Anda di halaman 1dari 18

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

UU NO. 23 TAHUN 2004


TENTANG PENGHAPUSAN
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
DI KOTA SEMARANG

Disajikan oleh:
Faridatus Shofiyah
1
Latar Belakang
 Jumlah kekerasan terhadap perempuan
meningkat setiap tahunnya
 Jenis kasus kekerasan terhadap
perempuan yang paling banyak adalah
kekerasan ranah personal, yaitu kekerasan
dalam rumah tangga

2
Latar Belakang
Gambaran Umum Kekerasan Terhadap Perempuan
(KTP) di Indonesia Tahun 2001-2014

Sumber : Komnas Perempuan


3
KTP di Ranah Personal di Indonesia
Tahun 2014

Sumber : Komnas Perempuan


4
KTP di Ranah Komunitas di Indonesia
Tahun 2014

Sumber : Komnas Perempuan


5
Jenis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan
di Kota Semarang Tahun 2014

No Jenis Kasus Jumlah Persentase

1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga 161 95%

2. Kekerasan Dalam Pacaran 1 1%

3. Kekerasan Seksual 5 3%

4. Kriminalisasi 1 1%

5. Perdagangan Orang 1 1%

Jumlah Total 169 100%

Sumber : PPT SERUNI Kota Semarang


6
Pada tanggal 24 Juli 1984, Pemerintah RI telah meratifikasi Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Tehadap Perempuan (CEDAW)
dalam UU No.7 Tahun 1984

UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, UU No. 23 Tentang Penghapusan


Kekerasan Dalam Rumah Tangga, UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang

Pemerintah Indonesia juga telah membuat Kesepakatan Bersama pada tahun


2002,antara Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan RI, Menteri Kesehatan RI,
Menteri Sosial dan Kapolri tentang Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan thp
Perempuan dan Anak

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga telah menetapkan Peraturan Gubernur


No. 76 tahun 2006 tentang Pembentukan Komisi Perlindungan Perempuan dan
Anak Jawa Tengah

Sebagai tindak lanjut kebijakan tersebut, Pemerintah Kota Semarang kmd


membentuk Tim Pelayanan Terpadu Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan
dan Anak Berbasis Gender “SERUNI” dengan Keputusan Walikota Semarang
Nomor 463.05/112 Tahun 2005.
• Pada tahun 2007, Pemkot Semarang menjalankan: UU No.7 tahun 1984, UU
No. 23 tahun 2004, serta Serta Instruksi Walikota Semarang No. 463/13/2005
tentang Sosialisasi Penghapusan Kekerasan thp Perempuan dan Anak yang salah
satu instruksinya adalah agar di setiap wilayah Kecamatan disediakan tempat
pengaduan korban tindak kekerasan serta agar mengupayakan usaha-usaha
untuk melindungi perempuan dan anak korban kekerasan.
• Terbentuklah Tim Pelayan Terpadu bagi Perempuan dan Anak korban kekerasan
berbasis gender dan trafiking di 4 kecamatan (Pedurungan, Semarang Utara,
Semarang barat, dan Banyumanik) dgn Keputusan Walikota Semarang No.
463/16/2006 tanggal 27 Januari 2009 .
• Tahun 2010 telah terbentuk di 2 kecamatan (Semarang Timur dan Gunungpati)
dgn Keputusan Bapermas, Perempuan dan KB Kota Semarang No.
061.1/33/2010 tanggal 6 Januari 2010. Selanjutnya, sekarang di Kota Semarang
sudah mendirikan Pusat Pelayanan Terpadu di 16 Kecamatan di bawah
kepengelolaan UPT Bapermas Kecamatan
7
Identifikasi Masalah
Semakin meningkatnya angka kekerasan
terhadap perempuan dari tahun ke tahun

Kasus KDRT merupakan kasus kekerasan


terhadap perempuan yang tertinggi meskipun
sudah ada Undang-Undang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU-PKDRT)

Kurang seriusnya aparat pemerintah, aparat


penegak hukum, institusi pendidikan dan
stakeholder dalam menegakkan terpenuhinya
hak perempuan korban kekerasan atas
pemulihan, kebenaran dan keadilan.

8
Rumusan Bagaimana implementasi
Tujuan Untuk mendeskripsikan
Masalah kebijakan Undang-Undang Penelitian dan menganalisis
tentang implementasi
No. 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan kebijakan Undang-
Dalam Rumah Tangga Undang No. 23 Tahun
(PKDRT) di Kota 2004 tentang
Semarang? Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga
(PKDRT) di Kota
Semarang
Faktor-faktor apa saja yang
menjadi penghambat dan
pendorong implementasi Untuk mendeskripsikan
kebijakan Undang-Undang dan menganalisis
No. 23 Tahun 2004 tentang tentang faktor-faktor
Penghapusan Kekerasan yang menjadi
Dalam Rumah Tangga penghambat dan
(PKDRT) di Kota pendorong
Semarang? implementasi kebijakan
PKDRT di kota
Semarang

9
Tinjauan Pustaka
Administrasi publik

Kebijakan publik

Proses kebijakan publik

Implementasi kebijakan

10
Implementasi Kebijakan
 Kamus Webster dalam Widodo (2013: 86)
implementasi diartikan sebagai “ to provide the means
for carrying out (menyediakan sarana untuk
melaksanakan sesuatu); to give practical effects to
(menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)”.
Implementasi berarti menyediakan sarana untuk
melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan
dampak/akibat terhadap sesuatu tertentu.
 Menurut Mazmanian & Sabatier bahwa yang dimaksud
implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan
kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang,
namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau
keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau
keputusan badan peradilan.

11
Model Implementasi Kebijakan
Van Metter dan Van Horn
KOMUNIKASI
ANTAR
ORGANISASI DAN
KEGIATAN
PELAKSANAAN

UKURAN DAN
TUJUAN
KEBIJAKAN KARAKTERISTIK KINERJA
DISPOSISI
BADAN IMPLEMENTASI
PELAKSANA
PELAKSANA

SUMBERDAYA

LINGKUNGAN
EKONOMI, SOSIAL DAN
POLITIK

12
Kerangka Pemikiran
Undang-Undang No 7 tahun 1984 Tentang
CEDAW Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan
Tahun 1979 Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan

UU No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan


Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(UU-PKDRT)

Selama pelaksanaan diimplementasikan undang-


undang tersebut dari tahun 2004 sampai
sekarang tidak terlalu berhasil terbukti dengan
meningkatnya jumlah kekerasan dalam rumah
tangga dari tahun ke tahun.

Permasalahan yang muncul adalah: (identifikasi


masalah)

HASIL
Melakukan penelitian menggunakan teori Van
PENELITIAN
Metter dan Van Horn
13
Metode Penelitian
• Pendekatan deskriptif dengan teknik analisis kualitatif
Pendekatan
Penelitian

• Implementasi kebijakan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004


tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)
Fokus di Kota Semarang, serta faktor-faktor penentu implementasi
Penelitian kebijakan undang-undang PKDRT di kota Semarang

• Penelitian ini akan dilaksanakan di Kantor Bapermas Perempuan


dan KB dan PPT SERUNI Kota Semarang
Situs • Peneliti mengambil lokasi di kota Semarang karena yang
Penelitian memiliki kasus tertinggi di Jawa Tengah

14
Fenomena Penelitian
Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Implementasi kebijakan UU No. 23 tahun 2004 tentang PKDRT di
Kota Semarang (prinsip lima tepat Riant Nugroho):
a. Ketepatan kebijakan
b. Ketepatan pelaksanaan
c. Ketepatan target
d. Ketepatan lingkungan
e. Ketepatan proses
2. Faktor-faktor yg yang menghambat dan mendukung implementasi
kebijakan UU-PKDRT di Kota Semarang (Model Van Metter dan Van
Horn):
a. Standar dan sasaran kebijakan
b. Sumber daya
c. Hubungan antar organisasi
d. Karakteristik agen pelaksana
e. Disposisi implementor
f. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi

15
• Data Primer : hasil
wawancara, dokumentasi,
Jenis dan observasi, dan langsung
bersumber dari lapangan
Sumber Data • Data Sekunder : buku- buku
referensi, media cetak,
elektronik, serta website

• Purposive, artinya
pengambilan dgn sengaja
Pemilihan untuk memperoleh key
Informan informan yaitu orang-
orang yg mengetahui dgn
benar dan terpercaya

16
• Wawancara
Teknik • Observasi
Pengumpulan • Telaah dokumen
Data • Studi pustaka

• Menggunakan analisis deskriptif,


yakni menggambarkan fenomena
Teknik yang terjadi di lapangan terutama
terkait dengan implementasi
Analisa Data kebijakan Undang-Undang No. 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(PKDRT) di Kota Semarang

17
18

Anda mungkin juga menyukai