Anda di halaman 1dari 57

SEMINAR MULTIPROFESI

Penanganan Hipertensi pada


Kehamilan dan Periode Postpartum
Dr. Mufdlilah, S.Pd., S.SiT., MSc
Univeristas ‘Aisyiyah Yogyakarta
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

 Penyakit hipertensi mempersulit 5-10 % kehamilan


 Hipertensi dalam kehamilan dapat terjadi pada semua ibu hamil
 5-10% komplikasi dalam kehamilan dan menjadi penyebab dari kematian ibu
selain pendarahan dan infeksi adalah hipertensi dalam kehamilan (Magee, L. A.
2016)
 Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian ibu di dunia. Angka
kejadian hipertensi dalam kehamilan sekitar 6 – 8 %(Brown & Garovic, 2014)
 Gangguan hipertensi dalam kehamilan mempengaruhi satu dari sepuluh
kehamilan dan sering bertahan pasca melahirkan (Cairns dkk., 2017)
 Hipertensi dalam kehamilan masuk dalam trias yang mematikan bagi ibu hamil
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Peningkatan relatif tekanan darah sistolik 30 mmHg atau


tekanan darah diastolik 15 mmHg merupakan bukan bagian
dari definisi gangguan hipertensi dalam kehamilan. Mean
arterial pressure (MAP) juga bukan dari definisi hipertensi
dalam kehamilan.

tidak lagi digunakan, tidak prognostik

Magee, L. A. (2016). The FIGO textbook of pregnancy hypertension: an evidence-based guide to monitoring, prevention and management
Pengukuran tekanan darah

• Pengukuran tekanan darah harus


dilakukan dengan posisi duduk
setidaknnya 5 menit, rileks, tidak
bergerak-gerak atau berbicara saat
pengukuran sedang berlangsung.
• Posisi lengan sejajar dengan jantung,
bebaskan lengan dari pakaian dan
tempatkan posisi manset dengan rapi
diatas arteri brakhialis,
Definisi Hipertensi Dalam Kehamilan

Pengukuran tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau


tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg
pengukuran tekanan darah dilakukan dua kali dengan jarak
15 menit dengan menggunakan lengan yang sama
Hipertensi berat dalam kehamilan adalah tekanan darah
sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg

Magee, L. A. (2016). The FIGO textbook of pregnancy hypertension: an evidence-based guide to monitoring, prevention and management
Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan

 Pre-existing (chronic) hypertension


 Gestasional hypertension (without proteinuria)
 Pre-eclamsia
 Chronic hypertension with superimposed preeclamsia

American College of Obstetricians and Gynecologists & American College of Obstetricians and Gynecologists, 2013
Hipertensi dibagi menjadi tiga:
• Hipertensi ringan
Tekanan darah sistolik 140-149 mmHg, tekanan darah diastolik
90-99 mmHg
• Hipertensi sedang
Tekanan darah sistolik 150-159 mmHg, tekanan darah diastolik
100-109 mmHg
• Hipertensi berat
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg, tekanan darah diastolik ≥
110 mmHg

National Institute for Health and Care Excellence (2010)


Pengobatan Hipertensi Dalam Kehamilan
Pengobatan hipertensi dalam kehamilan dapat dilakukan dengan pemberian terapi
antihipertensi dan terapi lain. Terapi antihipertensi yang banyak digunakan pada ibu
hamil adalah nifedipine.

Kenapa nifedipine yang banyak digunakan? Karena nifedipine lebih efektif


dibandingkan dengan terapi lain misalnya metildopa. Penggunaan metildopa
dapat menyebabkan hiotensi pada bayi baru lahir (Togarikar, 2017), (Rezaei dkk.,
2011)

Metildopa efektif untuk mild hypertension (Rezaei dkk., 2011)

Terapi lain diberikan untuk menunjak tindakan obstetrik. Terapi yang diberikan antara
lain antibiotik, analgetik, kortikosteroid, oksitosin, MgSO4.
Manajemen kehamilan dengan preeklamsi

Gejala preeklamsi
Sakit kepala yang hebat
Masalah pada penglihatan
Sakit yang hebat tepat dibawah tulang rusuk / Nyeri ulu hati
Muntah
Bengkak pada daerah wajah, tangan atau kaki

National Institute for Health and Care Excellence (2010)


Faktor risiko tinggi
 Hipertensi pada kehamilan sebelumnya
 Penyakit ginjal kronis
 Penyakit autoimun seperti systemic lupus erythematosus or antip
hospholipid syndrome
 Diabetes tipe 1 dan 2
 Hipertensi kronis

Anjurkan perempuan dengan risiko tinggi preeklamsi untuk


mengkonsumsi 75 mg aspirin setiap hari.

National Institute for Health and Care Excellence (2010)


Faktor risiko sedang
 Kehamilan pertama
 Usia ≥ 40 tahun
 Jarak kehamilan > 10 tahun
 Indeks masa tubuh > 35 kg/m2
 Riwayat keluarga dengan preeklamsi
 Kehamilan ganda atau kembar

Anjurkan perempuan yang memiliki faktor risiko sedang lebih da


ri satu untuk mengkonsumsi 75 mg aspirin setiap hari mulai usia
kehamilan 12 minggu hingga kelahiran bayi.

National Institute for Health and Care Excellence (2010)


Ingat !
• Jangan gunakan nitric oxide donors, progesterone, diuretics, dan low
molecular weight heparin untuk mencegah gangguan hipertensi selama
kehamilan
• Jangan merekomendasikan suplemen seperti magnesium, asam folat,
antioksidan (vitamin C dan E), minyak ikan , dan bawang putihdengan
tujuan untuk mencegah gangguan hipertensi selama kehamilan
• Jangan rekomendasikan pembatasan garam selama kehamilan untuk
mencegah hipertensi gestasional atau preeklamsi.

National Institute for Health and Care Excellence (2010)


Tujuan dasar tata laksana preeklamsi
 Terminasi kehamilan dengan trauma seminimal mungkin bagi ibu
maupun janin
 Kelahiran bayi yang dapat bertahan hidup
 Pulihnya kesehatan ibu secara sempurna
Treatment preeklamsia
 Melakukan assesmemt pada perempuan dengan
preeklamsia setiap konsultasi
 Menawarkan perempuan dengan perawatan
antihipertensi preeklamsia selain labetalol setelah
mempertimbangkan efek samping
Waktu kelahiran
• Mengelola kehamilan pada perempuan dengan preeklamsi secara
konservatif
• Membuat rencana pemantauan janin selama kelahiran
• Menawarkan kelahiran pada perempuan dengan preeklamsi
sebelum 34 minggu setelah berdiskusi dengan tim neonatal dan
anastesi dan program kortikosteroid telah diberikan (jika hipertensi berat
berkembang menjadi refrakter terhadap pengobatan, adanya indikasi ibu
atau janis yang semakin berkembang)
Cont....

• Merekomendasikan kelahiran untuk ibu hamil dengan preeklamsi disertai


hipertensi berat setelah 34 mingggu ketika tekanan darah telah dikontrol
dan pemberian kortikosteroid telah selesai
• Menawarkan kelahiran untuk ibu hamil dengan preeklamsi dengan
hipertensi ringan atau sedang usia kehamilan 34 – 36+6 minggu
tergantung kondisi ibu dan janin serta faktor risiko dan ketersediaan
perawatan intensif neonatal (manajemen kelahiran awal, cara, tujuan,
asuhan)
• Merekomendasikan kelahiran dalam 24-48 jam pada perempuan hamil
yang mengalami preeklamsi dengan hipertensi ringan atau sedang
setelah 37 minggu
Pemantauan dan perawatan postnatal
• Pada perempuan dengan preeklamsi dan tidak menjalani pengobatan
antihipertensi dan telah melahirkan maka ukur tekanan darah setidaknya
empat kali sehari pada saat dirawat inap atau setidaknya sekali antara hari
ke 3 dan hari ke 5 setelah melahirkan
• Pada perempuan dengan preeklamsi selama hamil tidak menggunakan
pengobatan anti hipertensi maka memulai pengobatan anti hipertensi
apabila tekanan darah > 150/100 mmHg
• Tanyakan tentang kondisi seperti mengalami sakit kepala yang hebat dan
nyeri epigastrik setiap kali mengukur tekanan darah
Cont....
• Mengukur tekanan darah setiap 1 – 2 hari hingga 2 minggu setelah pulang sampai
berhenti pengobatan dan tidak memiliki hipertensi
• Pada perempuan dengan preeklamsi yang telah menjalani pengobatan antihipertnsi
maka melanjutkan perawtaan antihipertensi antenatal dan mempertimbangkan untuk
mengurangi pengobatan antihipertensi apabila tekana darah < 140/90 mmHg dan atau
mengurangi pengobatan antihipertensi apabila tekanan darah < 130/80 mmHg
• Apabila selama hamil menggunakan metildopa maka hentikan penggunaan obat dalam
2 hari setelah melahirkan
• Menawarkan perempuan dengan preeklamsi untuk pulang kerumah apabila memenuhi
kriteria seperti tidak ada gejala preekalmsi, tekanan darah dengan atau tanpa
pengobatan < 149/99 mmHg dan hasil tes darah bagus
Cont....

• Rencana perawatan apabila sudah pulang ke rumah:


– Siapa yang memberikan perawatan lanjutan dan tinjauan medis jika diperlukan
– Diibutuhkan pemantauan tekanan darah
– Indikasi rujukan ke perawatan primer untuk pemeriksaan tekanan darah
• Menawarkan perempuan dengan preeklamsi setelah melahirkan dan masih menjalani
pengobatan antihipertensi selama 2 minggu setelah pulang kerumah
• Menawarkan semua perempuan dan atau pernah mengalami preeklamsi untuk menjalani
perawatan antihipertensi 6-8 minggu setelah melahirkan
Manajemen kehamilan dengan hipertensi kronik
Nasihat sebelum kehamilan
• Penggunaan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors and angiotensin II
receptor blockers (ARBs) bahwa :
– Adanya peningaktan risiko kelainan bawaan apabila obat dikonsumsi selama
hamil
– Diskusikan pengobatan antihipertensi lainnya
• Penggunaan diuretik klorotiazid, kemungkinan ada peningkatan risiko kelainan
bawaan dan komplikasi neonatal apabila obat dikonsumsi selama hamil
• Mendiksusikan pengobatan antihipertensi
• Jaga asupan natrium tetap rendah
Treatmen

• Hipertensi kronis tanpa komplikasi diberikan treatmen bertujuan untuk menjaga


tekanan darah dibawah 150/100 mmHg
• Jangan menawarkan perempuan hamil dengan perawatan hipertensi kronis tanpa
komplikasi untuk menurunkan tekanan darah diastolik dibawah 80 mmHg
• Menawarkan perawatan hipertensi kronis dengan kerusakan organ (misalnya
penyakit ginjal) dengan tujuan menjaga tekanan darah dibawah 140/90 mmHg
• Menawarkan rujukan
• Menawarkan pengobatan antihipertensi tergantung pada pengobatan yang sudah
ada, menjelaskan efek samping dan teratogenitas
Waktu kelahiran
• Jangan menawarkan kepada perempuan hamil dengan hipertensi kronis
yang tekanan darah ≤ 160/110mmHg dengan atau tanpa pengobatan
dengan atau tanpa pengobatann hipertensi untuk melahirkan sebelum usia
kehamilan 37 minggu pada perempuan
• Harus adanya kesepakatan waktu kelahiran antara ibu hamil dengan dokter
kandungan pada ibu dengan hipertensi kronis yang tekanan darah lebih
rendah dari 160/110 mmHg setelah 37 minggu

Jadwalkan konsultasi antenatal tambahan pada


perempuan dengan hipetensi kronis
Pemantauan dan perawatan pascanatal
• Mengukur tekanan darah setelah melahirkan, yaitu:
– Ukur tekanan darah setiap hari selama 2 hari pertama setelah melahirkan
– Setidaknya sekali antara hari ke 3 dan hari ke 5 setelah malahirkan
• Pengobatan hipertensi kronis setelah melahirkan bertujuan untuk menjaga tekanan
darah di bawah 140/90 mmHg
• Melanjutkan pengobatan antihipertensi antenatal dan meninjau pengobatan
antihipertensi jangka panjang 2 minggu setelah melahirkan
• Apabila selama hamil mengkonsumsi metildopa maka dianjurkan untuk
menghentikan pemberian metildopa dalam waktu 2 hari dan memulai kembali
pengobatan antihipertensi yang dikonsumsi sebelum hamil.
• Menawarkan pemeriksaaan medis 6 – 8 minggu setelah melahirkan
Manajemen kehamilan dengan hipertensigestasional
Treatment
• Assesment penuh
• Perlu memperhatikan assesmen tambahan pada faktor-faktor risiko berikut:
– Nulipara
– Usia ibu tua ≥ 40 tahun
– Interval kehamilan ≥ 10 tahun
– Riwayat keluarga preeklamsia
– Kehamilan ganda
– Indeks masa tubuh ≥35 kg/m2
– Riwayat hipertensi gestasional sebelumnya
– Penyakit pembuluh darah dan ginjal yang sudah ada sebelumnya
Cont....
• Menawarkan perawatan antihipertensi selain labetalol setelah
mempertimbangkan efek samping untuk ibu, janin dan bayi baru lahir.
Alternatif pengobatan yang ada seperti metidopa dan nifedipine
• Perempuan yang menerima rawat jalan untuk hipertensi gestasional berat,
setelah itu dikontrol di rumah sakit, mengukur tekanan darah dan menguji
urin dua kali seminggu serta tes darah setiap minggu
• Pada perempuan dengan hipertensi ringan yang datang sebelum usia
kehamilan 32 minggu atau beresiko tinggi preeklamsia dilakukan
pengukuran tekanan darah dan tes urin dua kali seminggu
• Jangan menawarkan tirah baring sebagai pengobatan untuk hipertensi
gestasional
Waktu kelahiran
• Jangan menawarkan kelahiran sebelum 37 minggu dengan tekanan darah
< 160/110 mmHg atau tanpa pengobatan antihipertensi
• Perlu adanya kesepakatan antara ibu hamil dan dokter kandungan pada
perempuan dengan hipertensi gestasional yang tekananan dari < 160/110
mmHg setelah 37 minggu dengan atau tanpa pengobatan antihipertensi
untuk waktu kelahiran
• Menawarkan kelahiran dengan hipertensi gestasional berat setelah
pemberian kortikosteroid (jika diperlukan)
Pemantauan dan perawatan pascanatal
• Ukur tekanan darah setiap hari selama 2 hari setelah melahirkan atau
setidaknya sekali antara hari ke 2 dan ke 5 setelah lahir
• Melanjutkan penggunaan pengobatan antihipertensi antenatal
• Mempertimbangkan untuk mengurangi pengobatan antihipertensi apabila
tekanan darah < 140/90 mmHg
• Apabila pada saat hamil mengkonsumsi metildopa maka hentikan
penggunaan dalam 2 hari setelah melahirkan
• Pada perempuan dengan hipertensi gestasional yang tidak menggunakan
pengobatan antihipertensi dan telah melahirkan, maka mulai pengobatan
antihipertensi apabila tekanan darah > 149/99 mmHg
Cont....
• Rencana perawatan apabila sudah pulang kerumah yaitu:
– Siapa yang memberikan perawatan lanjutan dan tinjauan medis jika
diperlukan
– Diibutuhkan pemantauan tekanan darah
– Ambang batas untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan obat
antihipertensi
– Indikasi rujukan ke perawatan primer untuk pemeriksaan tekanan darah
• Perempuan dengan hipertensi gestasional setelah melahirkan tetap
menjalani pengobatan antihipertensi selama 2 minggu setelah pulang
• Menawarkan pemeriksaan medis setelah 6-8 minggu setelah melahirkan
Evaluasi
Rawat inap diperlukan bagi ibu hamil dengan hipertensi awitan dini (< 34
minggu), hipertensi menetap, memburuk, bahkan timbul proteinuria
• Pemeriksaan lebih rinci diperlukan untuk menemukan tanda dan gejala seperti
nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, penambahan berat badan
(oleh karena itu berat badan perlu ditimbang setiap hari)
• Analisis proteinuria saat pasien masuk dan setidaknya setiap 2 hari setelah pasien
masuk
• Pengukuran tekanan darah
• Evaluasi keadaan janin, volume cairan ketuban
Asuhan kesehatan dirumah atau tata laksana rawat jalan

Rawat jalan dapat dilakukan selama penyakit tidak memperburuk keadaan ibu
maupun janin.
Hal yang perlu dilakukan, yaitu:
• Menganjurkan ibu untuk melakukan aktivitas fisik yang ringan
• Ibu dianjurkan untuk melaporkan setiap tanda dan gejala yang tidak normal yang
terjadi pada dirinya
• Perawat atau bidan dapat melakukan kunjungan rumah untuk pemantauan tekanan
darah dan proteinuria dilakukan setiap 2 kali seminggu
• Ibu dianjurkan datang ke pelayanan kesehatan setiap seminggu sekali
Hal yang perlu diketahui!
• Kehamilan disertai komplikasi hipertensi gestasional diterapi berdasarkan
keparahan, usia getsasi, dan adaya preeklamsi.
• Penting untuk mengetahui riwayat medis, keluarga, dan kebidanan
• Keakuratan dalam pengukuran tekanan darah
• Preeklamsi tidak selalu dapat didiagnosis pasti, oleh karena itu pentingnya
melakukan kunjungan antenatal
• Beri konseling dan nasehat setiap kunjungan antenatal
• Rujukan dini untuk mengurangi komplikasi atau risiko jangka panjang baik bagi ibu
dan janin
• Lakukan evaluasi pasca partum pada perempuan yang mengalami hipertensi
pada saat hamil
– Beri konseling mengenai risiko jangka panjang
• Ruang lingkup praktik bidan yaitu mengidentifikasi faktor risiko dan
memprediksi
• Peran bidan dalam penilaian dan mendiagnosis untuk deteksi dini
dan rujukan sehingga memungkinkan dilaksanakan pengobatan
dengan cepat untuk meminimalkan komplikasi atau kondisi buruk
baik bagi ibu maupun janin

Tranquilli, A. L., Dekker, G., Magee, L., Roberts, J., Sibai, B. M., Steyn, W., … Brown, M. A. (2014).
Ingat !
• Hipertensi postpartum dapat terjadi karena tekanan darah tinggi yang
bertahan setelah melahirkan yang pada saat hamil mengalami hipertensi
gestasional atau pre-eklamsi. (Bramham, Nelson-Piercy, Brown, &
Chappell, 2013)
• hipertensi persisten disertai proteinuria enam minggu setelah
melahirkan harus segera dilakukan rujukan ke dokter spesialis
(Bramham dkk., 2013)
• Obat hipertensi yang aman bagi ibu menyusui adalah labetalol,
nifedipine, dan enalapril (Bramham dkk., 2013)
Breastfeeding

• Hindari pemberian diuretik untuk hipertensi apabila


menyusui
• Obat yang cocok bagi ibu menyusui seperti labetalol,
nifedipine, enalapril, kaptopril, atenolol, dan metoprolol
• Belum ada cukup bukti tentang keamanan untuk bayi pada
ibu menyusui yang mengkonsumsi ARB, amlodipine dan
ACE selain enalapril dan captopril
• Mengkaji kesejahteraan klinis bayi seperti kecukupan ASI
Reference
• 1 Guidance | Hypertension in pregnancy: diagnosis and management | Guidance | NICE. (t.t.). Diambil 21 April 2019, dari https://www.nice.org.uk/guidance/cg107/chapter/1-
Guidance#management-of-pregnancy-with-gestational-hypertension
• American College of Obstetricians and Gynecologists, & American College of Obstetricians and Gynecologists (Ed.). (2013). Hypertension in pregnancy. Washington, DC: American College of
Obstetricians and Gynecologists.
• Bramham, K., Nelson-Piercy, C., Brown, M. J., & Chappell, L. C. (2013). Postpartum management of hypertension. BMJ, 346, f894. https://doi.org/10.1136/bmj.f894
• Brown, C. M., & Garovic, V. D. (2014). Drug Treatment of Hypertension in Pregnancy. Drugs, 74(3), 283–296. https://doi.org/10.1007/s40265-014-0187-7
• Cairns, A. E., Pealing, L., Duffy, J. M. N., Roberts, N., Tucker, K. L., Leeson, P., … McManus, R. J. (2017). Postpartum management of hypertensive disorders of pregnancy: a systematic review.
BMJ Open, 7(11). https://doi.org/10.1136/bmjopen-2017-018696
• Cunningham, G., et al. (2012). Williams Obstetri, ed. 23 , vol. 2. Jakarta: EGC
• Health (UK), N. C. C. for W. and C. (2010). Breastfeeding. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK62632/
• Magee, L. A. (2016). The FIGO textbook of pregnancy hypertension: an evidence-based guide to monitoring, prevention and management.
• Marshall, J and Maureen R. (2014). Myles Textbook for Midwives, ed. 16. Elsevier
• Rezaei, Z., Sharbaf, F. R., Pourmojieb, M., Youefzadeh-Fard, Y., Motevalian, M., Khazaeipour, Z., & Esmaeili, S. (2011). Comparison of the efficacy of nifedipine and hydralazine in hypertensive
crisis in pregnancy. Acta Medica Iranica, 49(11), 701–706.
• Ristyaningsih, A., Ristyaningsih, A., Kurniawati, F., & Yasin, N. M. (2019). Explorative Study on Hipertension Treatment among Pregnant Women. JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN
FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice), 8(4), 189. https://doi.org/10.22146/jmpf.40929
• Sari, N. K., Hakimi, M., & Rahayujati, T. B. (2016). Determinan gangguan hipertensi kehamilan di Indonesia. 32(9), 8.
• Stellenberg, E. L., & Ngwekazi, N. L. (2016). Knowledge of midwives about hypertensive disorders during pregnancy in primary healthcare. African Journal of Primary Health Care & Family
Medicine, 8(1). https://doi.org/10.4102/phcfm.v8i1.899
• Tebeu, P. M., Foumane, P., Mbu, R., Fosso, G., Biyaga, P. T., & Fomulu, J. N. (2011). Risk Factors for Hypertensive Disorders in Pregnancy: A Report from the Maroua Regional Hospital,
Cameroon. Journal of Reproduction & Infertility, 12(3), 227–234. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3719289/
• Togarikar, S. M. (2017). Efficacy of methyldopa versus nifedipine in mild and severe pregnancy induced hypertension. International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics and
Gynecology, 6(10), 4544–4548. https://doi.org/10.18203/2320-1770.ijrcog20174439
• Tranquilli, A. L., Dekker, G., Magee, L., Roberts, J., Sibai, B. M., Steyn, W., … Brown, M. A. (2014). The classification, diagnosis and management of the hypertensive disorders of pregnancy: A
revised statement from the ISSHP. Pregnancy Hypertension: An International Journal of Women’s Cardiovascular Health, 4(2), 97–104. https://doi.org/10.1016/j.preghy.2014.02.001
Terimakasih
Orang bijak harus menganggap kesehatan
sebagai rahmat terbesar untuk manusia dan belajar
bagaimana caranya mengambil hikmah dari penyakitnya
(hippocrates)

Anda mungkin juga menyukai