Anda di halaman 1dari 46

DHF

Pembimbing:
dr. Resita., Sp.A

Disusun Oleh:
Mega Ayu Lestari
114170039

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNSWAGATI/RSUD WALED
CIREBON
2019
IDENTITAS

IDENTITAS PASIEN IDENTITAS ORANG TUA

Nama ayah : Tn. B


Nama : An. C Umur : 36tahun
Umur : 8 tahun 6 bulan Pendidikan terakhir : SMA
Jenis kelami : Perempuan Pekerjaan : Wirausaha
Tanggal lahir : 12Mei 2011 Nama ibu : Ny. M
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara Umur : 34 tahun
Alamat : Ds. Barisan, Losari Pendidikanterakhir : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
ANAMNESIS

Keluhan Utama

• Demam sejak 4 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang


• 4 hari smrs
• 1 hari smrs
• Pasien anak perempuan berusia 8 tahun 6 bulan, dibawa ke UGD RSUD Waled
oleh orangtuanya dengan keluhan demam. Pasien demam sejak 4 hari yang
lalu, demam timbul mendadak dan dirasakan terus menerus. Satu hari
sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan demamnya semakin tinggi dan
pasien mulai merasakan sakit kepala.
ANAMNESIS

• Demam juga disertai mual dan muntah yang dirasakan sejak kurang lebih 4
hari yang lalu, pasien muntah setiap kali makan kurang lebih sebanyak 2x
dalam sehari, berisi cairan dan makanan yang dikonsumsi oleh pasien.
Pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hatinya. Pasien mengalami mimisan
2x sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengeluh nyeri pada seluruh
badan. Pasien sempat minum obat penurun panas namun demam tidak
juga turun.

Riwayat Penyakit Dahulu

• Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.


ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Keluarga

• Tidak ada anggota keluarga lain dengan keluhan serupa.

Riwayat Pribadi dan sosial

• Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Pasien tinggal dengan


ayah,ibu dan 1 saudara kandungnya (adik pasien). Lingkungan tempat
tinggal pasien padat penduduk. Rumah pasien cukup bersih. Tidak
terdapat genangan air di sekitar rumah, namun di samping rumah pasien
banyak pepohohan.Aliran got terbuka, lancar, sedikt bau. Pasien sudah
bisa makan dan minum sendiri tidak disuapi oleh orang tuanya. Pasien dan
keluarga minum dari air isi ulang yang tidak bermerek.
ANAMNESIS

Riwayat Kehamilan

• Ketika hamil ibu pasien rajin melakukan pemeriksaan kehamilan di Bidan.


Pada usia kehamilan trimester I ibu pasien melakukan kontrol sebanyak 1x
dalam 2 bulan. Pada usia kehamilan trimester II ibu pasien melakukan
kontrol sebanyak 1x/bulan dan pada trimester III juga melakukan kontrol
1x/bulan. Keluhan mual muntah dialami ibu pasien pada awal usia
kehamilan. Obat-obatan yang diminum selama masa kehamilan meliputi
vitamin, tablet penambah darah. Ibu pasien juga tidak pernah mengalami
tekanan darah tinggi saat hamil.
ANAMNESIS

Riwayat Kelahiran dan Persalinan

• Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara, lahir dari ibu P2A0
dengan usia kehamilan 38 minggu, kehamilan tunggal,letak kepala, lahir
spontan, ditolng bidan langsung menangis, berat lahir 3300 gram, panjang
badan 54 cm. Setelah lahir tidak ada riwayat biru, sesak atau kuning. Tidak
ada riwayat dirawat di rumah sakit setelah lahir.
ANAMNESIS

Riwayat Imunisasi

Usia Jenis Imunisasi Tempat


0 bulan Hepatitis B (HB) 0 Tempat praktek Bidan
1 bulan BCG, Polio 1 Posyandu
2 bulan DTP-HB-Hib1, Polio 2 Posyandu

3 bulan DTP-HB-Hib2, Polio 3 Posyandu

4 bulan DTP-HB-Hib3, Polio 4 Posyandu

9 bulan Campak Posyandu


ANAMNESIS

USIA JENIS IMUNISASI TEMPAT DAN WAKTU

18 BULAN DTP-HB-HIB4 Posyandu

24 BULAN CAMPAK Posyandu

KELAS 1 SD CAMPAK Sekolah/bulan agustus

DT November

KELAS 2 SD TD Sekolah/bulan november

KELAS 3 SD TD Sekolah/bulan november


ANAMNESIS

• Riwayat Tumbuh Kembang


• Pertumbuhan
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 3300 gram dan
panjang 54 cm. Saat ini pasien berusia 8 tahun dengan berat
badan 34 kg dan tinggi badan 129 cm.
• Perkembangan
– 1 bulan : menatap wajah, bersuara, bereaksi terhadap bel,
mengangkat kepala.
– 2 bulan : tersenyum spontan, kedua tangan bersentuhan, bersuara
“ooo/aaa” dan kepala mengangkat 45°.
– 3 bulan : mengamati tangannya sendiri, mengikuti objek 180°,
berteriak, kepalat erangkat 90°.
– 4 bulan : melihatbarang yang ditunjukkan, tengkurap sendiri.
– 6 bulan : duduk bersandar, mengambil mainan, mengoceh, duduk sendiri.
– 9 bulan : merangkak, bicara penggal kata
– 11 bulan : berdiri sendiri, bicara
– 13 bulan : berjalan
ANAMNESIS

Riwayat Nutrisi

Usia kurang dari 1 tahun :

Usia ASI/PASI Buah/Biskuit Bubur Susu Nasi


Tim
0-6 bulan ASI - - -
6-8 bulan Susu Biskuit regal Bubur susu -
Formula 2 keping + dalam kemasan
buah
8-12 bulan Susu Biskuit regal - Nasi tim
Formula 3 keping +
buah
ANAMNESIS

Usia lebih dari 1 tahun :

Jenis Makanan Frekuensi


Nasi Tim 2x sehari, ¼ piring kecil tiap
penyajian
Sayuran Wortel dicapur nasi tim
Daging (sapi/ayam) 1x dalam seminggu, 1 potong kecil
diblender
Telur 2x dalam seminggu (1 butir telur
tiap penyajian)
Ikan 3x dalam seminggu, di blender

Susu 9x sehari antara 20-30 cc


ANAMNESIS

Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah penderita berusia 36 tahun, suku jawa dan beragama Islam. Ibu
penderita berusia 34 tahun, suku jawa dan beragama Islam. Ayah
penderita bekerja sebagai wiraswasta dan ibu seorang guru SD.
Penghasilan ayah dan ibunya berkisar Rp.±5.000.000/bulan. Biaya
pengobatan penderita ditanggung oleh asuransi swasta. Satu rumah
berisi 4 orang. Rumah pasien berukuran 6 x 10 m, beratap genteng,
berdinding tembok, berlantai keramik. Cahaya dapat masuk dari jendela,
dan lampu tidak dinyalakan pada siang hari, rumah tidak pengap ataupun
lembab. Jarak antara septik tank ± 10 meter. Sumber air dari PAM,
Penerangan dari listrik .Air limbah disalurkan kedalam selokan, aliran
agak tersumbat dan dibersihkan 1 kali sebulan.
Pemeriksaan fisik

• Keadaan umum : Tampak sakit sedang, anak rewel


• Kesadaran : Composmentis
• Tekanan Darah : 100/70 mmHg
• Nadi : 135 x/m, regular, isi cukup
• Respirasi : 22 x/m, regular, kedalaman cukup
• Suhu : 38o C (aksila)
• SpO2 : 98%
• BB : 34 kg
• PB : 129 cm

• Status antropometri:
• Berat badan (BB) : 34 kg
• Tinggi badan (TB) : 129 cm
• IMT : 20,4
• Tinggi badan terhadap usia (TB/U) : 101% (Perawakan normal)
• Berat badan terhadap usia (BB/U) : 130% (Berat badan lebih)
• Tinggibadanterhadapberatbadan(BB/TB) :130% (Obesitas/kegemukan)
• Kepala : Normocephal,ubun-ubun datar, deformitas (-)
• Mata : Mata cekung +/+, Ca -/-, Si -/-, sekret -/-, air mata (+/+) berkurang
• Telinga: Tidak terdapat sekret, membran timpani intak.
• Hidung : sekret -/-, pch tidak ada.
• Mulut : Mukosa mulut basah, bibir kering, faring hiperemis (-), gusi
berdarah (-), lidah kotor (-)
• Leher : pemb. KGB (-)

• Thoraks anterior
Inspeksi : bentuk & pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : NT(-), vocal premitus kanan kiri sama,krepitasi (-)
Perkusi : sonor dikedua lapang paru,
Auskultasi : vbs +/+, rh -/-, wh-/-.

• Thoraks posterior
Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris
Palpasi : NT (-), Vocal fremitus kanan kiri sama
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vbs +/+, rh-/-, wh -/-
• Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V LMCS, kuat angkat
Perkusi : batas kiri jantung ics V LMCS, batas kanan
jantung ics 4 LPSD, batas pinggang jantung ics 2 LPSS
Auskultasi : Bj I-II reguler,gallop (-), murmur (-)

• Abdomen
Inspeksi : tampak cembung, lembut, tidak ada inflamasi, distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Soepel, Nyeri tekan (+) epigastrium, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit kembali
cepat
• Anus : Tampak Hiperemis
• Ekstremitas : Akral hangat CRT < 2 detik, arteri radialis teraba kuat, ptekie (+) ,Rumple leed (+)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Saraf cranialis

• Nervus I (Olfactorius): pasien dapat mencium bau-bauan yang diberikan


• Nervus II (Opticus): pasien dapat melihat dan membaca dengan benar rangsang cahaya +/+
• Nervus III (Oculomotorius): pupil bulat isokor Ø 3mm ODS
• Nervus IV (Trochelaris): arah gerak bola mata baik
• Nervus V (Trigeminal): refleks kornea (+)
• Nervus VI (Abdusens): arah gerak bola mata baik
• Nervus VII (Fascialis): pasien dapat tersenyum, menggembungkan pipi.
• Nervus VIII (Verstibulocochlearis): pasien dapat mendengar dengan baik
• Nervus IX (Glosopharingeus): pasien dapat menjulurkan lidah
• Nervus X (Vagus): refleks muntah (+)
• Nervus XI (akesesorius): pasien dapat bicara, menggerakkan kepala
• Nervus XII (Hypoglosus): pasien dapat berbicara, mengunyah, menelan.
• Refleks Patologis Fisiologis
Babinski (-) Biceps (+)
Oppenheim (-) Triceps (+)
Burdzinski I (-) Patella (+)
Burdzinski II (-) Achiles (+)
• Motorik : Parese -/-, kekuatan otot 5 5
5 5
RESUME

• Seorang anak perempuan berusia 8 tahun 6 bulan dating ke UGD RSUD waled diantar oleh
orangtuanya dengan keluhan febris sejak 4 hari yang lalu, timbul mendadak dan terus menerus,
disertai sakit kepala, mialgia, naueses dan vomit. Nyeri di bagian epigastrium (+). Pasien mengalami
epistaksis sebanyak 2x sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik rumple leed (+).

DIAGNOSIS BANDING
• DHF grade II dd/ Demam Dengue
Chikungunya
Pemeriksaan Penunjang

LAB DARAH RUTIN SEROLOGIS

Hb : 9,1 gr/dl Anti dengue IgM (-)


Ht : 27 % Anti dengue IgG (+)
Leukosit : 5,900 /mm3
Trombosit : 75.000/mm3

Diagnosis Kerja

• DHF grade II
Penatalaksanaan

• IVFD RL/NaCl 0,9% 7 ml/KgBB/ jam


• Antipiretik : Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan bila suhu >38 °C interval 4-6 jam. 10mg x 34 =
340 mg
• Periksa tanda-tanda vital
• Volume urin ditampung minimal 8-12 jam (> 1.0 mL/KgBB/jam)
• Diusahakan tidak memberikan obat-obatan yang tidak diperlukan (misalnya antiemetik, antasid)
untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati
PROGNOSIS

Quoad vitam : dubia ad bonam


Quoad functionam : dubia ad bonam
Quead sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Infeksi Virus
Penyakit demam akut yang
Dengue
disebabkan oleh virus Genus
Flavivirus, famili Flaviviridae

Perantara Nyamuk:
Aedes aegypti atau Aedes
albopictus Empat jenis serotipe:
1. DEN-1
2. DEN-2
3. DEN-3
4. DEN-4
Jumlah kasus dan angka kematian DBD di Indonesia
(Kemenkes RI, 2012)
• Penyakit dengue terutama
ditemukan didaerah tropis dan
Jumlah Kasus
subtropis
• 2,5 milyar penduduk risti
• Daerah endemis  wilayah asia
2012 tenggara
15% 2008
23% Angka kematian DD, DBD, dan SSD yang dirawat
di enam rumah sakit pendidikan th 2008-2013
7000
2011
5931 5844
11% 6000

5000

4000

3000
2165
2009
25% 2000
2010
26% 1000
5 21 169
0
DD Jumlah
DBDkasus MeninggalDSS
PATOFISIOLOGI

1 2
Virus dengue berinteraksi dengan sel dendrit, Respons imun humoral diperankan oleh
monosit/makrofag, sel endotel dan trombosit limfosit B akan menghasilkan antibodi
 mengeluarkan mediator lain  sitokin, spesifik terhadap virus dengue. Antibodi anti
peningkatan aktivasi sistem komplemen, dengue yang dibentuk umumnya berupa IgG
aktivasi limfosit T  menimbulkan tanda dan berfungsi menghambat peningkatan replikasi
gejala virus dengue virus dalam monosit

3 4
Sistem komplemen diketahui ikut berperan
Akibat rangsangan monosit yang
dalam patogenesis infeksi virus dengue.
terinfeksi virus dengue atau antigen
Aktivasi komplemen menghasilkan peptida
virus dengue, limfosit T
yang mempunyai aktivitas biologik sebagai
mengeluarkan IFN-α dan akan
anafilatoksin yaitu C3a dan C5a.
menyebabkan kebocoran plasma
• Melebarnya celah endotel (endothelial gaps)  Kebocoran cairan
intravaskular ke ruang ekstravaskular 
– Konsekuensinya : Hipovolemia, hemokonsentrasi, kelemahan, edema, dan
Kongesti viseral.
– Terjadinya sindrom kebocoran kapiler sistemik akibat Sindrom Inflamasi Sistemik
merupakan mekanisme patogenik yang berhubungan dengan sitokin inflamatorik.
• Inflamasi  melonggarnya Inter endothelial cell adherens junction  celah
endotel melebar  kebocoran plasma.
• Proses terbukanya celah endotel merupakan suatu mekanisme yang kompleks
dan tergantung pada substansi biokimiawi (sitokin proinflamasi), faktor-faktor
biomekanik (shear stress) dan respon hospes yang individual.
Manifestasi Klinis Virus Dengue

Infeksi virus dengue

asimtomatik Simtomatik

Demam tidak khas Demam DBD (dg kebocoran


(sindrom virus dengue plasma) Expanded dengue
syndrome, organopati

Tanpa Dengan DBD non


DSS
perdarahan perdarahan syok

WHO, 2011
Diagnosis klinis demam dengue

• Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus menerus, bifasik
• Manifestasi perdarahan spontan  petekie, purpura, ekimosis, perdarahan gusi, hematemesis
dan atau melena; uji tourniquet positif
• Nyeri kepala, myalgia, atralgia dan nyeri retroorbital
• Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah atau di sekitar rumah
• Leukopeni < 4.000/mm3
• Trombositopeni < 100.000/mm3
• Diagnosis klinis DD= Demam + ≥ 2 gejala lain
Diagnosis Klinis Demam Berdarah Dengue

• Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus (kontinu)


• Manifestasi perdarahan spontan  petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi
hematemesis dan atau melena; uji tourniquette (+)
• Nyeri kepala, myalgia, atralgia dan nyeri retroorbita
• Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah atau di sekitar rumah
• Hepatomegali
• Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu tanda/gejala:
- Peningkatan nilai Ht >20% dari pemeriksaan awal atau dari data populasi menurut umur
- Ditemukan adanya efusi pleura
- Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
• Trombositopeni < 100.000 mm3
Diagnosis DBD= ≥ 2 manifestasi klinis + bukti perembesan plasma dan trombositopenia
Diagnosis Dengue Shock Syndrome

• Kriteria dari demam berdarah dengue diikuti tanda shock meliputi:


• Takikardi, akral dingin, delayed capillary refill, denyut lemah, letargi
• Tekanan darah ≤20 mmHg untuk tekanan diastol. Contoh: 100/80 mmHg
• Hypotensi berdasarkan usia, tekanan sistolik <80 mmHg untuk usia <5 tahun atau 80
sampai 90 mmHg untuk anak dan dewasa.
Tanda bahaya (warning sign)

Klinis Demam turun tetapi keadaan anak memburuk


Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
Muntah yang menetap
Letargi, gelisah
Perdarahan mukosa
Pembesaran hati
Akumulasi cairan
Oliguria

Laboratorium Peningkatan kadar hematocrit bersamaan dengan penurunan cepat


jumlah trombosit
Hematokrit awal tinggi
Kriteria Klinis Syok terkompensasi Kriteria klinis syok dekompensasi

• Takikardi • Takikardi
• Takipneu • Hipotensi (sistolik dan diastolic turun)
• Tekanan nadi (<20 mmHg • Nadi cepat dan kecil
• CRT > 2 detik • Pernafasan kussmaul atau hiperpnea
• Kulit dingin • Sianosis
• Produksi urin menurun (<1 ml/kgBB/jam) • Kulit lembab dan dingin
• Anak gelisah • Profound shock: nadi tidak teraba dan
tekanan darah tidak terukur

Expanded dengue Memenuhi kriteria DD atau DBD baik disertai syok atau tidak, dengan
syndrome manisfestasi klinis infeksi virus dengue atau dengan manifest yg tidak biasa,
seperti:
• Kelebihan cairan, gg.elektrolit, ensefalopati, ensefalitis, perdarahan
hebat, GGA, Hemolitik uremik sindrom, gg. jantung: gg. konduksi,
miokarditis, pericarditis, infeksi ganda
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium:
1. Darah perifer, kadar hemoglobin, leukosit dan hitung
jenis leukosit, hematokrit, trombosit.
2. Uji serologis
3. Pemeriksaan radiologis (urutan pemeriksaan sesuai
indikasi klinis):
• Pemeriksaan foto dada
• USG
Kriteria Diagnosis Laboratoris

Probable dengue Confirmed dengue

• Diagnosis klinis diperkuat oleh pem. • Diagnosis klinis diperkuat dg deteksi


Serologi anti dengue/ IgM anti genom virus dengue  RT-PCR
dengue • antigen dengue pem. NS-1
• Serokonversi pem. IgG dan IgM
Tatalaksana Kasus Tersangka DBD/Infeksi Virus Dengue
Tatalaksana Tersangka DBD (Rawat Inap) atau Demam Dengue
Tatalaksana DBD Derajat I dan II
Tatalaksana DBD Derajat III & IV atau DSS
Pemantauan:
• Selama dirawat pantau KU, nafsu makan, perdarahan
• Perfusi perifer (untuk mendeteksi syok)
• TTV harus dilakukan setiap 2-4 jam sekali
• Pemeriksaan hematokrit
• Volume urin perlu ditampung minimal 8-12 jam
• Diupayakan jumlah urin ≥1.0 mL/kgBB/jam
• Pantau: darah perifer lengkap, kadar gula darah, uji fungsi hati
• Bila diperlukan foto radiologi RLD: untuk mengetahui efusi
pleura
• Periksa golongan darah
• Pemeriksaan lain atas indikasi: Ultrasonografi abdomen, EKG
Nasihat kepada orang tua untuk pasien rawat jalan

 Anak harus istirahat


 Cukup minum selain air putih dapat diberikan susu, jus buah, cairan elektrolit, air tajin. Cukup
minum ditandai dengan frekuensi buang air kecil setiap 4 6 jam.
 Parasetamol 10 mg/kgBB/kali diberikan apabila suhu >38 0C. Berikan kompres hangat.
 Pasien rawat jalan harus kembali berobat setiap hari dan dinilai oleh petugas kesehatan sampai
melewati fase kritis.
 Pasien harus segera dibawa ke rumah sakit jika ditemukan satu atau lebih keadaan berikut: pada
saat suhu turun keadaan anak memburuk, nyeri perut hebat, muntah terus-menerus, tangan dan
kaki dingin dan lembab, letargi atau gelisah/rewel, anak tampak lemas, perdarahan (misalnya
b.a.b berwarna hitam atau muntah hitam), sesak napas, tidak buang air kecil lebih dari 4—6 jam,
atau kejang
Kriteria untuk pulang dari perawatan

• Bebas demam sekurang-kurangnya 24 jam tanpa pemberian antipiretik


• Pada SSD  minimal 2-3 hari sesudah syok teratasi
• Nafsu makan sudah pulih kembali
• Secara klinis tampak perbaikan
• Tidak terdapat tanda distress pernapasan akibat efusi pleura atau kelebihan cairan dan tidak
terdapat asites
• Jumlah trombosit naik minimal mencapai 50.000/mm3
• Bila terpaksa  batasi kegiatan fisik yang cenderung menimbulkan trauma selama 1-2 mgg
TERIMAKASIH......................

Anda mungkin juga menyukai