Kecelakaan

Kecelakaan dan
dan PAK
PAK

• Aman
• Sehat
TERSELENGGARANYA
STANDAR • Ramah
lingkungan
• Nihil Kecelakaan

Peningkatan
produktifitas
Di Tempat Kerja
 INTERAKSI DALAM BEKERJA
ADA POTENSI BAHAYA

TENAGA
KERJA
PAK Kec. Kerja
KESEHATAN KESELAMATAN
APD APM
PROSES
PROSES

BAHAN ALAT

Polusi
Polusi
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
NAB
NAB
KOMPONEN DALAM INTERAKSI

Tenaga Kerja Alat

Bahan Lingkungan
 KOMPONEN DALAM INTERAKSI

Tenaga Kerja :
Kompetensi, Kondisi tubuh, Tingkah laku

Bahan:
Bahan Bakar, Air, Bahan Kimia, Listrik, dll

Alat :
Crane, Pressure Vessel, Mobil, Laptop dll

Lingkungan Kerja :
Panas, hujan, ruangan tertutup, ada serangga/ular, dll
 KESELAMATAN KERJA KESEHATAN KERJA
1. Safety Hazard 1 .Health Hazard
- Mechanic • Physic
- Electric • Chemicl
- Kinetic
- Substances - flammable • Biologic
- Explosive • Ergonomic
- Combustible Accidental
release • Psychologic
- Corrosive 2. Konsekuensi
2. Konsekkuensi Terpapar kontak penyakit
- Accident Injuries Minor Mendadak , menahun, kanker dan dampa
Mayor terhadap masyarakat umum (Prolonged
Fatal
Reaction)
Damage
- Mendadak, dramatis, bencana 3. Konsentrasi kepedulian
(Sudden Reaction) • Environment (bahan pencemar)
3. Konsentrasi Kepedulian
- Proses • Exposure
- Equepment, facilites, tools • Work hours
- Working Practice • PPE
- Guarding
- Pengalaman • Pendidikan
- Karir lapangan + latihan • Karir Jabatan sesuai Pend.
-Titik berat pada kerusakan Aset,
- Sepertinya urgen (bahaya mendadak) • Titik berat pada bahaya tersembunyi
- Prinsip pende,katan • Sepertinya kurang urgent
- Pengkajian resiko • Prinsip pendekatan : Pengkajian kepaparan,
- Untuk memperkecil resiko
Untuk memperkecil kepaparan
 SAFETY RISK

memilki ciri-ciri probabilitas yang rendah

terhadap pajanan, memiliki tingkat
konsekunsi kecelakaan yang tinggi, bersifat
akut dan efeknya langsung. Fokusnya untuk
keselamatan manusia dan pencegahan
kerugian.
 Health risk

yaitu risiko yang berdampak pada

kesehatan manusia ciri-ciri antara lain yaitu
tingginya probabilitas dengan tingkat
pajanan dan konsekuensi yang rendah,
bersifat laten, dan efeknya tidak langsung
 POTENSI BAHAYA DITEMPAT KERJA
MESIN MESIN ALAT ANGKUT BEJANA TEKAN

FIRE
HOUSE MEKANIK
SHOCK CUT KEEPING TOXIC

POLUSI
FIRE KIMIA
IRITASI
LISTRIK
ELECTRIC
SHOCK
BAHAYA
HAZADS
BISING
FISIK
SUHU PSIKOLOGI STRESS

RADIASI BEBAN KERJA

BIOLOGI
FISIOLOGI HUBUNGAN
KERJA
TEKANAN
SUASANA KERJA
GETARAN
FAUNA
KONTRUKSI FAUNA FLORA
CAHAYA ERGONOMI
MESIN
 “Lingkungan kerja adalah segala
sesuatu yang ada disekitar para
pekerja yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-
tugas yang dibebankan “
Alex S. Nitisemito (2000),
 LINGKUNGAN KERJA
• Lingkungan kerja diartikan sebagai segala sesuatu yang
berada disekitar tenaga kerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam melaksanakan tugas-
tugas yang dibebankan
• Lingkungan kerja yang lestari dan manusiawi adalah
faktor pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja
• Kondisi lingkungan kerja yang kurang baik dan melebihi
toleransi manusia untuk menghadapinya tidak saja
akan menurunkan produktivitas kerja, tetapi juga akan
menjadi sebab terjadinya penyakit akibat kerja,
pencemaran lingkungan , cacat dan bahkan kematian
 KESERASIAN DAN KESEIMBANGAN ANTARA TENAGA
KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA

1. Beban kerja : fisik, mental dan sosial

2. Beban tambahan akibat lingkungan kerja
3. Kapasitas kerja yang meliputi kemampuan
kerja,kesegaran jasmani, keadaan gizi kerja, jenis
kelamin dan usia serta ukuran tubuh
4. Alat kerja berupa perkakas kerja yang dapat
menimbulkan kecelakaan, rasa tidak aman
dan nyaman harus dihindarkan
 Faktor-faktor Yg Mempengaruhi
Kesehatan & Produktifitas Tenaga Kerja

A. Beban kerja B. Lingk.Kerja

• Fisik • Fisik
• Mental • Kimia
• Biologi
• Ergonomi
• Psikologi

C. Kapasitas kerja
 Ketrampilan
 Kesegaran jasmani & rohani
 Status kesehatan
 Status gizi
 Usia
 dll,
 PENGELOLAAN LINGKUNGANKERJA
Ada 5 komponen dalam siklus pengelolaan lingkungankerja :
1. Pengukuran dan pemantauan lingkungan kerja
2. Penilaian mengenai apa arti dari ukuran-ukuran/standar dari
lingkungan kerja dan dampaknya terhadap kesehatan tenaga kerja
3. Menetapkan sasaran dalam proses pengelolaan, dengan sasaran-
sasaran ini maka pengelolaan lingkungan kerja menjadi efektif,
efisien dan terintegrasi
4. Menyusun rencana pengelolaan lingkungan kerja secara
berkesinambungan guna mencapai sasaran yang telah ditetapkan
5. Melaksanakan kegiatan pengendalian lingkungan kerja dan kegiatan
lainnya ( dengan inspeksi sanitasi )sebagai tindak lanjut dari
pengukuran dan pemantauan.
 FAKTOR-FAKTOR BAHAYA LINGKUNGAN KERJA

A. FAKTOR FISIK :
Kebisingan, Getaran, Tekanan Panas, Tekanan Dingin, Gelombang Elektro
Magnetik, Sinar Ultraviolet, Pencahayaan

B.FAKTOR KIMIA :
Gas, Uap, Debu, Fume, Asap Kabut, Cairan Dan Benda Padat Serat

C. FAKTOR BIOLOGI :
Baik Dari Golongan Hewan Dan Tumbuhan

D. FAKTOR FISIOLOGI :
Sikap Dan Cara Kerja, Konstruksi Mesin

E. FAKTOR PSIKOLOGIS :
Suasana Kerja, Hubungan Antara Pekerja Atau Dengan Pengusaha
PENILAIAN LINGKUNGAN KERJA

NO MEASUREMENT(UKUR) – NO DATA
NO DATA – NO INFORMATION
NO INFORMATION- NO MANAGEMENT
NO MANAGEMENT – NO POLICY
 TUJUAN PENILAIAN TEMPAT KERJA
1. Untuk penilaian risiko
2. Untuk pengetahui pajanan pada karyawan
3. Untuk pemenuhan peraturan (aspek legal)
4. Untuk mengetahui program pengendalian
yang sudah dilaksanakan
5. Untuk memastikan apakah suatu area aman
untuk dimasuki karyawan
6. Untuk mengetahui jenis dan besaran hazard
secara lebih spesifik
UU No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja
BAB Tenaga
BABII. .ISTILAH
ISTILAH Pasal 1
Tenaga
kerja
kerja

a
a ?
? --Ruangan
p
Ruangan
AAp --lapangan
lapangan
--Terbuka
Terbuka

rjaa
keerj
--Tertutup
Tertutup

att k
--Bergerak
Bergerak

mppa
--Tetap
TTeem
Tetap

usaha
usaha
Sumber
Sumberbahaya
bahaya
Barang/jasa
Barang/jasa
 RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah
keselamatan kerja dalam segala tempat kerja,
kerja
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di
dalam air maupun di udara, yang berada di dalam
wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia;

Kritria Tempat kerja terdapat 3 unsur pokok

1. Adanya kegiatan usaha
2. Adanya orang yang bekerja
3. Terdapat sumber bahaya
1. Undang-Undang No.1 Tahun 1970
Pasal 3 : Syarat-syarat Keselamatan Kerja

– g : mencegah dan mengendalikan timbul atau

menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan
getaran;
– i : memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
– j : menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
– k : menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
– l : memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
 MANFAAT PENILAIAN LINGKUNGAN KERJA

1. MENGETAHUI TINGKAT KETERPAPARAN DARI TENAGA

KERJA DAN ADANYA TENAGA KERJA YANG TERPAPAR PADA
SESUATU FAKTOR BAHAYA YANG MELAMPAUI NAB.
2. UNTUK MEMBANTU DIAGNOSA PENYAKIT AKIBAT KERJA
“ TINGKATKAN PEMBINAAN PENERAPAN K3

untuk

menumbuhkan kesadaran akan pentingnya

budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja”
PENILAIAN LINGKUNGAN KERJA
PENILAIAN LINGKUNGAN KERJA
PRINSIP DASAR PENILAIAN
LINGKUNGAN KERJA
BAHAN BAKU

PROSES PRODUKSI
BAHAN PRODUK
TAMBAHAN

KONDISI
OPERASI

MANUSIA
 KONSEP DASAR DALAM
HIGIENE PERUSAHAAN

HAZARD IDENTIFICATION
(PENGENALAN LINGKUNGAN)

RISK ASSESMENT
(PENILAIAN LINGKUNGAN KERJA)

RISK CONTROL
(PENGENDALIAN LINGKUNGAN)
 HAZARD IDENTIFICATION (PENGENALAN
LINGKUNGAN)

MEMAHAMI TAHAP-TAHAP KEGIATAN PROSES

MEMAHAMI BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN
DALAM PROSES PRODUKSI
MEMAHAMI PROSES FLOW DIAGRAM DAN
KONDISI OPERASI
MENGETAHUI SECARA KWANTITATIF BAHWA
SEJUMLAH TENAGA KERJA TERPAPAR PADA
FAKTOR BAHAYA TERTENTU
 METODE YANG DAPAT DIGUNAKAN DALAM
MENGIDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DALAM INDUSTRI

1. CHECK LIST (DAFTAR PERIKSA)

2. DAFTAR PERIKSA
3. PRELEMINARY HAZARD ANALYSIS (PHA)
4. HAZARD OPERABILTY STUDIES (HAZORP)
5. FAULT TREE ANALYSIS (FTA)
6. HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT &
DETERMINING CONTROL (HIRAC)
7. HAZID (HAZARD IDENTIFICATION)
8. JOB SAFETY ANALISIS (JSA)
9. HEALTH RISK ASSESSMENT (HRA)
PROSES PEMBUATAN TAHU KEDELAI

DICUCI

Air untuk merendam DIRENDAM (1 jam )

DICUCI

DITIRISKAN

Air hamgat DITUMBUK

DIMASAK SAMPAI MENGENTAL

DISARING Ampas tahu

DIENDAPKAN DGN BATU TAHU ATAU ASAM CUKA

DICETAK

TAHU
 DIAGRAM PROSES PRODUKSI AUTOMOTIF

STAMPING PLANT
BODY PANEL AND
SUB ASSEMBLY

WELDING PROSES PAINTING PROSES

PTC, ED,SANDING SEALER,
SUPPLY PRESS-PART,
UBS, SURFACER, WET-SANDING,
OUT-LINE SUB.ASSY, UNDER BODY,
TOP COAT DAN TOCH-UP
SHEEL BODY AND METAL FINISH

CASTING PLANT
ENGINE BLOK,HEAD,
OTHER COMPONEN

PROSES ASSEMBLING
TRIMMING, CHASIS & FINAL
ENGINE PLANT
MACHINING, ASSEMBLY
INTO FINISHED PRODUC
 FORMULIR ANALISA PONTENSI BAHAYA
NO LOKASI TEMUAN SUMBER ANALISA POTENSI REKOMENDASI PERATURAN
BAHAYA/HAZARD BAHAYA
 RISK ASSESMENT
(PENILAIAN LINGKUNGAN KERJA)

MENGADAKAN PENGUKURAN DAN PENGAMBILAN

SAMPEL
ANALISIS LABORATORIUM
MEMBANDINGKAN DENGAN STANDARD
NILAI AMBANG BATAS (NAB)
PROSEDUR PERENCANAAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN KERJA

TUJUAN PENGUKURAN

LOKASI WAKTU
PARAMETER
PENGUKURAN PENGUKURAN

METODE PENGUKURAN

PEMILIHAT ALAT

SISTEM KALIBRASI

PENCATATAN DATA

ANALISIS DATA

PELAPORAN
 STRATEGI SAMPLING
ADA BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERTIMBANGAN DALAM
PENGAMBILAN SAMPEL DITEMPAT KERJA YAITU :
1.BAHAN KIMIA APA YANG HARUS DISAMPEL
2.PEKERJA YANG MANA YANG AKAN DISAMPEL
3.DI MANA PERALATAN SAMPEL DILETAKKAN
4.BERAPA JUMLAH SAAMPEL YANG HARUS DIAMBIL PADA SETIAP
HARI KERJANYA UNTUK MENENTUKAN PAJANAN
5.KAPAN WAKTUNYA SELAMA HARI KERJA HARUS DIAMBIL
SAMPELNYA
6.BERAPA BANYAK HARI KERJA SELAMA SETAHUN HARUS DIAMBIL
SAMPELNYA DAN KAPAN.
 HAL YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENILAIAN
LINGKUNGAN KERJA

ALAT DAN METODE YANG PALING COCOK UNTUK DIPILIH

LOKASI PENGUKURAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL
WAKTU PENGUKURAN
METODE DAN ALAT YANG DIGUNAKAN
SENSITIVITAS ALAT YANG DIGUNAKAN
JUMLAH PENGKURAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL
 PRINSIP-PRINSIP PEMANTAUAN
LINGKUNGAN KERJA
• PERMSALAHAN LINGKUNGAN KERJA
• TUJUAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN KERJA
• NILAI AMBANG BATAS LINGKUNGAN KERJA
• PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL
• TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
• LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL
• PENANGANAN SAMPEL
• SATUAN-SATUAN DALAM PEMANTAUAN LK
 TUJUAN PEMANTAUAN LK

• MEMENUHI PERSYARATAN PER UNDANGAN

• PENGENDALIAN PROSES
• PEMBUKTIAN DALAM PROSES HUKUM
• PENELITIAN
• DAN LAIN-LAIN
 PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL
• IDENTIFIKASI TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
• IDENTIFIKASI LOKASI SAMPLING
• IDENTIFIKASI PERALATAN SAMPLING YG DIPERLUKAN
• PENGAMBILAN SAMPEL
• PENANGANAN AWAL DI LABORATORIUM
• ANALISIS LABORATORIUM
• PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS TERHADAP HASIL
PENGUKURAN
 PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL

• INDENTIFIKASI TEKNIK PENGABILAN SAMPEL

• IDENTIFIKASI LOKASI SAMPLING
• IDENTIFIKASI PERALATAN SAMPLING
• PENGAMBILAN SAMPEL
• PENGAWETAN SAMPEL
• PENANGANAN SAMPEL AWAL
• ANALISIS LABORATORIUM
• PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS TERHADAP HASIL
PENGUKURAN
 PENILAIAN LINGKUNGAN KERJA

PENGAMBILAN
CONTOH UJI

METODE ANALISA
PENGUKURAN PENILAIAN LABORATORIUM

STANDAR
/NAB
 TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL FAKTOR
KIMIA

1. FILTRASI
2. ABSORBSI
3. ADSORBSI
4. COLORIMETRIC TUBE
JENIS MEDIA FILTER PAPER DAN KEGUNAANNYA

 CELLULOSE ESTER : ASBESTOS COUNTING, PARTICULATE

SIZING, METALIC FUME, ACID MIST
 FIBER GLASS : TOTAL PARTICULATE, OIL MIST, COAL TAR
PITCH VOLATILE
 PAPER : TOTAL PARTICULATE, METAL, PESTICIDE
 POLYCARBONATE : TOTAL PARTICULATE, CRYSTALINE
SILICA
 POLIVINIL CHLORIDA : TOTAL PARTICULATE, CRYSTALINE
SILICA, OIL MIST
 SILVER : TOTAL PARTICULATE, COAL TAR PITCH VOLATILE
 TEFLON : SPECIAL APPLICATION (HIGH TEMPERATURE)
NILAI AMBANG BATAS (NAB)

Standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai

pedoman pengendalian agar tenaga kerja dapat

menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit

atau gangguan kesehatan pekerjaan sehari-hari

untuk waktu tidak lebih dari 8 (delapan) jam

sehari atau 40 jam seminggu

 KEGUNAAN NAB

1. SEBAGAI STANDAR UNTUK PEBANDING

2. PEDOMAN UNTUK PERENCANAAN DAN
DESAIN TEKNOLOGI PENGENDALIAN
3. SUBTITUSI BAHAN YANG BERBAHAYA
4. MEMBANTU MENENTUKAN GANGGUAN
KESEHATAN ATAU PENYAKIT AKIBAT KERJA
 RISK CONTROL (PENGENDALIAN
LINGKUNGAN)

MEMAHAMI TEKNIK PENGENDALIAN DAN

PENANGGULANGAN
PENERAPAN METODE TEKNIK TERTENTU
UNTUK MENURUNKAN TINGKAT FAKTOR
BAHAYA LINGKUNGAN KERJA SAMPAI BATAS
YANG MASIH DAPAT DITOLELIR OLEH
PEKERJA.
Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3

A. Pengendalian Teknis ( Engineering Control)

1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Isolasi
4. Perubahan Proses
5. Ventilasi

B. Pengendalian Administratif
1. Pengurangan waktu kerja
2. Rotasi, Mutasi

C. Alat Pelindung Diri

E. PENILAIAN LINGKUNGAN
KERJA FAKTOR FISIKA
 Faktor Fisika

 Heat Stress/Tekanan Panas

 Noise / Kebisingan
 Vibration / Getaran
 Radiation / Radiasi
 Lighting / Penerangan
 Sinar Ultra Violet
 TEKANAN PANAS
TEKANAN PANAS ADALAH MERUPAKAN MIKROMETEOROLOGI
DARI LINGKUNGAN KERJA.
MERUPAKAN PERPADUAN ANTARA
• SUHU UDARA
• KELEMBABAN UDARA
• SUHU RADIASI
• KECEPATAN GERAKAN UDARA
• DAN PANAS METABOLISME SEBAGAIN HASIL
AKTIVITAS DARI SESEORANG.
 Typical Industries with Heat Stress
Potential
• Iron & Steel Foundries • Canneries
• Brick Firing & Ceramics • Mining
• Construction • Chemical Processing
• Glass Products • Smelters
• Rubber Products • Steam Turners
• Utilities • Laundries
• Bakeries • Fire Fighting
• Military • Haz-Mat Applications
• Sports
LINGKUNGAN

PERSONAL
 KELAINAN-KELAINAN AKIBAT TEKANAN PANAS

1. HEAT STROKE
AKIBAT BEKERJA DILINGKUNGAN KERJA YANG PANAS SEKALI, MAKA SUHU
TUBUH AKAN NAIK SAMPAI 40 OC SEDANGKAN TUBUH TIDAK BISA
MENGELUARKAN KERINGAT SEHINGGA PENDERITA AKAN KEHILANGAN
KESADARAN
2. HEAT EXHAUSTION
TERJADI OLEH KARENA CUACA YANG SANGAT PANAS TERUTAMA TERJADI
PADA ORANG YANG BELUM BERAKLIMATISASI TERHADAP PANAS,
PENDERITA AKAN KELUAR KERINGAT BANYAK SEKALI SEDANGKAN TUBUH
NORMAL ATAU SUB NORMAL TEKANAN DARAH AKAN MENURUN DAN
FREQUENSI NADI AKAN MENJADI CEPAT PENDERITA MERASA LEMAH
SEKALI DAN BILA DIBIARKAN AKAN PINGSAN
 KELAINAN-KELAINAN AKIBAT TEKANAN PANAS

3. DEHIDRASI
TERJADI AKIBAT LINGKUNGAN KERJA YANG PANAS DAN DISERTAI
DENGAN PENGELUARAN KERINGAT YANG BERLEBIHAN MAKA AKAN
TERJADI KEHILANGAN GARAM-GARAM NATRIUM SETELAH
BEBERAPA MINGGU BIASANYA PENDERITA AKAN MENGALAMI
KEJANG-KEJANG OTOT TUBUH DAN OTOT-OTOT PERUT YANG
MENIMBULKAN RASA SAKIT SEKALI DISAMPING ITU TERDAPAT
GEJALA-GEJALA PINGSAN LEMAH DAN MUNTAH-MUNTAH ATAU
MERASA MUAL
4. KELAINAN KULIT
TERJADI MILIRIA AKIBAT PENGARUH CUACA YANG PANAS DAN
KERINGAT BERLEBIHAN SEHINGGA MENIMBULKAN RASA GATAL-
GATAL PADA PERMUKAAN KULIT.
 CARA PENGENDALIAN TEKANAN PANAS

A. TERHADAP LINGKUNGAN
1. MEMPERCEPAT ALIRAN GERAKAN UDARA
2. METAL SHIELDING
3. PEMASANGAN ALAT PENDINGIN
4. MENYEDIAKAN TEMPAT ISTIRAHAT
B. TERHADAP TENAGA KERJA
1. MENYEDIAKAN AIR MINUM
2. PAKAIAN KERJA MENYERAP KERINGAT
3. HINDARKAN TENAGA KERJA PENYAKIT CARDIOVASCULER DAN
BEBADAN GEMUK
 NOISE (KEBISINGAN)
KEBISINGAN ADALAH SUARA YANG TIDAK
DIINGINKAN OLEH PENDENGARAN MANUSIA.
PADA UMUMNYA TERJADI PADA FREQUENSI
TINGGI.
KEBISINGAN TERDIRI DARI BERBAGAI MACAM :
KONSTAN, FLUKTUASI, KONTINU, INTERMITEN,
IMPULSE,RANDOM (ACAK) DAN IMPACT NOISE.
 GANGGUAN KEBISINGAN
AUDITORY

• TRAUMA AKUSTIK
PAPARAN KEBISINGAN TUNGGAL YANG SANGAT TINGGI
TERJADI SECARA TIBA-TIBA (SUARA LEDAKAN BOM,
HALILINTAR, dll)
• TULI SEMENTARA (TEMPORARY THRESHOLD SHIFT/TTS)
BILA TENAGA KERJA MASUK KETEMPAT KERJA YANG BISING
MULA-MULA TERGANGGU SETELAH TERPAPAR BEBERAPA
JAM TIDAK MERASA TERGGANGGU LAGI. WAKTU PEMULIHAN
3 – 7 HARI PULIH KEMBALI.
 GANGGUAN KEBISINGAN AUDITORY EFEK

• TULI PERMANEN
BILA SESORANG MENGALAMI TTS LALU TERPAPAR BISING
BKEMBALI SEBELUM PEMULIHAN SECARA SEMPURNA MAKA
AKAN TERJADI AKUMULASI SISA KETULIAN TTS, BILA INI
TERJADI BERULANG-ULANG DAN MENAHUN SUFAT KETULIAN
AKAN MENJADI MENETAP.
PTS SERING DISEBUT JUGA NHIL (NOISE INDUCED HEARING
LOSS) SETELAH TERPAPAR 10 TAHUN ATAU LEBIH.
 GANGGUAN NON AUDITORY

• GANGGUAN KOMUNIKASI
BERBICARA HARUS TERIAK, SUARA ORANG SULIT DIMENGERTI.
• GANGGUAN TIDUR
PRESENTASE SESEORANG AKAN BANGUN TIDUR PADA TINGKAT KEBISINGAN 70 dB
30 %, 100 dB 80 %
• GANGGUAN PSIKOLOGIS
MUDAH MARAH, MENGANNGU KENYAMANAN
 Tipe Metoda
Pengukuran Kebisingan:
Area
 Random Sampling / Sesaat
TWA /8 jam kerja
 Contour
Personal
DOSIMETRY
 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR : KEP-13/MEN/2011, KEBISINGAN
WAKTU PAPARAN WAKTU INTENSITAS KEBISINGAN DALAM
JAM/MENIT dBA
8 JAM 85
4 JAM 88
2 JAM 91
1 JAM 94
30 MENIT 97
15 MENIT 100
7,5 MENIT 103
3,75 MENIT 106
1,88 DETIK 109
0,94 DETIK 112
28,12 DETIK 115
14,06 DETIK 118
7,03 DETIK 121
3,52 DETIK 124
1,75 DETIK 127
 NOISE MANAGEMENT PROGRAM

• NOISE CONTOUR MAPPING ADALAH MERUPAKAN GAMBARAN SUMBER KEBISINGAN PADA

BEBERAPA LOKASI YANG BERTUJUAN UNTUK KONTROL KEBISINGAN DAN PENJALARAN
KEBISNGAN SAMPAI BATAS AMAN. CARA INI DENGAN MEMBERIKAN BEBERAPA TANDA ATAU
WARNA SEBAGAI PEDOMAN BERIKUT :
NOISE LEVEL RANGE COLOUR
( dB)
• 105 – 110 BLACK
• 100 – 105 PURPLE
• 95 - 100 RED
• 90 - 95 ORANGE
• 85 - 90 YELLOW
• 80 - 85 GREEN
• 75 - 80 BLUE
• < 75 LIGHT BLUE
 BAKU MUTU TINGKAT KEBISINGAN
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/11/1996
PENGENDALIAN KEBISINGAN
PERUNTUKAN KAWASAN/LINGKUNGAN KEGIATAN TINGKAT KEBISINGAN
dB (A)
1. PERUNTUKAN KAWASAN
Perumahan dan Pemukiman SECARA TEKNIS
PENGENDALIAN 55
Perdagangan dan Jasa 70
Perkantoran dan Perdagangan 65
PENGENDALIAN SECARA ADMINISTRATIF
Ruang Terbuka Hijau 50
Industri 70
PENGENDALIAN YANG BERSIFAT MEDIS
Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
Rekreasi 70
KhususPENGGUNAAN
: ALAT PELINDUNG DIRI
Bandar Udara 70
StasiunPENDIDIKAN
Kereta api DAN PENYULUHAN KESEHATAN. 60
Pelabuhan Laut 60
Cagar Budaya

2. LINGKUNGAN KEGIATAN
Rumah Sakit 55
Sekolah dan Sejenisnya 55
Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
 Getaran ?
• Gerakan bolak balik suatu massa melalui
keadaan seimbang terhadap suatu titik
acuan. (KEPMEN : Kep-49/MENLH/11/1996)
GETARAN ( Vibration )
Pengukuran getaran bergantung tujuannya :
Whole body Vibration
Hands Arm Vibration
Getaran Mesin (Maintenance)
Getaran Lantai/ Gedung
Vibration Exposure
Whole Body

Driving Industrial
Trucks and Heavy
equipment generates
Vibration Health
effects.
Vibration Exposure
Whole Body

4 to 7 % of all workers in
Europe and the U.S.A are
expose to whole body
Vibration during their work
activities and are dangerous
to Health.
Vibration
Whole Body Pad Location Examples:

Seat.
Back Rest.
Standing.
Measurements and sensor location
must be done in each work area.
Vibration Exposure
Hand Arm
 Health Effects
Hand Arm

Vascular and circulation problems.

Neurológical.
Muscular disorders
Others
 Symptoms – Advanced Stages
• White or Blanched
Finger Tips
– Aggravated by cold
– Mistaken for frostbite
– Few minutes initially
• With Continued
Exposure
– Blanching spreads
– Attacks Increase in
• Frequency
• Intensity
• Duration
 Symptoms – Latter stages
• Occur in all seasons
• On and off job
• Triggered by
– Cold
– Vibrating objects
– Nicotine
• Severe Cases
– Gangrene
– Amputation
 Health Effects
Vascular Disorders

Muscle

Normal Damage
Artery Artery

Normal
flow
Flow
Restriction
 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP-13/MEN/2011,
GETARAN UNTUK PEMAJANAN LENGAN DAN TANGAN

JUMLAH WAKTU NILAI PERCEPATAN PADA FREQUENSI

PAJANAN / DOMINAN
HARI KERA
M/DETIK GRAVITASI

4 JAM DAN < 8 JAM 4 0,40

2 JAM DAN < 4 JAM 6 0,61
4 JAM DAN < 2 JAM 8 0,81
< 1 JAM 12 1,22
 B. TIPE RADIASI
Radiasi Pengion
Partikel  , , , sinar x
Peluruhan radio aktif
Radiasi Non Pengion
Medan Listrik & Magnet
Medan Subradiofrekuensi
RF /MW
Video Display Terminal & Microwave oven
Radiasi Optik dan Sinar Laser
 EFEK RADIASI PENGION
Merubah biomekanisme
kehidupan sel
Pertumbuhan sel tidak normal
Merubah bentuk sel
Kerusakan Cells
Sel Orang Tua

Divisi sel
Sel Anak
 RADIASI TIDAK MENGION
(NON IONIZING RADIATION)
• RADIASI MEMPUNYAI ENERGI PHOTON YANG LEBIH RENDAH, YAITU
DIBAWAH 12,4 eV. SPEKTRUM RADIASI ELEKTROMAGNETIK DARI RADIASI
TIDAK MENGION MEMPUNYAI KISARAN FREQUENSI 3.10 5 – 1015 Hz DAN
PANJANG GELOMBANG 1000 m – 100 nm. SEMAKIN KECIL PANJANG
GELOMBANG (λ) MAKA SEMAKIN BESAR ENERGI YANG DIPANCARKAN.
HUBUNGAN PANJANG GELOMBANG (λ) DAN FREQUENSI ( f) BERNABING
TERBALIK, SESUAI DENGAN PERSAMAAM :
f = c/ λ
c = KECEPATAN CAHAYA
YANG TERMASUK RADIASI YANG TIDAK MENGION ADALAH : FREQUENSI
RADIO/TV, GELOMBANG MIKRO, INFRAMERAH, SINAR TAMPAK, SINAR
ULTRA VIOLET
 RADIASI TIDAK MENGION
(NON IONIZING RADIATION)
• FREQUENSU RADIO/TV
MERUPAKAN BAGIAN DARI SPEKTRUM ELEKTROMAGNETIK DENGAN FREQUENSI 10 kHz – 30
MHz, DAN PANJANG GELOMBANG 1000 m – 1 m. PAPARAN RADIASI DARI GELOMNAG
RADIO/TV DAPAT BERSUMBER DARI PEMANCAR RADIO/TV, SIGNAL NAVIGASI, SATELIT
KOMUNIKASI, dsb. GANGGUAN YANG DITIMBULKAN PADA JANGKA PANJANG DAPAT
MENIMBULKAN KELAINAN SYARAF, GANGGUAN PEMBENTUKAN SEL DARAH MERAH,
LEUKEMIA, dsb)
• GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE)
GELOMBANG MIKRO DAPAT BERSUMBER DARI ALAM (MATAHARI, BMI, BULAN) MAUPUN
BUATAN MANUSIA (SATELIT, RADAR, PONSEL, UNIT ATERMI, DAPUR PELEBURAN
LOGAM/PLASTIK, dsb)
GELOMBANG MIKRO MEMPUNUAI KISARAN FREQUENSI 3.108 – 3.1011 (ATAU 0,3 – 300 GIGA
Hz) DAN PANJANG GELOMBANG 1 m – 1 mm
GELOMBANG MIKRO DIBAGI DALAM 3 BAGIAN
UHF (ULTRA HIGH FREQUENSI) 0,3 – 3 GHz, SHF( SUPER HIGH FREQUENSI) 3 – 30 GHz DAN EHF
(EXTRA HIGH FREQUENSI) 30 – 300 GHz.
 RADIASI TIDAK MENGION
(NON IONIZING RADIATION)
EFEK TERHADAP KESEHATAN GELOMBANG MIKRO
1. PEMAJANAN TERJADI MELALUI PROSES ABSORBSI, DIPANTULKAN DAN DAPAT
BERPENETRASI KE DALAM TUBUH TERGANTUNG PADA PANJANG
GELOMBANGNYA.
2. JARINGAN DAN KANDUNGAN AIR LEBIH BESAR AKAN MEMUDAHKAN ABSORBSI
GELOMBANG MIKRO KE DALAM TUBUH
3. RADIASI GELOMBANG MIKRO DAPAT MENYEBABKAN GANGGUAN SISTEM
SYARAF, GANGGUAN REPRODUKSI DAN DUGAAN LEUKEMIA.
4. STANDAR PEMAJANAN
MENURUT KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NO. 51/MEN/1999 TENTANG FAKTOR FISIK DI TEMPAT KERJA UNTUK RADIASI
GELOMBANG MIKRO DENGAN FREQUENSI 3 – 300 GHz ADALAH 163 A/m
BERLAKU UNTUK PEMAJANAN SELURUH TUBUH DARI SUMBER PEMAJANAN
ATAU LEBIH UNTUK WAKTU MAKSIMUM 6 MENIT.
 Gelombang Transvere Electromagnetic
(TEM )
• digunakan untuk mengkoneksikan peralatan
yang terpisah oleh lautan, pegunungan, gurun
pasir atau untuk hubungan satelite yang
mengorbit 22.300 miles dari bumi
• digunakan dalam radio komunikasi dan telpon
selular
• propagasi gelombang elektromagnet sering
disebut radio frekuensi (RF)
• merambat melalui ruang hampa secara lurus
dengan kecepatan 3 X 108 m/s
 RADIASI TIDAK MENGION
(NON IONIZING RADIATION)
• SINAR ULTRA UNGU (ULTRA VIOLET)
ULTRA VIOLET TERMASUK DALAM SPEKTRUM RADIASI ELEKTROMAGNETIK
DENGAN PANJANG GELOMBANG 400 – 100 nm DAN FREQUENSI 3.10 14 – 3,5.1015
Hz SINAR ULTRA VIOLET BANYAK TERPANCAR DI LINGKUNGAN KERJA BAIK YANG
BERSUMBER DARI ALAM (SINAR MATAHARI) MAUPUN YANG DITIMBUKAN OLEH
PERALATAN BUATAN MANUSIA SEPERTI LAMPU MERKURI, HALOGEN, LAS LISTRI,
PEMOTONG LOGAM, dsb.
RADIASI SINAR ULTRA VIOLET DAPAT MENIMBULKAN MASALAH KESEHATAN BAGI
TENAGA TERPAPAR PADA KHUSUSNYA PEKERJA YANG MELAKUKAN PERKERJAAN
DIBAWAH SINAR MATAHARI LANGSUNG DAN TEMPAT KERJA YANG
MENGGUNAKAN PERALATAN YANG MEMANCARKAN SINAR ULTRA VIOLET.
 PENCAHAYAAN
• HAMPIR DALAM SETIAP PELAKSANAAN PEKERJAAN
MELIBATKAN FUNGSI MATA
PENERANGAN YANG BURUK ADALAH :
• KELELAHAN PADA MATA DENGAN AKIBAT BERKURANG DAYA
DAN EFISIENSI KERJA
• KERUSAKAN INDRA MATA
• MENINGKATNYA TEJADI KECELAKAAN
• KELUHAN PEGAL-PEGAL DIDAERAH MATA DAN SAKIT KEPALA
DISEKITAR MATA
TINGKAT PENCAHAYAAN UNTUK MEMBACA DAN MENULIS DIPERLUKAN MINIMAL 300
LUX
 STADART INTENSITAS PENERANGAN

• PERATURAN MENTERI
PERBURUHAN NOMOR : 7 TAHUN
1964
• JENIS KEGIATAN DISESUAIKAN
INTENSITAS PENCAHAYAAN YANG
DIPERLUKAN.
Jenis kegiatan Tingkat penerangan
Penerangan darurat Mempunyai kekuatan paling sedikit 5 lux
(0,5 ft. Candles)
Penerangan jalan-jalan dan halaman Mempunyai kekuatan paling sedikit 20 lux
(2 ft. Candles)
Penerangan membedakan barang-barang Mempunyai kekuatan paling sedikit 50 lux
kasar (5 ft. Candles)
Penerangan untuk membedakan barang Mempunyai kekuatan paling sedikit 100
kecil secara sepintas lux (10 ft. Candles)
Penerangan untuk pekerjaan membedakan Mempunyai kekuatan paling sedikit 200
barang-barang kecil agak teliti lux (20 ft. Candles)

Penerangan untuk pekerjaan membedakan Mempunyai kekuatan paling sedikit 300

barang-barang kecil dan halus lux ( 30 ft. Candles)

Penerangan untuk pekerjaan membedakan Mempunyai kekuatan paling sedikit 500

barang halus dengan contrast yang sedang -100 lux (50 ft. Candles)
dan dalam waktu yang lama

Penerangan untuk pekerjaan membedakan Mempunyai kekuatan paling sedikit 1000

barang sangat halus dengan contrast yang lux (100 ft. Candles)
kurang dan dalam waktu yang lama
Radiasi sinar Ultra Violet
 MACAM-MACAM ULTRA VIOLET

SINAR ULTRA SINAR ULTRA SINAR ULTRA

VIOLET A VIOLET B VIOLET C

PANJANG PANJANG PANJANG

GELOMBANG GELOMBANG GELOMBANG
400 nm 315 nm 280nm
SAMPAI 100 nm
PENGARUH SINAR ULTRA VIOLET TERHADAP KESEHATAN

DARI SEGI EFEK TERHADAP BIOLOGI SINAR UV DIBAGI DALAM 3

KELOMPOK :
- UV-A : PANJANG GELOMBANG 400 – 315 nm, DISEBUT BLACK LIGHT
REGION PADA KISARAN SPEKTRUM INI RADIASI YANG
DITIMBULKAN DAPAT MENYEBABKAB PIGMENTASI PADA
KULIT DAN PENUAAN DINI.
- UV-B : PANJANG GELOMBANG 315 – 280 nm DISEBUT ERYTHEMA
REGION MERUPAKAN KISARAN SPEKTRUM YANG BANYAK
TERPANCAR DARI MATAHARI. RADIASI YANG DITIMBULKAN
DAPAT MENYEBABKAN KATARAK PADA MATA, ERYTHEMA
PADA KULIT DAN KANKER KULIT.
- UV-C : PANJANG GELOMBANG 280 – 100 nm, DISEBUT GERMICIDAL
REGION PADA KISARAN SPEKTRUM INI RADIASI BERASAL
DARI LAMPU GERMISIDA DAN PROSES LAS LISTRIK. RADIASI
YANG DITIMBULKAN MEMPUNYAI EFEK MEMBUNUH KUMAN.
 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP-51/MEN/1999,
WAKTU PAJANAN RADIASI SINAR ULTRA UNGU YANG DIPERKENANKAN

MASA PEMAJANAN PER HARI IRADIASI EFEKTIF (Eeff)

8 JAM 0,1
4 JAM 0,2
2 JAM 0,4
1 JAM 0,8
30 MENIT 1,7
15 MENIT 3,3
10 MENIT 5
5 MENIT 10
1 MENIT 50
30 MENIT 100
10 DETIK 300
1 DETIK 3000
0,5 DETIK 6000
0,1 DETIK 30000
F. PENILAIAN LINGKUNGAN
KERJA FAKTOR KIMIA
PoteFaktor Kimia Di Tempat
Kerja
KEADAAN
KEADAAN FISIK
FISIK BAHAN
BAHAN KIMIA
KIMIA

GAS

UAP
(PARTIKEL CAIR)

DEBU

CAIRAN
CAIRAN

PADATAN
 YG TERGOLONG PARTIKEL

 Debu (Kekuatan mekanis-Alami)

 Mist (Penyemprotan-Pembuihan)
 Fume (Peleburan logam)
 Asap (Partikel karbon < 0,5
mikron bercampur senyawa HC-->
pembakaran tak sempurna)
 Kabut (ttk-ttk air mengembun di
udara)
 Smog (gabungan smog fog)
 Relative size of particles
• Respirable dust 4 micron
• Thoracic dust 10 micron
• Inhalable dust 100 micron

RESPIRABLE

THORACIC (PM10)

INHALABLE
FAKTOR KIMIA DI LINGKUNGAN KERJA

SUMADI, AMD, SKM

1. HVS ( High Volume Sampler) mengukur
debu total
2. LVS (Low Volume Sampler ) mengukur
debu total
3. PM-10 mengukur debu ukuran 10 mikon
4. PM-2,5 mengukur debu ukuran 2,5
mikon
Particulate Sampling
 Non Partikel
• Gas bentuk fluida elastis yg
mengisi seluruh ruangan pd
suhu & Tekanan normal
• (Uap air, Uap minyak dll.)
 CARA PENGUKURAN F-KIMIA

Indra Manusia
SO2 ---> 4 ppm
H2S ---> 0.2 ppm
Binatang Percobaan
Alat Detector
Gas Monitoring
Pengambilan Sampel ( cara yg paling
dianjurkan)
Menurut
Patologis.. ?
 Racun Sistemik mempengaruhi seluruh
tubuh
Kerusakan organ-organ tubuh
bagian dlm (organofosfat, Cl,HC)
Merusak sistem Hematopoitik
(sistem pembuat darah merah)-->
Penol, Benzene, Naptalen
CNS ( CS2, Metil, Alkohol)
Racun Logam Berat (Hg, Pb, Cd)
ZAT-ZAT PENCEMARAN UDARA
DAMPAK PENCEMARAN UDARA
METODA ANALISA KIMIA DI UDARA

 TUBE DETECTOR
PRINSIP : REAGEN (TERADSORBSI) + GAS PERUBAHAN
WARNA
 IMPINGER (ABSORSI LARUTAN PENYERAP)
PRINSIP : MENANGKAP GAS BEREAKSI DIANALISA
 ADSORBSI (CARCOAL TUBE)
PRINSIP : UDARA MENEMPEL PADA REAGEN ANALISA
 GRAVIMETRI
PRINSIP : FILTER, UDARA BERDEBU MENEMPEL PADA FILTER
PAPER DITIMBANG BERATNYA
 DETECTOR (DIRECT READING)
PRINSIP : DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR
Personal Samples
 Colorimetric Tube

Colorimetric tubes “Drager® Tube”

Are compound specific
Change color to indicate
concentration
“Direct Reading” for immediate
response
Advantages
Require no laboratory
Easy to use
Disadvantages
Accuracy: +/- 25%
Not all compounds available
 Gas & Vapor Sampling

With sorbent tubes

Main bed
Precision drawn
Back-up bed glass tube
Retaining clip

Foam separator
G. PELAPORAN
 BAKU MUTU KUALITAS UDARA AMBIEN PP N0.41 TH.1999
NILAI AMBANG BATAS (NAB) PERMEN. 13/MEN/2011

NO PARAMETER BAKU MUTU NAB (PPM) WAKTU

(PPM) PENGUKURAN
(JAM)
1 SO2 0,01 2 8/24

2 CO 20 25 8/24

3 NO2 0,05 3 8/24

4 OX 0,10 - 8/24

5 DEBU (mg/m3) 0,23 * 10 * 8/24

6 Pb 0,06 0,1 8/24

7 H2S 0,03 10 8/24

8 NH3 2,00 25 8/24

9 HC 0,16 - 8/24
 BAKU MUTU UDARA AMBIEN
PP.41TAHUN1999
PARAMETER BAKU MUTU WAKTU KETERANGAN
(Ug/N m3) PENGUKURAN
CO 30.000 1 JAM
NO2 400 1 JAM
SO2 900 1 JAM
HC 160 3 JAM
PARTIKULAT 230 24 JAM
Pb 2 24 JAM
O3 235 1 JAM
PM 10 150 24 JAM
DEBU JATUH 20 30 HARI