Rifki Amirul Hakim 1815041027 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui panca indra, intuisi, dan firasat. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, disistematisasi, dan diinterpretasi, sehingga menghasilkan kebenaran objektif dan dapat diuji kebenarannya. Dalam Islam, jelasnya, ada dua jenis ilmu, yaitu ilmu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Yang masuk golongan ilmu fardhu ‘ain adalah Al-Quran, hadis, fikih, tauhid, akhlaq, syariah, dan cabang-cabangnya. Sedangkan yang masuk ilmu fardhu kifayah adalah kedokteran, matematika, psikologi, dan cabang sains lainnya. Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek: (a) berseberangan atau bertentangan, (b) bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai, (c) tidak bertentangan satu sama lain, (d) saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek mendasari penghayatan agama. Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Pola hubungan pertama ini pernah terjadi di zaman Galileio-Galilei. Ketika Galileo berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan gereja berpendapat bahwa matahari lah yang mengitari bumi, maka Galileo dipersalahkan dan dikalahkan. Ia dihukum karena dianggap menyesatkan masyarakat. Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing- masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama dan ilmu, apabila terjadi, akan diselesaikan dengan menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama seseorang karena keduanya berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun komunal, pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang lain. Pola hubungan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa untuk memisahkan urusan agama dari urusan negara/masyarakat. Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama, pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya. Ada pula konflik antara ajaran agama dan ajaran ilmu pengetahuan yang diselesaikan dengan cara menganggapnya "tidak ada atau sudah selesai" padahal ada dan belum diselesaikan. Sebagai contoh adalah teori tentang asal usul manusia yang diajarkan di sekolah. Guru biologi mengajarkan bahwa menurut sejarahnya, manusia itu berasa dari suatu jenis tertentu yang kemudian pecah menjadi dua cabang: yang satu mengikuti garis pongid yang akhirnya menjadi kera modern, yang lain mengikuti garis manusia yang berkembang mulai dari manusia kera purba sampai ke manusia modern. Guru agama Islam mengajarkan bahwa, berdasarkan dalil-dalil naqli, manusia itu diciptakan oleh Allah s.w.t. dalam bentuknya seperti sekarang. Hakikat Ilmu Dan Fungsi Pengetahuan Dalam Islam
Islam sebagai agama yang sangat menghormati ilmu
pengetahuan, tidak diragukan lagi. Banyak argumen yang dapat dirujuk, di samping ada ayat-ayat al-Qur`an dan hadits Nabi saw. yang mengangkat derajat orang berilmu, juga di dalam al- Qur`an mengandung banyak rasionalisasi, bahkan menempati bagian terbesar. Hal ini diakui Meksim Rodorson (seorang penulis Marxis) ketika menelaah Q.S. Ali Imrân/3: 190-191 dan Q.S. Al- Baqarah/2: 164. Menurutnya, dalam al-Qur`an kata ‘aqala (mengandung pengertian menghubungkan sebagian pikiran dengan sebagian yang lain dengan mengajukan bukti-bukti yang nyata sebagai argumentasi yang harus dipahami secara rasional) disebut berulang kali, tidak kurang dari lima puluh kali dan sebanyak tiga belas kali berupa bentuk pertanyaan sebagai protes yang mengarah pada kajian ilmiyah, seperti “Apakah kamu tidak berakal?". Seandainya meneliti kata-kata lainnya: nazhara (menganalisa), tafakkara (memikirkan), faqiha (memahami), ‘alima (mengerti, menyadari), burhan (bukti, argumentasi), lubb (intelektual, cerdas, berakal) dan lain-lain, niscaya akan menemukan banyak sekali nilai-nilai ilmiyah yang terdapat dalam al-Qur`an. Sebagian orang yang rendah pengetahuan keislamannya beranggapan bahwa al-Qur’an adalah sekedar kumpulan cerita kuno yang tidak mempunyai manfaat bagi kehidupan modern, apalagi jika dihubungkan dengan kemajuan IPTEK saat ini. Al- Qur’an menurut mereka cukuplah dibaca untuk sekedar mendapatkan pahala bacaannya, tidak untuk digali kandungan ilmu didalamnya. Anggapan diatas merupakan indikasi bahwa orang tersebut tidak mau berusaha untuk membuka al-Qur’an dan menganalisis kandungan ilmu didalamnya. Anggapan tersebut amatlah keliru. Bukti-bukti di bawah ini menunjukkan yang sebaliknya : • َِّْك الَّذِي َخلَق َْ (ا ْق َرْأْ ِبا ْس ِْم َر ِب3) ْن َعلَق َْ (ا ْق َرْأْ َو َرب1) الَّذِي َعلَّ َْم ِ ْ َْ( َخلَق2) ُّْك ْاْل َ ْك َرم َ اْل ْن ْْ سانَْ ِم ( ِب ْالقَلَ ِْم4) سانَْ َما لَ ْْم يَ ْعلَ ْْم ِ ْ َعلَّ َْم َ اْل ْن • • Wahyu yang pertama sekali diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad saw adalah perintah untuk membaca/belajar (QS 96 : 1-5) dan menggunakan akal, bukan perintah untuk shalat, puasa, atau dzikrullah. Hal ini menunjukkan perhatian Islam yang besar terhadap ilmu pengetahuan. ن •اء َهؤال ِْء ِإ ْْل أَ ْنبِئونِي بِأ َ ْس َم ِْ علَى ْال َمالئِْ َك ِْة فَقَا َْ ضه ْْم َ ع َر َ علَّ َْم آ َد َْم اْل ْس َما َْء كلَّ َها ث َّْم ََو َ صا ِدقِينَْت ْالعَ ِليمْ ْال َح ِْكيمْ )(31ك ْنت ْْم َ ك أ َ ْن َْ َك ال ِع ْل َْم لَنَا ِإال َما َ علَّ ْمْت َنَا ِإنَّ َْ قَالوا س ْب َحان َْ ل يَا آ َدمْ أَ ْن ِبئْه ْْم ِبأ َ ْس َمائِ ِه ْْم فَلَ َّما أَ ْنبَأَهْ ْْم ِبأ َ ْس َمائِ ِه ْْم )(32 ل لَك ْْم ِإِْنِّي )(33قَا َْ ل أَلَ ْْم أَق ْْ قَا َْ ض َوأ َ ْعلَمْ َما تبْدونَْ َْو َما ك ْنت ْْم تَ ْكتمونَْ اْلر ِ ْ ت َو ْ س َم َاوا ِْ ْب ال َّ غي َْ أَ ْعلَمْ َ • Allah SWT mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi, bukan para malaikat-Nya, karena manusia memiliki ilmu pengetahuan (QS 2 : 31-33). Dengan kelebihan ilmu pengetahuan itu juga, Allah SWT memuliakan Adam as sehingga malaikat bersujud padanya. Perkembangan IPTEK dalam Islam
Iptek menjadi dasar dan pondasi yang menyangga bangunan
peradaban modern. IPTEK terdiri dari dua hal yaitu Ilmu Pengetahuan dan Tekonologi, dua hal yang memiliki arti dan peranan masing-masing dalam kehidupan manusia. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah muncul sejak manusia lahir, hal ini dikarenakan manusia diberi akal dan kemampuan berfikir dari Allah SWT. Ilmu Pengetahuan dapat didefinisiikan sebagai segala hal yang diketahui manusia dengan pancaindra dan intuisi serta sudah diproses sedemikian ruga sehingga objektif dan kebenarannya dapat diuji secara ilmiah. Teknologi, di lain pihak merupakan salah satu produk dari ilmu pengetahuan yang berwujud maupun berupa bentuk. Dalam Islam pun diajarkan untuk menuntuk ilmu yang mengindikasikan bahwaselama ilmu tersebut bermanfaat bagi umatnya (dalam konteks positif) maka diwajibkan bagi umatnya untuk mempelajarinya, hal ini juga sebagai wujud syukur akan Allah atas kemampuan akal dan kemampuan berfikir yang diberikan. Selain itu, Agama Islam juga mewajibkan bagi umatnya untuk mengamalkan ilmu yang mereka peroleh untuk kebaikan didunia, yang di realisasikan dalam bentuk teknologi serta pengajaran akan ilmu tersebut. 1. Aqidah Islam Sebagai Dasar Iptek Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah Saw. Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari al- Qur`an dan al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep iptek harus distandarisasi benar salahnya dengan tolok ukur al-Qur`an dan al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya. 2. Syariah Islam Standar Pemanfaatan Sains dan Teknologi Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.