Anda di halaman 1dari 58

PNEUMOTHORAKS

SPONTAN SEKUNDER SINISTRA

Pembimbing :
dr. Felasufa Noor Sp.B

Disusun Oleh :
dr. R. Theresia Tan
DEFINISI

• Pneumotoraks = suatu keadaan terdapatnya udara / gas di dalam pleura yg


menyebabkan kolapsnya paru yang terkena.

• Pneumothoraks yg terjadi pada orang sehat tanpa adanya penyakit paru disebut
sebagai pneumothoraks primer. Sedangkan pneumothoraks yg disebabkan oleh
penyakit paru disebut sebagai pneumothoraks sekunder.
EPIDEMIOLOGI

• Sejumlah penelitian  menunjukkan pneumotoraks > sering terjadi pada


penderita dewasa berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki > wanita, perbandingan 5:1

• Di US, insidens pneumotoraks spontan primer pada laki-laki = 7,4 kasus / 100.000
orang /tahunnya sementara pada wanita = 1,2 kasus / 100.000 orang. Sedangkan
insidens pneumotoraks spontan sekunder pada laki-laki = 6,3 kasus / 100.000
orang & wanita 2,0 / 100.000 orang. Pneumotoraks traumatik > sering terjadi
daripada pneumotoraks spontan dengan laju yg semakin meningkat.

• Pneumotoraks spontan primer terjadi pada usia 20 – 30 tahun dengan puncak


insidens pada usia awal 20-an sedangkan pneumotoraks spontan sekunder lebih
sering terjadi pada usia 60 – 65 tahun.
KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Berdasarkan terjadinya, pneumothoraks dibagi menjadi :

Pneumothorak
artifisial

Pneumothorak Pneumotoraks
spontan traumatik
• Pneumothorak artifisial

Pneumotoraks artifisial = pneumothoraks yg disebabkan o/ tindakan tertentu / memang

disengaja u/ tujuan tertentu. Misalnya pada terapi kolaps, sering dilakukan u/ tuberkulosis
paru yg mengalami batuk darah dgn tujuan u/ menghentikan perdarahan

• Pneumothorak spontan

Adalah setiap pneumotoraks yg terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab (trauma
maupun iatrogenik), dibagi menjadi 2 :

1) Pneumotoraks spontan primer terjadi tanpa ada riwayat paru yang mendasarinya.
PSP terjadi karena robeknya suatu kantong udara dekat pleura viseralis
2) Pneumothoraks spontan sekunder terjadi karena pecahnya bulla viseralis dan sering

berhubungan dengan penyakit paru yang mendahului.


• Pneumotoraks traumatik

Adalah pneumotoraks yg terjadi akibat suatu trauma, baik trauma penetrasi


maupun bukan yg menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru.
Pneumotoraks traumatik diperkirakan 40% dari semua kasus pneumotoraks.

Pneumotoraks traumatik tidak harus disertai dengan


fraktur iga maupun luka penetrasi yg terbuka. Trauma tumpul /kontusio

pada dinding dada juga dapat menimbulkan pneumotoraks.


Pneumotoraks traumatik berdasarkan kejadiannya dibagi 2 :

1) Pneumotoraks traumatik bukan iatrogenik : adalah pneumotoraks yg terjadi

karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada baik terbuka
maupun tertutup

2) Pneumotoraks traumatik iatrogenik : adalah pneumotoraks yg terjadi akibat


komplikasi tindakan medis maupun pada saat dilakukan kanulasi vena sentral.
Berdasarkan jenis fistulanya, pneumothoraks dibagi menjadi :

Pneumotoraks
tertutup (simple
pneumothorax)

Pneumotoraks
Tension
terbuka (open
pneumotoraks
pneumothorax)
• Pneumotoraks tertutup (simple pneumothorax) : suatu pneumotoraks dgn tekanan udara
dalam rongga pleura yg sedikit > tinggi dibandingkan tekanan pleura pada sisi hemitoraks
kontralateral tetapi tekanannya masih lebih rendah dari tekanan atmosfir.
• Paru belum mengalami re-expansi , masih ada rongga pleura
• Pneumotoraks terbuka (open pneumothorax) : terjadi karena luka terbuka pada
dinding dada sehingga pada saat inspirasi udara dapat keluar melalui luka
tersebut. Pada saat inspirasi, mediastinum dalam keadaan normal tetapi pada
saat ekspirasi mediastinum bergeser kearah sisi dinding dada yg terluka
(sucking wound)
• Tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar
Tension pneumotoraks : terjadi karena mekanisme check valve yaitu pada saat
inspirasi udara masuk ke dalam rongga pleura tetapi pada saat ekspirasi udara
dalam rongga pleura tidak dapat keluar.
Semakin lama tekanan udara didalam rongga pleura akan meningkat dan melebihi
tekanan atmosfir.
Udara yg terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering
menimbulkan gagal nafas. Pneumotoraks jenis ini juga sering disebut
pneumotoraks ventil
BERDASARKAN DERAJAT KOLAPSNYA, PNEUMOTHORAKS DIBAGI MENJADI

PNEUMOTHORAKS PNEUMOTHORAKS
TOTALIS PARSIALIS

• yaitu pneumotoraks yang • yaitu pneumotoraks yang

mengenai sebagian besar menekan pada sebagian kecil


paru (<50% volume paru)
paru (> 50% volume paru)
PENGHITUNGAN LUAS PNEUMOTORAKS
MANISFESTASI KLINIK

Sesak napas

Nyeri dada

Batuk-batuk

Denyut jantung
meningkat
Kulit mungkin
tampak sianosis
PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi :

• Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi dinding dada)

• Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal

• Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat

Palpasi :

• Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar

• Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat

• Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit


Perkusi :

• Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar

• Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura
tinggi

Auskultasi :

• Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang

• Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto Rontgen

• Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak garis
yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan
tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.

• Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang berada di
daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru
tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan

• Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostals melebar,
diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau trakea
ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan
tekanan intra pleura yang tinggi.
Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagai
berikut :

• Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung, mulai
dari basis sampai ke apeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah
mendekati hilus, sehingga udara yang dihasilkan akan terjebak di mediastinum.

• Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit. Hal ini
biasanya merupakan kelanjutan dari pneumomediastinum.

• Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak
permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma
foto rontgen pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak panah
merupakan bagian paru yang kolaps
• Analisa Gas Darah

Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun pada kebanyakan
pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas yg berat secara signifikan
meningkatkan mortalitas sebesar 10%

• CT-scan thorax

CT-scan torax lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa vs pneumotoraks,
batas antara udara vs cairan intra dan ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara
pneumotoraks spontan primer vs sekunder
KOMPLIKASI

• Pneumothoraks tension (terjadi pada 3-5% pasien pneumothoraks), dapat


mengakibatkan kegagalan respirasi akut

• Pio-pneumothoraks, hidro-pneumothoraks/hemo–pneumothoraks, henti


jantung paru, dan kematian (sangat jarang terjadi)

• Pneumomediastinum dan emfisema subkutan sebagai akibat komplikasi


pneumothoraks spontan.
PENATALAKSANAAN

Observasi
dan Tindakan
Pemberian dekompresi
O2

Torakoskopi Torakotomi
PENGOBATAN TAMBAHAN

• Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan


terhadap penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap
bronkhitis dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik dan bronkodilator.

• Istirahat total untuk menghindari kerja paru yg berat.


KASUS PASIEN

Nama lengkap: TN.I Pekerjaan : Karyawan swasta

Jenis kelamin : Laki-laki Pendidikan terakhir : SMA

Suku bangsa : Jawa Status perkawinan : menikah

Tanggal lahir : 15-03-1982 ( 37 tahun ) Nomor RM : 000704492

Alamat : PETEKEYAN 20/4 TAHUNAN Tanggal masuk RS : 13 Agustus 2019

Tanggal pulang RS : 20 Agusts 2019 Dirawat di ruang : TERATAI 1


ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis :

Keluhan Utama : Sesak nafas sejak 7 hari SMRS


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

• Os mengeluh sesak nafas mulai muncul sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit.

• Sesak dirasakan makin hari makin bertambah bahkan saat os beristirahat.

• Sesak napas disertai dengan nyeri dada kanan. Nyeri dada dirasakan bertambah
berat saat bernapas.

• Pasien juga batuk disertai dahak berwarna putih dan tanpa disertai darah.

• Demam juga dirasakan naik turun sudah 3 hari SMRS .

• Os sangat mudah merasa lelah


• Keluarga os mengatakan os dulu pernah sakit batuk darah dan didiagnosis
menderita tuberkulosis paru 1 th yang lalu

• Os juga sudah mendapat pengobatan, dikatakan pengobatan 6 bulan dan


dinyatakan sembuh.

• Riwayat penyakit asma disangkal.

• Os tidak merokok dan tidak pernah mengalami trauma dada.

• Mual dan muntah tidak ada.

• BAK dan BAB tidak mengalami gangguan.


RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

• Riwayat asma disangkal

• Riwayat darah tinggi disangkal

• Riwayat kencing manis disangkal

• Riwayat alergi disangkal

• Riwayat tuberkulosis diakui. Os mengaku pernah mengalami batuk lama dan


mengkonsumsi obat 1 th yg lalu dan dinyatakan sembuh.

• Riwayat penyakit jantung disangkal

• Riwayat trauma disangkal

• Riwayat alergi obat disangkal


RIWAYAT KELUARGA

• Riwayat darah tinggi disangkal

• Riwayat kencing manis disangkal

• Riwayat astma disangkal

• Riwayat tuberkulosis disangkal


PEMERIKSAN UMUM

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital :

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 112 kali/menit (regular, kuat angkat)

Frekuensi napas : 26 kali/menit

Suhu aksila : 38,7o C


PEMERIKSAAN FISIK
KULIT

Warna : Sawo matang

Jaringan parut : Tidak ada

Pigmentasi : Tidak ada

Turgor : Normal

Pertumbuhan rambut : Merata

Edema : Tidak ada

Suhu Raba : Hangat

Palmar eritema : Tidak ada


KEPALA

Bentuk : Normocephali

Simetri muka : Simetris

Turgor kulit dahi : Normal

Rambut : Hitam

MATA

Exopthalmus : Tidak ada Enopthalmus : Tidak ada

Palpebra : Tidak edema Lensa : Jernih

Konjungtiva : Anemis Sklera : Tidak ikterik

Gerakan mata : Normal


TELINGA

Tuli : Tidak ada

Cairan : Tidak ada

Lubang : Lapang / lapang

Penyumbatan : Tidak ada

Serumen : Tidak ada

Perdarahan : Tidak ada


HIDUNG

Pernafasan cuping hidung : Tidak ada

Sekret : Tidak ada

Septum deviasi : Tidak ada

MULUT

Bibir sianosis : Tidak ada Lidah : Atrofi papil (-)

Pursed Lips : Tidak ada Tonsil : tidak dilakukan

Hipertrofi ginggiva : Tidak ada Faring : tidak dilakukan


LEHER

Inspeksi : Tidak terlihat benjolan maupun lesi

Palpasi : Tekanan Vena Jugularis (JVP) : 5-2cmH2O

Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar

Kelenjar limfe : Tidak teraba membesar

Deviasi trakea : Tidak ada

THORAX

Bentuk : simetris kanan-kiri

Tidak tampak retraksi sela iga

Pembuluh darah : Tidak tampak spider nevi


PULMO
PULMO
COR

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula sinistra

Perkusi : Sulit ditentukan

Auskultasi: BJ I-II murni regular, murmur (-), gallop (-)


ABDOMEN

Inspeksi : Datar, tidak tampak bekas operasi, striae (-), tidak tampak benjolan

Auskultasi : Bising usus (+), normoperistaltik (12 kali/menit)

Perkusi : Timpani, shifting dullness tidak dilakukan, undulasi (-), traube space sonor

Palpasi :

Dinding perut : Nyeri tekan (-)

Hati : tidak teraba pembesaran

Lien : tidak teraba pembesaran

Ginjal : Nyeri ketok CVA tidak dilakukan, ballotemen tidak teraba

PUNGGUNG
Tidak dilakukan

GENITALIA
Tidak dilakukan
EKSTREMITAS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DAFTAR ABNORMALITAS

ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK

Lemas Pulmo
Sesak napas
Perkusi pulmo anterior : Hipersonor pada
Batuk dahak ICS II-VI kanan
Demam
Auskultasi : Suara napas dasar vesikuler
Nyeri dada kanan
pada lapang paru kanan, suara napas
Riwayat tb paru 1 th tambahan rhonki (+/-)

Palpasi : fremitus tatil dextra melemah

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pneumothorax dextra dengan


bronkopneumonia

2. Hb dan HT menurun ringan


PROBLEM
IPDX (INITIAL PLAN IPTX (INITIAL PLAN
DIAGNOSIS) : THERAPY) :

• X-foto thoraks - O2 2 LPM nasal kanul


- IVFD Ringer Laktat 20
• Darah lengkap gtt/I
• BTA/gen xpert
- WSD (water seal
drainage)
- Inj. Ciprofloxacin
400mg/12 jam
- Inj. Paracetamol 1gr /8
jam
- Inj.ketorolak 1A/8 jam
- B6 tablet 1 tab/24 jam
- Vestein tablet 1
tab/8jam
IPMX (INITIAL PLAN IPEX (INITIAL PLAN
MONITORING) : EDUCATION) :

• TTV dan saturasi • Menjelaskan penyakit


oksigen kepada pasien dan

• Pemeriksaan fisik keluarga pasien

• Menilai cairan WSD • Istirahat total

• X-Foto thoraks
PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam


PEMBAHASAN

• Berdasarkan kasus hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang kasus ini merupakan pneumothorak spontan sekunder dextra et
causa bronkopnemonia

• Pada kasus ini ditemukan adanya sesak napas 7 hari lamanya. Adanya batuk-
batuk berdahak tanpa disertai darah 3 bulan,nyeri dada kanan, serta demam 3
hari
• Pneumothoraks spontan sekunder adalah pneumothoraks dengan penyakit paru
yang mendasari seperti asma, TBC, PPOK.

• Pasien adalah seorang pria dengan usia 37 tahun dengan riwayat tuberkulosis
paru 1 th yg lalu.

• Tidak adanya riwayat trauma dada dapat menyingkirkan adanya pneumothorak


traumatik.

• Dengan demikian dapat dikatakan pasien mengarahkan pada pneumothorak


spontan sekunder.
• Pada pemeriksaan fisik ditemukan bahwa pasien denyut nadinya takikardi 112 x/menit.
Pneumothorak menyebabkan tekanan dalam rongga pleura yg tinggi & mengakibatkan
pendorongan mediastinum beserta isinya ke arah yg sehat  mengganggu aliran balik
darah ke vena sehingga curah jantung menurun, jantung memompa makin cepat menjadi
takikardi.

• Pada inspeksi memang tidak ditemukan adanya kelainan seperti hemithoraks yang
terkena cembung dengan ruang sela iga yang melebar, trakea terdorong ke sisi yang
sehat, namun pada pernapasan dada kanan tertinggal. Hal ini dapat saja terjadi
tergantung dari berat ringannya pneumothorak.

• Pada perkusi terdengar hipersonor pada dada kanan karena menunjukkan bahwa ada
banyak udara pada rongga dada.

• Pada auskultasi suara dasar napas melemah pada dada kanan.


• Pada pemeriksaan X-foto thoraks didapatkan kesan mendukung gambaran
pneumothorax dextra dan bronkkopnemoni

• Pada pemeriksaan darah di temukan penurunan hb dan ht ringan

• Pada pemeriksaan gen x pert tidak ditemukan bakteri MTB

• Hal ini mendukung penyebab dari pneumothoraks pada pasien ini adalah
pneumothoraks spontan sekunder karena disebabkan oleh penyakit paru yang
dalam hal ini adalah bronkopneumoni.
• Berdasarkan diagnosis pada pasien ini maka dilakukan tindakan pemasangan
WSD. Tindakan ini bertujuan agar paru cepat mengembang. Pemberian
antibiotik juga diberikan pada pasien ini mengingat tindakan ini beresiko infeksi.

• Telah dipastikan pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang benar menunjukkan adanya pneumothoraks spontan
sekunder dextra yang disebabkan karena tuberkulosis paru.
KESIMPULAN

Peumothorax merupakan suatu kondisi paru yang mengancam jiwa,


pneumothoraks dapat disebabkan oleh berbagai sebab. Salah satunya akibat
penyakit tuberkulosis. Gejala pneumothorax akibat tuberkulosa tidak berbeda
dengan gejala pneumothorax karena penyebab lainnya. Gejala yang muncul
tergantung dari luas pneumothorax yang terjadi. Penatalaksanaannya pun tidak
jauh berbeda. Apabila pasien datang dengan pneumothorax karena tuberkulosis
paru maka dilakukan tindakan untuk menyelamatkan yaitu menangani
pneumotorax terlebih dahulu baru kemudian tuberkulosanya diobati.

Anda mungkin juga menyukai