Anda di halaman 1dari 68

Askep pada

Gangguan
Sistem
Reproduksi
o ENDOMETRIOSIS

o GONOREA

o KANKER SERVIK
ADE ROBIAH
EVA YULIANA
M. DEKSON
NAHLA. M
NOVI .P
SELY .L
UJANG SUPENDI
FIRMAN SATIA

KELOMPOK 4
– Sistem reproduksi merupakan salah satu komponen sistem tubuh yang penting

meskipun tidak berperan dalam homeostasis dan esensial bagi kehidupan

seseorang.

– Pada manusia, reproduksi berlangsung secara seksual.

– Organ reproduksi yang dimiliki manusia berbeda antara pria dan wanita
ANATOMI
ORGAN
REPRODUKSI
PADA PRIA
Alat Kelamin Luar
– Penis berfungsi sebagai alat penetrasi pada vagina wanita saat kopulasi
(persetubuhan).
– Uretra adalah saluran yang mengantarkan urin dan sperma.
– Skrotum (zakar) merupakan suatu kantong kulit yang membungkus testis dan
epididimis.
Alat Kelamin Dalam
– Testis
pada pria berjumlah sepasang, berbentuk oval, dan terletak di skrotum. Di dalam
testis terjadi proses pembuatan sel kelamin jantan dan hormon kelamin

– Epididimis
Epididimis merupakan saluran reproduksi yang berfungsi sebagai tempat
pematangan sperma.
– Vas deferens
Saluran ini merupakan lanjutan dari epididimis. Fungsinya adalah mengangkut
sperma menuju vesikula seminalis (kantong sperma).
– Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin yang dimiliki oleh seorang pria adalah vesikula seminalis, kelenjar
prostat, dan kelenjar bulbouretral (Cowper).
Anatomi
reproduksi
perempuan
Genetalia Eksterna (vulva)
Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area
ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi
lemak, terletak di atas simfisis pubis.

Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini
bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar
tertutp rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.
Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora), tanpa
rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan
berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk
preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian
Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans clitoridis mengandung banyak
pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki.
Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
Vestibulum (serambi)

Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada vestibula terdapat 6 buah
lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah
muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid ketika
terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi masuknya bakteri Neisseria
gonorhoeae maupun bakteri-bakteri pathogen.

Himen (selaput dara)


Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi sabagian besar dari liang
senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar.

Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh otot-otot muskulus
levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter ani .
Genitalia interna

Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung
kemih dan rektum.
Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameternya
antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum
yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil
konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan
perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap
melakukan implantasi.
Ovarium
kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di bawah tuba
uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap
bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira
pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi.
– Siklus Menstruasi
Istilah siklus menstruasi secara spesifik mengacu pada perubahan yang terjadi
dalam uterus. Melalui kesepakatan, hari pertama periode menstruasi perempuan
atau hari pertama menstruasi dinyatakan sebagai hari 1 dari siklus tersebut.
– Siklus Ovarium
Siklus ini dimulai dengan fase folikel (Follicular cycle) saat beberapa folikel di
ovarium mulai tumbuh. Sel telur membesar dan pembungkus sel folikel berlapis-
lapis. Di antara beberapa folikel yang mulai tumbuh, umumnya hanya satu yang
membesar dan matang, sementara yang lainnya akan mengalami disintegrasi.
Penyakit sistem reproduksi
Endometriosis

Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan

pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa

tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga

tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2002).
Patofisiologi

– Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan penderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit seperti ini, karena adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh
wanita tersebut.
– Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat
mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa
gangguan seksresi estrogen dan progresteron menyebabkan gangguan
pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel
endometrium biasa, sel-sel endometriosis seperti ini akan tumbuh seiring
dengan peningkatan kadar estrogen dan progresteron dalam tubuh.
Tanda dan Gejala

– Nyeri Pelvis
– Nyeri panggul Endometriosis didiagnosis hampir 2x lebih sering pada wanita infertil
dibanding wanita ferrtil. Karena itu endometriosis harus dicurigai pada setiap kasus
infertilitas.
– Perdarahan Abnormal
– Perdarahan abnormal, tidak berhubungan dengan anovulasi, terjadi pada 15-20%
wanita dengan endometriosis. Gambaran yang khas adalah perdarahan berupa
bercak pramenstruasi atau menoragi atau keduanya.
– Dismenore
– Dispareunia
Askep Endometriosis
Pengkajian
Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah Terpapar agen toksin berupa
pestisida atau pernah ke daerah
pengelahan produksi kertas, serta terkena
limbah pembakaran sampah medis dan
sampah perkotaan

Riwayat Kesehatan Sekarang – siklus mentruasi


– Dysmenu primer ataupun sekunder – Nyeri pada saat pemeriksaan dalam
– Nyeri latihan fisi oleh dokter
– Dispareum – Hipermenorea
– Nyeri ovulasi – Menoragia
– Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri – Feces berdarah
menyebar ke dalam paham dan nyeri – Nyeri sebelum, sesudah dan saat
pada bagian abdomen bawah selama defekasi
– Konstipasi, diare, kolik
– Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita
endometriosis.

– Riwayat Obstetri dan Menstruasi


Mengalami hipermenoria, menoragia, siklus mentruasi pendek, darah menstruasi
yang berwarna gelap yang keluar sebelum mentruasi atau diakhir mentruasi.
Diagnosa Yang Mungkin Muncul
– Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan gangguan mentruasi, proses
penjalaran penyakit
– Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan infertilitas
– Resiko tinggi koping individu/keluarga tidak efektif b.d efek fisiologis dan
gangguan emosional, kurang pengetahuan mengenai penyebab penyakit
– Resiko tinggi gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan mentruasi
– Diagnosa Keperawatan 1 intensitas nyeri.
Gangguan rasa nyaman : berhubungan dengan – Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien
ganguan mentruasi, proses penjalaran penyakit. dan akui nyeri yang klien rasakan R/
– Tujuan ; setelah diberikan asuhan keperawatan ketidakpercayaan orang lain membuat klain tidak
selama .... x 24 jam nyeri klien akan berkurang. toleransi terhadap nyeri sehingga klien
merasakan nyeri semakin meningkat
– Kreteria evaluasi : klien mengatakan nyeri
berkurang, klien tidak meringis kesakitan, – Jelaskan penyebab nyeri klien. R/ dengan
keringat berkurang. mengetahui penyebab nyeri klien dapat
bertoleransi terhadap nyeri
– Intervensi :
– Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi,
– Pantau/catat karakteristik nyeri (respon verbal, distraksi, masage. R/ memodifikasi reaksi fisik
non verbal dan respon hemodinamik) klein.R/ dan psikis terhadap nyeri
untuk mendapatkan indicator nyeri
– Berikan pujian untuk kesabaran klien .R/
– Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang meningkatkan motivasi klien delam mengatasi
ditunjuk oleh klien. R/ untuk mendapatkan nyeri.
sumber nyeri.
– Kolaborasi pemberikan analgetik (ibuprofen,
– Kaji intervensi nyeri dengan mengunakan skala 0 naproksen, ponstan) dan midol .R/ analgetik
– 10 R/ nyeri merupakan pengalaman subyektif tersebut bekerja menghambat sintesa
klien dan metode skala merupakan metode yang progtaglandin dan midol sebagai relaksan uterus.
mudah serta terpercaya untuk menentukan
Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan infertile pada endometriosis
Intenvensi Hasil ;
– Berikan motivasi kepada klien. R/; meningkatkan harga diri klien dan merasa
diperhatikan
– Bina hubungan saling percaya .R/; hubungan saling percara memungkinkan klien
terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
– Diskusikan kemampuan dana aspek positif yang dimiliki R; mengidentifikasi hal-hal
positif yang masih dimiliki klien.
Diagnosa Keperawatan 3 sistem pendukung membuat klien merasa diterima.
Resiko gangguan citra tubuh berhubungan dengan – Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada
gangguan mentruasi klien dan dukung kekuatan tersebut sebagai aspek
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan ....x 24 positif. R/ mengindetifikasi kekuatan klien dapat
jam citra diri kliein akan meningkat. membantu klien berfokus pada karakteristik positif
yang mendukung keseluruhan konsep diri.
Kriteria evaluasi ; klien mengatakan tidak malu, merasa
berguna, penampilan klien rapi, menerima apa yang – Libatkan klien pada setiap kegiatan di kelompok. R/
sedang terjadi. memungkinkan menerika stimulasi sosial dan
intelektual yang dapat meningkatkan konsep diri
– Bina hubungan saling percaya dengan kliein .R/ klien.
dengan mudah mengungkapkan masalahnya hanya
kepada orang yang dipercaya – Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan
terbuka tentang pilihan penanganan ganggguan
– Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, mentruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli
pikiran dan pandangan tentang dirinya. R/ Meningkat kebidanan. R/ jujur dan terbuka dapat mengontrol
kewaspadaan diri klien dan membantu perawatan perasaan klien dan informai yang diberikan dapat
dalam membuat penyelesaian membuat klien mencari penangganan terhadap
– Diskusikan dengan sistem pendukung klien tentang masalah yang dihadapinya.
perlunya menyampaikan nilai dan arti klien bagi
merekan R/ menyampaikan arti dan nilai klien dari
Gonorea
definisi

Kencing nanah atau gonore gonorrhea atau adalah penyakit menular


seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi
lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih
mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian
tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa
menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul
sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
Tanda dan gejala
1. Pada pria:
– Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
– Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih
– Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra
– Retensi urin akibat inflamasi prostat
– Keluarnya nanah dari penis.
2. Pada wanita:
– Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
– Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimtomatis)
– Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat seperti
desakan untuk berkemih
– Nyeri ketika berkemih
– Keluarnya cairan dari vagina
Patofisiologi

– Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva dan farings.
Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens, vesikula seminalis, epididimis dan
testis pada pria dan kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada
wanita.
– Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui jaringan sub epitel di
mana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum, komplemen, immunoglobulin A(IgA), dan
lain-lain), dan difagositosis oleh neutrofil. Virulensi bergantung pada apakah gonokokus mudah
melekat dan berpenetrasi ke dalam sel penjamu, begitu pula resistensi terhadap serum,
fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh polimorfonukleosit. Faktor yang mendukung
virulensi ini adalah pili, protein, membrane bagian luar, lipopolisakarida, dan protease IgA.
Askep gonorea
Data Subjektif
– Nyeri ketika berkemih dan desakan untuk berkemih
– Keluarnya cairan ( nanah ) dari saluran kencing.
– Demam
– Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan.
– Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan
nanah.
– Pasien yang datang dengan awitan gejala akut mengeluh lemah, nyeri lokal, demam dan
keluarnya nanah dari lubang saluran kencing.
– Riwayat psikososial, pasien seringkali bertanya – tanya tentang pengobatan, perawatan dan
ramalan penyakitnya.
Data Objektif
– Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan
nanah.
– Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
– Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur. Menggunakan
media transport dan media pertumbuhan.
– Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes fermentasi
(kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
– Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi
merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase
– Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk
mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
– Diagnosa dan Intervensi
Nyeri berhubungan dengan reaksi infalamasi. – lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-
Tujuan perawatan : nyeri berkurang atau hilang
faktor presipitasi.
KH: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien – Observasi isyarat-isyarat non verbal dari
akan: ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan
– Mengenali faktor penyebab untuk komunikasi secara efektif.
– Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat
– Menggunakan metode pencegahan non
mengekspresikan nyeri
analgetik untuk mengurangi nyeri
– Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
– Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
– Kolaborasi dalam pemberikan analgesik sesuai
– Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol anjuran
Intervensi Keperawatan :
– Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi
Hipertermi berhubungan dengan proses
inflamasi.
– Tujuan Kepertawatan : suhu badan klien dalam
keadaan normal 36,5 C – 37,5 C
– KH: setelah dilakukan tindakan keperawatan,
klien akan:
– Suhu dalam rentang normal – Monitor suhu minimal 2 jam
– Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
– Nadi dan RR dalam rentang normal
– Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas
– Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada
tubuh
pusing
– Kompres klien pada lipat paha dan aksila
IntervensiKeperawatan :
– Berikan antipiretik bila perlu
– Monitor vital sign
Perubahan pola eliminasi urin berhubungan
dengan proses inflamasi
– Tujuan keperawatan : pola eliminasi tidak – Intervensi keperawatan :
terganggu lagi – Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi,
– KH: setelah dilakukan tindakan keperawatan, konsistensi, bau, volume, dan warna dengan
klien akan: tepat.

– Urin akan menjadi kontinens – Pantau spesimen urine pancar tengah untuk
urinalisis.
– Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau,
– Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan
jumlah, warna urin dalam rentang yang gejala inferksi saluran kemih.
diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai
nyeri – Sarankan pasien untuk minum sebanyak 3000 cc
per hari.
– Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut
ditemukan.
Resiko penularan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang sifat menular
dari penyakit
– Tujuan keperawatan : klien menjadi tahu tentang sifat penularan dari gonore
– KH: dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain

– Intervensi keperawatan :
– Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang :
– Bahaya penyakit menular
– Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
– Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
– Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
menghindarinya.
Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit
Tujuan keperawatan : klien tidak merasa harga
dirinya rendah dengan penyakit yang dialaminya
Intervensi keperawatan :
KH: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien – Bantu individu dalam mengidentifikasi dan
akan mengekspresikan perasaan
– Mengekspresikan pandangan positif untuk masa – Dorong klien untuk membayangkan masa depan
depan dan memulai kembali tingkatan fungsi dan hasil positif dari kehidupan
sebelumnya – Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal:
hobi, keterampilan, penampilan, pekerjaan)
– Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
– Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif
– Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
– Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab
– Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol sendiri dan kontrol situasi
koping.

Kriteria Evaluasi – dalam rentang yang diharapkan dan
– 1. Klien mampu mengenali faktor penyebab pengeluaran urin tanpa disertai nyeri

– 2. Klien melaporkan nyeri berkurang atau – dapat meminimalkan terjadinya penularan


hilang penyakit pada orang lain

– 3. TTV dalam rentang normal – Mengekspresikan pandangan positif untuk


masa depan dan memulai kembali tingkatan
Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg fungsi sebelumnya
Denyut nadi : 70-80 x/menit – Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
Pernafasan : 20 – 24 x/menit – Menganalisis perilaku sendiri dan
Suhu : 36 – 37 oc konsekuensinya
– Urin akan menjadi kontinens – Mengidentifikasi cara-cara menggunakan
– Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, kontrol koping
jumlah, warna urin
Kanker Servik
– Kanker adalah istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan maligna
dalam setiap bagian tubuh, pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit,
dan berkembang dengan mengorbankan manusia sebagai hospesnya (Hinchliff,
1999).

– Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara
epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis
yang disebut squamo-columnar junction (SCJ) (Wiknjosastro, Hanifa. 2005)
Tanda dan Gejala
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak perdarahan kronis.
ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun, – Kelemahan pada ekstremitas bawah
kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut
: – Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut
bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri
– Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. terjadi di daerah pinggang ke bawah,
Getah yang keluar dari vagina ini makin lama kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada
akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis serabut saraf lumbosakral.
jaringan
– Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering
– Perdarahan setelah senggama (post coital karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi
bleeding) yang kandung kencing dan poros usus besar bagian
– kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang bawah (rektum), terbentuknya fistel
abnormal vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul
– Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna gejala-gejala akibat metastasis jauh.
kekuning-kuningan dan berbau busuk. –
– Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker –
pada traktus urinarius
– Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi
Fatofisiologi

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio)
dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction
(SCJ). Histologi antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio
dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis
serviks. Pada wanita SCJ ini berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada
wanita umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks.
Tumor dapat tumbuh :

1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa yang mengalami
infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks
dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
– Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling desak-mendesak
kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia
skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan
KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif, proses
keganasan akan berjalan terus.

– Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase pra
invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks
secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan / tanpa
diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik sebagian besar 95-97%
berupa epidermoid atau squamos cell carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell
carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling jarang adalah sarcoma.
Askep Kanker Servik
Pengkajian
– Identitas pasien
– Riwayat keluarga
– Status kesehatan
– Status kesehatan saat ini
– Status kesehatan masa lalu
– Riwayat penyakit keluarga
Pola fungsi kesehatan Gordon
– Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
– Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah kewanitaan. Kebiasaan
menggunakan bahan pembersih vagina yang mengandung zat – zat kimia juga dapat mempengaruhi
terjadinya kanker serviks.
– Pola istirahat dan tidur.
– Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker serviks
ataupun karena gangguan pada saat kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari
depresi yang dialami oleh ibu.
– Pola eliminasi
– Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan kandung kemih. Dapat pula terjadi
disuria serta hematuria. Selain itu biisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan
otot abdominal
– Pola nutrisi dan metabolik
– Asupan nutrisi pada Ibu dengan kanker serviks harus banyak. Kaji jenis makanan yang biasa dimakan
oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu . Kanker serviks pada Ibu yang sedang hamil juga dapat
mengganggu dari perkembangan janin.
– Pola kognitif – perseptual
Pada Ibu dengan kanker serviks biasanya terjadi gangguan pada pada panca indra meliputi penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap. Bila sudah metastase ke organ tubuh

– Pola persepsi dan konsep diri


Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari
persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari kanker serviks adalah akibat dari sering
berganti – ganti pasangan seksual.
– Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0=
mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
– Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien menderita penyakit ini.
Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan
hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer
(keputihan) yang berbau busuk dari vagina.
– Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen koping
pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit.
– Pola peran - hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya.
Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya.
– Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.
Data Subyektif
– Pasien mengatakan merasa sakit ketika senggama dan terjadi perdarahan setelah
senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal
– Pasien mengatakan merasa lemah pada ekstremitas bawah
– Pasien mengatakan merasa nyeri pada panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah
– Pasien mengatakan merasa nyeri ketika buang air kecil dan urine bercampur darah
– Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
– Pasien mengatakan merasa tidak bertenaga dan lemas
– Pasien mengatakan kurang mengetahui mengenai kanker serviks
– Pasien mengatakan merasa cemas tentang kondisinya serta kondisinya.
– Pasien mengatakan merasa kurang perhatian dari keluarganya
Data objektif –
– TTV tidak dalam batas normal – Kulit pecah – pecah, rambut rontok, kuku rapuh
– Dimana batas normal TTV meliputi : – Ekspresi wajah pasien meringis
– Nadi : 60-100 x / menit – Pasien tampak gelisah
– Nafas : 16 - 24 x / menit – Pasien mengalami kejang
– Tekanan Darah : 110-140 / 60-90 mmHg – Tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor,
– Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C tumor, fungsio laesia)

– Membran mukosa kering – Terjadi hematuria

– Turgor kulit buruk akibat perdarahan – Terjadi inkontinensia urine

– Pengisian kapiler lambat ( tidak kembali dalam < 2-– Terjadi inkontinensia alvi
3 detik setelah ditekan ) – Berat badan pasien tidak stabil
– Ekspresi wajah pasien pucat – Mual ataupun muntah
– Pasien tampak lemas – Keluar cairan encer yang berbau busuk dari vagina.
– Warna kulit kebiruan
Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul :


1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif
akibat pendarahan
2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke jaringan
3. Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks
4. Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas metabolik
5. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel kanker)
DX 1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat
pendarahan

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan keseimbangan
volume cairan adekuat
Kriteria Hasil :
1. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
2. Membran mukosa lembab
3.Turgor kulit baik (elastis)
4. Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan)
5. Ekspresi wajah pasien tidak pucat
NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Awasi masukan dan haluaran. Ukur volume darah yang Memberikan pedoman untuk penggantian cairan
keluar melalui pendarahan yang perlu diberikan sehingga dapat
mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat
untuk transport oksigen pada ibu dan janin.

2 Catat kehilangan darah ibu dan kemungkinan adanya Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah
kontraksi uterus baring dan medikasi mungkin tidak efektif di dalam
mempertahankan kehamilan. Kehilangan darah ibu
secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta

3 Hindari trauma dan pemberian tekanan berlebihan pada Mengurangi potensial terjadinya peningkatan
daerah yang mengalami pendarahan pendarahan dan trauma mekanis pada janin
4 Pantau status sirkulasi dan volume darah ibu Kejadian perdarahan potensial merusak hasil
kehamilan, kemungkinan menyebabkan
hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta
Pantau status sirkulasi dan volume darah ibu Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan, kemungkinan
menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta

Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, dan pengisian kapiler Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi

Catat respon fisiologis individual pasien terhadap pendarahan, misalnya kelemahan, Simtomatologi dapat berguna untuk mengukur berat / lamanya episode
gelisah, ansietas, pucat, berkeringat / penurunan kesadaran pendarahan. Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya
pendarahan / tidak adekuatnya penggantian cairan

Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa, dan perhatikan keluhan haus pada Merupakan indikator dari status hidrasi / derajat kekurangan cairan
pasien
Kolaborasi : Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya
Berikan cairan IV sesuai indikasi pendarahan (akut / kronis). Cairan IV juga digunakan untuk mengencerkan
obat antineoplastik pada penderita kanker.

Kolaborasi : Transfusi darah diperlukan untuk memperbaiki jumlah darah dalm tubuh
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan trombosit sesuai indikasi ibu dan mencegah manifestasi anemia yang sering terjadi pada penderita
kanker.
Transfusi trombosit penting untuk memaksimalkan mekanisme pembekuan
darah sehingga pendarahan lanjutan dapat diminimalisir.

Kolaborasi : Perlu dilakukan untuk menentukan kebutuhan resusitasi cairan dan


Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya : Hb, Hct, sel darah merah mengawasi keefektifan terapi
Dx 2 : Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke jaringan

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan perfusi jaringan kembali
adekuat
Kriteria Hasil :
1. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
2. Pasien tidak tampak lemas
3. Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan)
4. Denyut nadi teraba
5. Tidak tampak kebiruan pada permukaan kulit
6. Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler dan warna Identifikasi ketidakadekuatan derajat perfusi jaringan dan
dasar kuku membantu dalam menentukan intervensi

2 Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi, dan Pada ibu hamil yang menderita kanker serviks rentan
volume darah mengalami perdarahan yang potensial merusak hasil
kehamilan, dan kemungkinan menyebabkan hipovolemia
hingga hipoksia pada uteroplasenta

3 Auskultasi dan laporkan DJJ, catat bradikardi atau Identifikasi berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya
takikardi. Catat perubahan pada aktivitas janin janin berespon terhadap penurunan kadar oksigen
(hipoaktif atau hiperaktif). dengan takikardia dan peningkatan gerakan. Bila tetap
defisit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi.
Auskultasi dan laporkan DJJ, catat bradikardi atau Identifikasi berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya janin
takikardi. Catat perubahan pada aktivitas janin (hipoaktif berespon terhadap penurunan kadar oksigen dengan
atau hiperaktif). takikardia dan peningkatan gerakan. Bila tetap defisit,
bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi.
Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri Menurunkan tekanan vena cava inferior dan superior serta
meningkatkan sirkulasi plasenta (janin) dan pertukaran
oksigen.
Kolaborasi : Reduksi pada kadar Hb, Hct atau volume sirkulasi darah
Awasi pemeriksaan laboratorium (Hct, Hb, SDM) mengurangi persediaan oksigen untuk jaringan ibu yang akan
berdampak pada janin yang dikandungnya

Kolaborasi : Meningkatkan jumlah mediator transport oksigen ke sel-sel


Berikan transfusi sel darah merah lengkap sesuai indikasi. tubuh
Awasi adanya komplikasi transfusi
Kolaborasi : Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin,
Berikan terapi oksigen tambahan sesuai indikasi sehingga kapasitas oksigen untuk janin meningkat
Dx 3 : Risiko cedera pada janin berhubungan dengan penurunan perfusi plasenta
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam,
diharapkan risiko cedera terhadap janin dapat dicegah sehingga tidak menjadi
aktual
Kriteria Hasil :
1.Tidak terjadi cedera pada janin
2.Nilai profil biofisik janin normal sesuai dengan usia kehamilan
3.DJJ berada dalam batas normal ± 120 - 180 x / menit
4.Gerakan janin aktif seperti biasanya
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janin Faktor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi /
oksigenasi ibu mempunyai dampak yang sama pada kadar
oksigen janin melalui plasenta. Janin yang tidak mendapatkan
cukup oksigen untuk kebutuhan metabolismenya, akan
mengalihkan menjadi metabolisme anaerob yang menghasilkan
asam laktat yang dapat menimbulkan kondisi asidosis

2 Awasi dan pantau DJJ dan keaktifan gerakan janin Terjadinya hipoksia pada ibu dapat mengakibatkan kelainan SSP
janin. Krisis berulang dapat meningkatkan prevalensi ibu dan
janin pada peningkatan mortalitas dan laju morbiditas.
Pengkajian yang cermat dan konsisten pada janin dapat
mengidentifikasi perubahan status janin secara dini sehingga
dapat segera menentukan intervensi yang tepat untuk
dilakukan.

3 Diskusikan efek negatif yang potensial terjadi akibat kelainan Retardasi pertumbuhan intrauterus/ pascanatal, malformasi
genetik dan retardasi mental dapat terjadi.
Dx 4 : Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan nyeri
pasien berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil :
1. Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun
2. Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan pengaruh / efek
samping minimal
3. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
4. Ekspresi wajah pasien tidak meringis
5. Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
6. Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai indikasi
untuk mengontrol nyeri
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif [catat keluhan, Membantu membedakan penyebab nyeri dan
lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10) dan memberikan informasi tentang kemajuan atau
tindakan penghilangan nyeri yang dilakukan] perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan
keefektifan intervensi.

2 Pantau tanda - tanda vital Peningkatan nyeri akan mempengaruhi


perubahan pada tanda - tanda vital

3 Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri seperti Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara
teknik relaksasi dan teknik distraksi, misalnya dengan aktif untuk mengontrol rasa nyeri yang dialami,
mendengarkan musik, membaca buku, dan sentuhan serta dapat meningkatkan koping pasien
terapeutik.
4 Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien Memberikan rasa nyaman pada pasien, meningkatkan
relaksasi, dan membantu pasien untuk memfokuskan
kembali perhatiannya.

5 Dorong pengungkapan perasaan pasien Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga
mengurangi persepsi pasien akan intensitas rasa sakit.

6 Evaluasi upaya penghilangan nyeri / kontrol pada pasien Tujuan yang ingin dicapai melalui upaya kontrol adalah
kontrol nyeri yang maksimum dengan pengaruh / efek
samping yang minimum pada pasien.

7 Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
penting
8 Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi Nyeri adalah komplikasi tersering dari kanker,
meskipun respon individual terhadap nyeri
berbeda-beda. Pemberian analgetik dapat
mengurangi nyeri yang dialami pasien

9 Kolaborasi untuk pengembangan rencana manajemen nyeri Rencana manajemen nyeri yang terorganisasi
dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan yang terlibat dapat mengembangkan kesempatan pada pasien
untuk mengontrol nyeri yang dialami. Terutama
dengan nyeri kronis, pasien dan orang terdekat
harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen
nyeri di rumah.

10 Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur tambahan, misalnya Mungkin diperlukan untuk mengontrol nyeri berat
pemblokan pada saraf (kronis) yang tidak berespon pada tindakan lain
Dx 5 : Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas metabolik

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan keseimbangan suhu tubuh
pasien kembali normal
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh dalam batas normal (± 36,5oC - 37,5oC)
2.Denyut nadi dalam batas normal (± 60 - 100x / menit)
3. Frekuensi pernapasan dalam batas normal (±16- 24x/ menit)
4.Kulit tidak tampak memerah
5.Pasien tidak mengalami kejang
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Pantau derajat dan pola perubahan suhu pasien Peningkatan suhu hingga 38,9oC-41,1 oC

menunjukkan adanya proses penyakit infeksius.


Pola peningkatan suhu dapat membantu dalam
identifikasi diagnosis dini

2 Pantau suhu lingkungan, atur jumlah linen tempat tidur sesuai Suhu ruangan dan jumlah selimut harus diatur
indikasi untuk mempertahankan suhu tubuh pasien agar
mendekati suhu normal

3 Berikan kompres hangat Membantu mengurangi peningkatan suhu tubuh


pasien

4 Kolaborasi : Dapat digunakan untuk mengurangi demam


Berikan antipiretik dengan bereaksi pada termoregulasi sentral tubuh
di hipotalamus.
Alhamdulillah Ya Alloh ..

Anda mungkin juga menyukai