Anda di halaman 1dari 18

DISUSUN OLEH :

Fandi Afrizal 1815041049


Rifki Amirul Hakim 1815041027
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia
melalui panca indra, intuisi, dan firasat. Ilmu adalah pengetahuan
yang sudah diklasifikasikan, disistematisasi, dan diinterpretasi,
sehingga menghasilkan kebenaran objektif dan dapat diuji
kebenarannya.
Dalam Islam, jelasnya, ada dua jenis ilmu, yaitu ilmu fardhu ‘ain
dan fardhu kifayah. Yang masuk golongan ilmu fardhu ‘ain
adalah Al-Quran, hadis, fikih, tauhid, akhlaq, syariah, dan
cabang-cabangnya. Sedangkan yang masuk ilmu fardhu kifayah
adalah kedokteran, matematika, psikologi, dan cabang sains
lainnya.
Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:
(a) berseberangan atau bertentangan,
(b) bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai,
(c) tidak bertentangan satu sama lain,
(d) saling mendukung satu sama lain, agama mendasari
pengembangan iptek atau iptek mendasari penghayatan agama.
Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling
tolak. Apa yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam
pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan
orang dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama
dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran ilmu
pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan
cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan oleh manusia. Pola hubungan pertama ini pernah
terjadi di zaman Galileio-Galilei. Ketika Galileo berpendapat bahwa
bumi mengitari matahari sedangkan gereja berpendapat bahwa
matahari lah yang mengitari bumi, maka Galileo dipersalahkan dan
dikalahkan. Ia dihukum karena dianggap menyesatkan masyarakat.
Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan
pertama. Ketika kebenaran iptek yang bertentangan dengan
kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan
akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah
menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-
masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran
agama dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan.
Konflik antara agama dan ilmu, apabila terjadi, akan diselesaikan
dengan menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda. Dalam
pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan
penghayatan dan pengamalan agama seseorang karena keduanya
berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun
komunal, pengembangan yang satu tidak mempengaruhi
pengembangan yang lain. Pola hubungan seperti ini dapat terjadi
dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa untuk memisahkan
urusan agama dari urusan negara/masyarakat.
Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan
ini, kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan
kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling
mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan
dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama
sekali.
Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang
positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak
adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu
pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler.
Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud:
ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi
pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama,
pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi ajaran
agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran
agama mendukung pengembangan iptek dan demikian pula
sebaliknya.
Ada pula konflik antara ajaran agama dan ajaran ilmu
pengetahuan yang diselesaikan dengan cara menganggapnya
"tidak ada atau sudah selesai" padahal ada dan belum
diselesaikan. Sebagai contoh adalah teori tentang asal usul
manusia yang diajarkan di sekolah. Guru biologi mengajarkan
bahwa menurut sejarahnya, manusia itu berasa dari suatu jenis
tertentu yang kemudian pecah menjadi dua cabang: yang satu
mengikuti garis pongid yang akhirnya menjadi kera modern, yang
lain mengikuti garis manusia yang berkembang mulai dari
manusia kera purba sampai ke manusia modern. Guru agama
Islam mengajarkan bahwa, berdasarkan dalil-dalil naqli, manusia
itu diciptakan oleh Allah s.w.t. dalam bentuknya seperti sekarang.
Hakikat Ilmu Dan Fungsi Pengetahuan Dalam Islam

Islam sebagai agama yang sangat menghormati ilmu


pengetahuan, tidak diragukan lagi. Banyak argumen yang dapat
dirujuk, di samping ada ayat-ayat al-Qur`an dan hadits Nabi
saw. yang mengangkat derajat orang berilmu, juga di dalam al-
Qur`an mengandung banyak rasionalisasi, bahkan menempati
bagian terbesar. Hal ini diakui Meksim Rodorson (seorang penulis
Marxis) ketika menelaah Q.S. Ali Imrân/3: 190-191 dan Q.S. Al-
Baqarah/2: 164.
Menurutnya, dalam al-Qur`an kata ‘aqala (mengandung
pengertian menghubungkan sebagian pikiran dengan sebagian
yang lain dengan mengajukan bukti-bukti yang nyata sebagai
argumentasi yang harus dipahami secara rasional) disebut
berulang kali, tidak kurang dari lima puluh kali dan sebanyak
tiga belas kali berupa bentuk pertanyaan sebagai protes yang
mengarah pada kajian ilmiyah, seperti “Apakah kamu tidak
berakal?". Seandainya meneliti kata-kata lainnya: nazhara
(menganalisa), tafakkara (memikirkan), faqiha (memahami),
‘alima (mengerti, menyadari), burhan (bukti, argumentasi), lubb
(intelektual, cerdas, berakal) dan lain-lain, niscaya akan
menemukan banyak sekali nilai-nilai ilmiyah yang terdapat dalam
al-Qur`an.
Sebagian orang yang rendah pengetahuan keislamannya
beranggapan bahwa al-Qur’an adalah sekedar kumpulan cerita
kuno yang tidak mempunyai manfaat bagi kehidupan modern,
apalagi jika dihubungkan dengan kemajuan IPTEK saat ini. Al-
Qur’an menurut mereka cukuplah dibaca untuk sekedar
mendapatkan pahala bacaannya, tidak untuk digali kandungan
ilmu didalamnya.
Anggapan diatas merupakan indikasi bahwa orang tersebut tidak mau
berusaha untuk membuka al-Qur’an dan menganalisis kandungan ilmu
didalamnya. Anggapan tersebut amatlah keliru. Bukti-bukti di bawah ini
menunjukkan yang sebaliknya :
• َْ‫ِّك الَّذِي َخلَق‬ َْ ‫(ا ْق َرْأْ ِبا ْس ِْم َر ِب‬3) ْ‫ن َعلَق‬ َْ ‫(ا ْق َرْأْ َو َرب‬1) ‫الَّذِي َعلَّ َْم‬
ِ ْ َْ‫( َخلَق‬2) ْ‫ُّك ْاْل َ ْك َرم‬
َ ‫اْل ْن‬
ْْ ‫سانَْ ِم‬
‫( ِب ْالقَلَ ِْم‬4) ‫سانَْ َما لَ ْْم يَ ْعلَ ْْم‬ ِ ْ ‫َعلَّ َْم‬
َ ‫اْل ْن‬

• Wahyu yang pertama sekali diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi
Muhammad saw adalah perintah untuk membaca/belajar (QS 96 :
1-5) dan menggunakan akal, bukan perintah untuk shalat, puasa,
atau dzikrullah. Hal ini menunjukkan perhatian Islam yang besar
terhadap ilmu pengetahuan.
‫ن •‬‫اء َهؤال ِْء ِإ ْْ‬‫ل أَ ْنبِئونِي بِأ َ ْس َم ِْ‬ ‫علَى ْال َمالئِْ َك ِْة فَقَا َْ‬ ‫ضه ْْم َ‬ ‫ع َر َ‬ ‫علَّ َْم آ َد َْم اْل ْس َما َْء كلَّ َها ث َّْم َ‬‫َو َ‬
‫صا ِدقِينَْ‬‫ت ْالعَ ِليمْ ْال َح ِْكيمْ )‪(31‬ك ْنت ْْم َ‬ ‫ك أ َ ْن َْ‬ ‫َك ال ِع ْل َْم لَنَا ِإال َما َ‬
‫علَّ ْمْت َنَا ِإنَّ َْ‬ ‫قَالوا س ْب َحان َْ‬
‫ل يَا آ َدمْ أَ ْن ِبئْه ْْم ِبأ َ ْس َمائِ ِه ْْم فَلَ َّما أَ ْنبَأَهْ ْْم ِبأ َ ْس َمائِ ِه ْْم )‪(32‬‬ ‫ل لَك ْْم ِإِْنِّي )‪(33‬قَا َْ‬ ‫ل أَلَ ْْم أَق ْْ‬
‫قَا َْ‬
‫ض َوأ َ ْعلَمْ َما تبْدونَْ َْو َما ك ْنت ْْم تَ ْكتمونَْ‬ ‫اْلر ِ ْ‬ ‫ت َو ْ‬ ‫س َم َاوا ِْ‬ ‫ْب ال َّ‬
‫غي َْ‬ ‫أَ ْعلَمْ َ‬
‫‪• Allah SWT mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya di muka‬‬
‫‪bumi, bukan para malaikat-Nya, karena manusia memiliki ilmu‬‬
‫‪pengetahuan (QS 2 : 31-33). Dengan kelebihan ilmu‬‬
‫‪pengetahuan itu juga, Allah SWT memuliakan Adam as‬‬
‫‪sehingga malaikat bersujud padanya.‬‬
Perkembangan IPTEK dalam Islam

Iptek menjadi dasar dan pondasi yang menyangga bangunan


peradaban modern. IPTEK terdiri dari dua hal yaitu Ilmu
Pengetahuan dan Tekonologi, dua hal yang memiliki arti dan
peranan masing-masing dalam kehidupan manusia.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah muncul
sejak manusia lahir, hal ini dikarenakan manusia diberi akal dan
kemampuan berfikir dari Allah SWT.
Ilmu Pengetahuan dapat didefinisiikan sebagai segala hal yang
diketahui manusia dengan pancaindra dan intuisi serta sudah
diproses sedemikian ruga sehingga objektif dan kebenarannya
dapat diuji secara ilmiah. Teknologi, di lain pihak merupakan
salah satu produk dari ilmu pengetahuan yang berwujud maupun
berupa bentuk.
Dalam Islam pun diajarkan untuk menuntuk ilmu yang
mengindikasikan bahwaselama ilmu tersebut bermanfaat bagi
umatnya (dalam konteks positif) maka diwajibkan bagi umatnya
untuk mempelajarinya, hal ini juga sebagai wujud syukur akan
Allah atas kemampuan akal dan kemampuan berfikir yang
diberikan. Selain itu, Agama Islam juga mewajibkan bagi
umatnya untuk mengamalkan ilmu yang mereka peroleh untuk
kebaikan didunia, yang di realisasikan dalam bentuk teknologi
serta pengajaran akan ilmu tersebut.
1. Aqidah Islam Sebagai Dasar Iptek
Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu
aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi
iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa
oleh Rasulullah Saw. Namun di sini perlu dipahami dengan
seksama, bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek,
bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari al-
Qur`an dan al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep iptek harus
distandarisasi benar salahnya dengan tolok ukur al-Qur`an dan
al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya.
2. Syariah Islam Standar Pemanfaatan Sains dan Teknologi
Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa
Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek.
Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib
dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun
juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang
telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak
boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah
Islam.

Anda mungkin juga menyukai