Anda di halaman 1dari 8

Kajian antropologis filsafi

terhadap hakikat
manusia dan pendidikan

EPNI SUDRAJAT 1707815


NOVIANA TEJASENTOSA 1706438
Pendahuluan

 Bagaimana seseorang memandang suatu pendidikan seringkali dikaitkan


dengan cara hidup atau pandangan hidup dimana orang tersebut
berada
 Ada nilai-nilai universal dalam pendidiakan
Kajian beberapa pandangan filsafat terhadap hakikat
manusia dan pendidikan (Idealisme, Realisme,
Pragmatisme, Eksistensialisme, dan Pancasila)

 Idealisme, pada prinsipnya adalah suatu penekanan pada realitas ide-


gagasan, pemikiran, akal pikir atau kedirian daripada sabagai suatu
penekanan pada obyek-obyek dan daya-daya material (Knight, 2007).
 Idealisme terkait dengan konsep abadi seperti kebenaran, keindahan, kemuliaan.
 Hakikat Manusia Idealisme menganggap adanya Diri Absolut yang merupakan
prototype akal-pikir. Makrokosmos adalah Akal-pikir absolut, sementara bumi dan
pengalaman-pengalaman sensori dapat direnung-pikirkan sebagai mikrokosmos
yang merupakan bayangan dari apa yang sejatinya ada
 Idealisme dan Pendidikan Siswa dapat dipandang sebagai suatu diri mikrokosmik
yang berada dalam proses menjadi lebih mirip dengan Diri Absolut. Siswa ditandai
oleh keinginan untuk sempurna.
 Realisme merupakan reaksi terhadap keabstrakan dan kedunia-lainan dari
idealisme. Titik tolaknya adalah bahwa obyek-obyek dan indra muncul dalam
bentuk apa adanya terlepas dari serapan pengetahuan yang dibentuk oleh
akal-pikir
 Hakikat Manusia Penganut realisme melihat realitas dalam kaca mata bahwa
segala sesuatu adalah nyata ketika berjalan sesuai dengan hukum alam.
Kebenaran adalah segala sesuatu yang sesuai dengan situasi aktual
sebagaimana ditangkap oleh si pengamat.
 Realisme dan Pendidikan Metode pengajaran realisme sangat mementingkan
indrawi. Siswa dapt belajar dengan baik dan maksimal jika mereka dapat
merasa, mencium dan mendengar materi yang diajarkan, serta melihatnya.
Penganut aliran ini menyukai demonstrasi (peragaan materi) di ruang kelas
karya wisata dan penggunaan alat bantu audio-visual.
 William James dalam Knight (2007) merumuskan pragmatisme sebagai “sikap
memalingkan muka dari segala sesuatu, prinsip-prinsip, kategori-kategori dan
keniscayaan-keniscayaan awal, untuk kemudian beralih pada segala sesuatu,
hasil-hasil, konsekuensi-konsekuensi, serta fakta-fakta baru”. Sebagai
akibatnya, manusia tidaklah begitu saja menerima pengetahuan, ia
menciptakan pengetahuan karena ia berinteraksi dengan lingkungan.
 Hakikat Manusia Manusia bertanggung jawab sepenuhnya atas kebenaran
dan pengetahuan, pada saat bersamaan ia bertanggung jawab atas nilai-
nilai.
 Pragmatisme dan Pendidikan Knight (2007) menjelaskan bahwa siswa
merupakan subyek yang memiliki pengalaman, dan dengan pengalamannya
tersebut, dia mampu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan
situasi-situasi problematis.
 filsafat eksistensialisme sangat memperhatikan emosi-emosi manusia.
Eksistensialisme berkaitan dengan watak manusia. Individualisme adalah pilar
utama eksistensialisme. Eksistensi individu adalah titik bidik pandangan
eksistensialisme terhadap realitas.
 Hakikat Manusia Manusia akan sampai pada kesadaran bahwa ia adalah
apa yang ia pilih untuk ada. Manusia dihadapkan pada keharusan mutlak
untuk membuat pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan.
 Eksistensialisme dan Pendidikan Menurut Knight (2007), peran guru lebih
sebagai seseorang yang berkemauan membantu para subyek didik
mengeksplorasi jawaban-jawaban yang mungkin. Guru memperhatikan
keunikan individulitas masing-masing subyek didik. Guru merupakan fasilitator
yang mau menghargai aspek emosional dan irasional dan mau berupaya
serius mengarahkan subyek didik ke pemahaman yang lebih baik tentang diri
sendiri.
 Pancasila merupakan landasan hidup bangsa Indonesia yang didalamnya
terkandung falsafah utama yang menegaskan bagaimana kita sebagai
bangsa harus bertindak/bersikap.
 Hakikat Manusia Pancasila memandang manusia sebagai bagian utama atau
inti di dalam setiap silanya. Pancasila mengandung pemahaman hakikat
manusia yang monopluralis. Monopluralis memiliki tiga unsur; susunan kodrat
(jasmani dan rohani), sifat kodrat (individu-mahluk sosial), dan kedudukan
kodrat (pribadi mandiri, mahluk Tuhan).
 Pancasila dan Pendidikan Pendidikan pada dasarnya berkaitan dengan nilai.
Nilai-nilai pendidikan nasional di Indonesia harus dilandaskan pada prinsip
yang terkandung dalam Pancasila. Hal ini berarti bahwa tujuan, materi,
motivasi, kurikulum, dan metode belajar yang dirancang harus sesuai dengan
kaidah-kaidah Pancasila, sebagai cita-cita ideal bangsa
Implikasi pandangan antropologi filsafi terhadap peranan pendidik
dan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan

 Peranan Pendidik dan Peserta didik dalam Filsafat Idealisme Apabila dilihat
dari filsafat idealisme, seorang pendidik harus membimbing siswa agar mampu
mengembangkan watak yang terbaik.
 Peranan Pendidik dan Peserta didik dalam Filsafat Realisme Peran pendidik
adalah menjadi pihak yang menguasai pengetahuan dan memiliki
ketrampilan serta mampu menyajikan dalam bentuk yang menarik kepada
siswa. Pendidik diasumsikan memiliki pengalaman lebih banyak karena sudah
mempelajarinya terlebih dahulu
 Peranan Pendidik dan Peserta didik dalam Filsafat Eksistensialisme Penekanan
pada unsur kebebasan ini berarti menuntut para pendidik untuk senantiasa
menciptakan lingkungan yang bebas, dalam arti kebebasan akademik. Peran
peserta didik di dalam filsafat eksistensialisme ini diharapkan dapat
membangun komitmen positif bagi pengembangan diri pribadi mereka.
 Peranan Pendidik dan Peserta didik dalam Filsafat Pancasila Pendidik yang
berlatar belakang filsafat Pancasila diharapkan dapat menjadi pendorong
perkembangan anak didik. Pendidik harus bersikap proaktif untuk menggali
kebutuhan siswa.

Anda mungkin juga menyukai