PANJANG PENYALURAN
TULANGAN BETON
Terkait
SNI 2847-2013
∆𝑓𝑠 . 𝑑𝑏
𝜇=
4𝐿1
𝜇 = Tegangan lekatan
∆𝑓𝑠 = Beda / selisih gaya tarik baja
𝑑𝑏 = Diameter tulangan baja
𝐿 = Panjang baja
Panjang Penyaluran Pada Kondisi Tarik
Pada daerah tarik tegangan lekatan tulangan baja besarnya bervariasi
sepanjang batang, oleh karena itu dalam perencanaan lebih sering digunakan istilah
panjang penyaluran daripada tegangan lekatan. Panjang penyaluran (lb), adalah
panjang penanaman tulangan yang diperlukan agar tulangan tersebut dapat
mengembangkan kuat rencananya (fy). Apabila panjang penyaluran yang
disediakan kurang dari persyaratan, maka tegangan lekatan pda daerah tarik dari
balok akan menjadi cukup tinggi yang berakibat munculnya retak dan
mengelupasnya selimut beton di sekitar tulangan tarik. Apabila retakan ini berlanjut
hingga ke ujung tulangan, maka balok akan segera mengalami keruntuhan. Jarak
antar tulangan yang kurang, serta selimut beton yang kurang dari persyaratan akan
cenderung mengurangi kapasitas lekatan dari tulangan baja.
Gambar dibawah ini menunjukkan peristiwa mengelupasnya selimut
beton di sekitar tulangan tarik balok
Panjang penyaluran dapat dinyatakan dalam nilai ultimit dari tegangan lekatan rata-rata, dengan
menyamakan nilai dari 𝑓𝑠2 − 𝑓𝑠1 menjadi 𝑓𝑦 sehingga diperoleh:
𝑓𝑦 𝑑𝑏
𝑙𝑑 =
4𝑥𝜇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎, 𝜇
Dari persamaan diatas, panjang penyaluran merupakan fungsi dari diameter dan kuat luluh
tulangan baja, serta tegangan lekatan ultimit (dapat dinyatakan sebagai fungsi dari 𝑓′𝑐 ). Besarnya
panjang penyaluran tulangan dalam kondisi tarik diatur dalam SNI 2847:2013 Pasal 12.2.3, yang
menyatakan bahwa panjang penyaluran harus dihitung dengan mengunakan persamaan:
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏
Dengan :
Dengan :
Dengan :
Dengan :
Dengan :
𝑐𝑏 +𝐾𝑡𝑟
Nilai tidak boleh diambil lebih dari 2,5 dengan:
𝑑𝑏
𝑐𝑏 = nilai terkecil dari spasi tulangan atau selimut beton
𝑑𝑏 = diameter beton
40𝐴𝑡𝑟
𝐾𝑡𝑟 = = indeks tulangan transversal
𝑠𝑛
𝐴𝑡𝑟 = luas penampang total dari semua tulangan transversal yang berada
dalam rentang daerah berspasi 𝑠 dan yang memotong bidang belah potensial
melalui tulangan yang disalurkan
𝑠 = spasi maksimum as ke as tulangan transversal yang dipasang di
sepanjang 𝑙𝑑
𝑛 = jumlah tulangan yang disalurkan di sepanjang bidang belah
Nilai 𝐾𝑡𝑟 dapat diambil sama dengan nol 𝐾𝑡𝑟 = 0 guna penyederhanaan
perencanaan, meskipun ada tulangan transversal terpasang.
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏
Dengan :
Dengan :
Dalam Pasal 12.2.5, dinyatakan bahwa panjang penyuluran boleh direduksi apabila luasan
tulangan terpasang pada elemen struktur lentur melebihi luasan yang dibutuhkan dari
hasilanalisis, kecuali apabila angkur atau penyaluran untuk 𝑓𝑦 secara khusus diperlukan, atau
tulangan direncanakan dengan mempertimbangkan pengaruh beban gempa. Besarnya factor
reduksi panjang penyaluran adalah sebesar:
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝑅𝑠 =
𝐴𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏
Dengan :
Jarak Tulangan
D19 atau lebih kecil D22 atau lebih besar
dan Selimut Beton
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒
Kasus lain 𝑙𝑏 = 𝑑𝑏 𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,4𝜆 𝑓′𝑐 1,1𝜆 𝑓′𝑐
Persamaan-persamaan untuk panjang penyaluran dapat disederhanakan kembali apabila
tulangan yang digunakan tidak dilapisi epoksi (𝜓𝑒 = 1,0), merupakan tulangan bawah (𝜓𝑡 = 1,0)
dan beton yang digunakan adalah beton normal (𝜆 = 1,0). Sehingga apabila kondisi a dan b pada
table diatas terpenuhi, maka persamaan panjang penyaluran tulangan menjadi:
𝑓𝑦
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏 untuk D19 atau lebih kecil
2,1 𝑓′𝑐
𝑓𝑦
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏 untuk D22 atau lebih besar
1,7 𝑓′𝑐
𝑓′𝑐 = 20 MPa 𝑓′𝑐 = 25 MPa 𝑓′𝑐 = 30 MPa 𝑓′𝑐 = 35 MPa 𝑓′𝑐 = 0 MPa
𝑑𝑏
(mm) a&b Kasus a&b Kasus a&b Kasus a&b Kasus a&b Kasus
terpenuhi Lain terpenuhi Lain terpenuhi Lain terpenuhi Lain terpenuhi Lain
13 553,7 830,5 495,2 742,9 425,1 678,1 418,6 627,8 391,5 587,3
16 681,5 1022,2 609,5 914,3 556,4 834,6 515,1 772,7 481,9 722,8
19 809,2 1213,9 723,8 1085,7 660,7 991,1 611,7 917,6 571,1 858,3
22 1157,5 1788,9 1035,3 1600,0 945,1 1460,6 875,0 1352,2 818,5 1264,9
25 1315,3 2032,8 1176,5 1818,2 1074,0 1659,8 994,3 1536,6 930,1 1437,4
29 1525,8 2358,0 1364,7 2109,1 1245,8 1925,3 1153,4 1782,5 1078,9 1667,4
32 1683,6 2602,0 1505,9 2327,3 1331,0 2124,5 1272,7 1966,9 1190,5 1839,9
Contoh Soal
Apabila tulangan tarik tidak diberi kekangan dengan baik oleh tulangan sengkang,
maka panjang 𝑙𝑑 harus dikalikan dengan 1,5 (𝑠 = 31,67 mm < 2𝑑𝑏 (= 50 mm)).
Sehingga panjang penyaluran 𝑙𝑑 dihitung dari persamaan:
1.
Penyelesaian
2. Pada titik A, kuat momen rencana sama dengan nol, karena tidak ada panjang penyaluran. Pada
jarak ld kea rah kanan (pada titik B), kuat momen rencana naik secara linier dari nol menjadi 232
kNm. Selanjutnya dari titik B ke titik C kuat momen rencana tetap konstan sebesar 232 kNm.
3. Titik C merupakan titik pemotongan tulangan. Pada jarak ld di sebelah kanan titik C (yaitu titik D),
kuat momen rencana akan naik secara linier dari 232 kNm menjadi 450 kNm. Pada setiap titik,
kuat momen rencana tidak boleh lebih kecil daripada kuat momen perlu.
4. Selanjutnya tentukan jarak titik B ke titik C. Pada titik C kuat momen perlu adalah sebesar 232
kNm, yang terletak sejarak x dari titik A. Jarak x dapat dihitung sebagai berikut:
𝑥
180𝑥 − 40𝑥 = 232
2
Diperoleh x=1,5589 m, diambil x=1,550 m.
Karena jarak AC adalah 1.550 mm, sedangkan jarak AB=ld=1.125 mm, maka jarak BC adalah
sebesar 425 mm
Penyelesaian
5. Pada titik D (sejarak ld=1.125 mm dari C, atau 2.675 mm dari A), kuat momen yang diperlukan
adalah:
2,6752
𝑀𝑢 = 180 2,675 − 40 = 338,38 𝑘𝑁𝑚 < ∅𝑀𝑛 (= 450𝑘𝑁𝑚ቇ
2
1 1
𝑀𝑢 = 𝑞𝑢 𝐿 = × 40 × 92 = 405 𝑘𝑁𝑚 < ∅𝑀𝑛 (= 450𝑘𝑁𝑚ቇ
2
8 8
7. Gambar lokasi pemutusan tulangan ditunjukkan dalam gambar pada langkah 1. Tulangan
pada kenyataannya diletakkan satu baris saja. Penggambaran dua garis tersebut hanya untuk
memberikan gambaran yang jelas tempat/lokasi pemutusan tulangan.
Faizal Saiditya A. S. 10111710000058 Dede Adhi Suma P. 10111710000068
Amaluddin Fajar 10111710000076 Nauval Maulana H. 10111710000077
Akhmad Syarifuddin 10111710000100