bagian dada dan perut, serta asam lambung naik,
yang menekan keinginan untuk makan
• Perut mual
• Cepat kenyang saat makan
• Muntah
• Keluarnya cairan dari lambung (regurgitasi)
• Berat badan menurun
Gejala dispepsia selalu hadir dalam kelompok gejala, sehingga tidak ada satu gejala yang
mendominasi.
ETIOLOGI DISPEPSIA
• Peningkatan asam lambung, adanya masalah pada aliran makanan di dalam
usus, adanya perlukaan pada lambung atau yang berada pada usus halus
bagian awal, bahkan hadirnya suatu keganasan pada lambung.
• Pada kelompok orang dengan intoleransi laktosa dalam susu ataupun
produk susu (mayoritas orang Asia) hal serupa juga akan dialami. Gejala
yang sama pun akan tampak pada seseorang yang mengalami gangguan
psikologis berupa kecemasan dan depresi.
• Peminum alkohol, atau penikmat kopi serta pada pasien yang sedang
mengkonsumsi obat-obatan seperti aspirin, antibiotik, dan beberapa jenis
obat lainnya.
• Peradangan pada kantung empedu (kolesistitis) atau nyeri yang berkaitan
dengan kantung empedu ataupun salurannya (nyeri bilier).
PENATALAKSANAAN DISPEPSIA
PENGOBATAN DISPEPSIA

• Antasida
Obat ini berguna untuk melawan efek asam lambung. Contoh obatnya
adalah Alka-Seltzer, Maalox, Rolaids, Riopan, dan Mylanta. Obat-
obatan over-the-counter (OTC) ini tidak memerlukan resep dokter.
• Antagonis reseptor H-2
Obat ini mengurangi kadar asam lambung dan bertahan lebih lama dari
antasida. Namun, antasida bertindak lebih cepat. Contoh obat
antagonis reseptor H-2 termasuk Zantac, Tagamet, Pepcid, dan Axid.
• Roton Pump Inhibitor (PPI)
Contoh obat PPI termasuk Aciphex, Nexium, Prevacid, Prilosec,
Protonix, dan Zegerid. PPI sangat efektif untuk orang yang juga
menderita penyakit gastroesophageal reflux. Obat ini mengurangi asam
lambung dan lebih kuat dari antagonis reseptor H-2.
• Prokinetics
Salah satu contoh obat prokinetik adalah Reglan. Efek sampingnya
meliputi kelelahan, depresi, mengantuk, cemas, dan kejang otot.
• Antibiotik
Jika H. pylori menyebabkan ulkus peptik yang menyebabkan gangguan
pencernaan, antibiotik akan diresepkan. Efek sampingnya bisa
termasuk sakit perut, diare, dan infeksi jamur.
PENGOBATAN NON-FARMAKOLOGI
• Mengonsumsi makanan lebih sering dengan porsi lebih sedikit. Perut
yang kosong kadang dapat menyebabkan sakit perut non-ulkus. Perut
yang kosong dengan asam dapat membuat mual. Cobalah untuk
mengonsumsi camilan, seperti cracker atau buah-buahan.
• Hindari melewatkan waktu makan. Hindari porsi besar dan makan
berlebihan. Makan porsi kecil dengan lebih sering.
• Hindari makanan yang dapat memicu sakit perut non-ulkus, seperti
makanan berlemak dan pedas, asam, minuman bersoda, kafein, juga
alkohol.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai