Anda di halaman 1dari 35

LEKATAN &

PANJANG PENYALURAN
TULANGAN BETON
Terkait
SNI 2847-2013

Faizal Saiditya A. S. 10111710000058 Dede Adhi Suma P. 10111710000068


Amaluddin Fajar 10111710000076 Nauval Maulana H. 10111710000077
Akhmad Syarifuddin 10111710000100
Tegangan Lekatan
Tegangan yang dibutuhkan untuk mentransfer gaya diantara kedua material
yaitu baja dan beton agar tulangan baja berada pada kesetimbangan. Artinya bila
ada tegangan lekatan maka di sana ada perbedaan tegangan pada baja, demikian
pula sebaliknya, bila ada perbedaan tegangan pada baja maka di sana ada tegangan
lekatan
Besarnya tegangan lekatan dihitung dengan cara membagi beda / selisih
gaya tarik batang di antara 2 seksi yang berdekatan dengan luasan silinder
permukaan batang tulangan sepanjang 2 seksi tersebut dengan mengabaikan
tambahan luasan penumpu oleh sirip-sirip / ulir yang mungkin ada padanya.
𝜋. 𝑑𝑏 2
∆𝑓𝑠 . = 𝜇 𝜋𝑑𝑏 𝐿1
4
Jadi di dapatkan nilai tegangan lekatan :

∆𝑓𝑠 . 𝑑𝑏
𝜇=
4𝐿1

𝜇 = Tegangan lekatan
∆𝑓𝑠 = Beda / selisih gaya tarik baja
𝑑𝑏 = Diameter tulangan baja
𝐿 = Panjang baja
Panjang Penyaluran Pada Kondisi Tarik
Pada daerah tarik tegangan lekatan tulangan baja besarnya bervariasi
sepanjang batang, oleh karena itu dalam perencanaan lebih sering digunakan istilah
panjang penyaluran daripada tegangan lekatan. Panjang penyaluran (lb), adalah
panjang penanaman tulangan yang diperlukan agar tulangan tersebut dapat
mengembangkan kuat rencananya (fy). Apabila panjang penyaluran yang
disediakan kurang dari persyaratan, maka tegangan lekatan pda daerah tarik dari
balok akan menjadi cukup tinggi yang berakibat munculnya retak dan
mengelupasnya selimut beton di sekitar tulangan tarik. Apabila retakan ini berlanjut
hingga ke ujung tulangan, maka balok akan segera mengalami keruntuhan. Jarak
antar tulangan yang kurang, serta selimut beton yang kurang dari persyaratan akan
cenderung mengurangi kapasitas lekatan dari tulangan baja.
Gambar dibawah ini menunjukkan peristiwa mengelupasnya selimut
beton di sekitar tulangan tarik balok
Panjang penyaluran dapat dinyatakan dalam nilai ultimit dari tegangan lekatan rata-rata, dengan
menyamakan nilai dari 𝑓𝑠2 − 𝑓𝑠1 menjadi 𝑓𝑦 sehingga diperoleh:

𝑓𝑦 𝑑𝑏
𝑙𝑑 =
4𝑥𝜇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎, 𝜇

Dari persamaan diatas, panjang penyaluran merupakan fungsi dari diameter dan kuat luluh
tulangan baja, serta tegangan lekatan ultimit (dapat dinyatakan sebagai fungsi dari 𝑓′𝑐 ). Besarnya
panjang penyaluran tulangan dalam kondisi tarik diatur dalam SNI 2847:2013 Pasal 12.2.3, yang
menyatakan bahwa panjang penyaluran harus dihitung dengan mengunakan persamaan:

𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏

Dengan :

𝜓𝑡 adalah faktor lokasi tulangan, yang besarnya ditentukan sebagai berikut:


• 𝜓𝑡 = 1,3 untuk tulangan atas, yang didefinisikan sebagai tulangan horizontal yang
ditempatkan hingga lebih dari 300 mm beton harus segar dicor pada komponen
dibawah panjang penyaluran atau sambungan yang ditinjau.
• 𝜓𝑡 = 1,0 untuk tulangan lainnya.
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏

Dengan :

𝜓𝑒 adalah faktor pelapisan tulangan, yang besarnya adalah:


• 𝜓𝑒 = 1,5 untuk tulangan berlapis epoksi dengan selimut beton kurang dari 3𝑑𝑏
atau spasi bersih kurang dari 6𝑑𝑏 .
• 𝜓𝑒 = 1,2 untuk tulangan berlapis epoksi lainnya.
• 𝜓𝑒 = 1,0 untuk tulangan tanpa lapisan epoksi.
Hasil kali 𝜓𝑡 𝜓𝑒 tidak perlu diambil lebih dari 1,7
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏

Dengan :

𝜓𝑠 adalah faktor ukuran tulangan:


• 𝜓𝑠 = 0,8 untuk tulangan D19 atau lebih kecil serta jarring kawat ulir.
• 𝜓𝑠 = 1,0 untuk tulangan D22 dan yang lebih besar.
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏

Dengan :

𝜆 adalah faktor beton ringan:


• 𝜆 = 0,75 untuk beton ringan.
𝑓𝑐𝑡
• 𝜆= ≥ 1,0 jika nilai kuat tarik belah beton ringan diketahui
0,56 𝑓′𝑐
• 𝜆 = 1,0 untuk beton normal
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏

Dengan :
𝑐𝑏 +𝐾𝑡𝑟
Nilai tidak boleh diambil lebih dari 2,5 dengan:
𝑑𝑏
𝑐𝑏 = nilai terkecil dari spasi tulangan atau selimut beton
𝑑𝑏 = diameter beton
40𝐴𝑡𝑟
𝐾𝑡𝑟 = = indeks tulangan transversal
𝑠𝑛
𝐴𝑡𝑟 = luas penampang total dari semua tulangan transversal yang berada
dalam rentang daerah berspasi 𝑠 dan yang memotong bidang belah potensial
melalui tulangan yang disalurkan
𝑠 = spasi maksimum as ke as tulangan transversal yang dipasang di
sepanjang 𝑙𝑑
𝑛 = jumlah tulangan yang disalurkan di sepanjang bidang belah
Nilai 𝐾𝑡𝑟 dapat diambil sama dengan nol 𝐾𝑡𝑟 = 0 guna penyederhanaan
perencanaan, meskipun ada tulangan transversal terpasang.
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏

Dengan :

Nilai 𝑓′𝑐 tidak boleh diambil lebih dari 8,3 MPa.


𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏

Dengan :

Dalam Pasal 12.2.5, dinyatakan bahwa panjang penyuluran boleh direduksi apabila luasan
tulangan terpasang pada elemen struktur lentur melebihi luasan yang dibutuhkan dari
hasilanalisis, kecuali apabila angkur atau penyaluran untuk 𝑓𝑦 secara khusus diperlukan, atau
tulangan direncanakan dengan mempertimbangkan pengaruh beban gempa. Besarnya factor
reduksi panjang penyaluran adalah sebesar:
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝑅𝑠 =
𝐴𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏

Dengan :

Untuk semua kasus, nilai 𝑙𝑑 tidak boleh lebih kecil daripada


300 mm (SNI 2847:2013 Pasal 12.2.1)
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝜓𝑠
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,1𝜆 𝑓′𝑐 𝑐𝑏 + 𝐾𝑡𝑟
𝑑𝑏

Pada persamaan diatas dapat diubah dalam bentuk yang lebih


𝑐𝑏 +𝐾𝑡𝑟
sederhana, dengan menganggap = 1,5 yang diperbolehkan
𝑑𝑏
dalam SNI 2847:2013 Pasal 12.2.2
Tabel 1 Panjang Penyaluran Tulangan pada Kondisi Tarik

Jarak Tulangan
D19 atau lebih kecil D22 atau lebih besar
dan Selimut Beton

Jarak bersih tulangan yang


disalurkan atau disambung tidak
kurang dari 𝑑𝑏 , selimut beton bersih
tidak kurang dari 𝑑𝑏 , da sengkang
atau sengkang ikat yang dipasang
sepanjang 𝑙𝑑 tidak kurang dari 𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏 𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
persyaratan minimum sesuai 2,1𝜆 𝑓′𝑐 1,7𝜆 𝑓′𝑐
peraturan
Jarak bersih tulangan yang
disalurkan atau disambung tidak
kurang dari 2𝑑𝑏 dan selimut beton
bersih tidak kurang dari 𝑑𝑏

𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒
Kasus lain 𝑙𝑏 = 𝑑𝑏 𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,4𝜆 𝑓′𝑐 1,1𝜆 𝑓′𝑐
Persamaan-persamaan untuk panjang penyaluran dapat disederhanakan kembali apabila
tulangan yang digunakan tidak dilapisi epoksi (𝜓𝑒 = 1,0), merupakan tulangan bawah (𝜓𝑡 = 1,0)
dan beton yang digunakan adalah beton normal (𝜆 = 1,0). Sehingga apabila kondisi a dan b pada
table diatas terpenuhi, maka persamaan panjang penyaluran tulangan menjadi:

𝑓𝑦
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏 untuk D19 atau lebih kecil
2,1 𝑓′𝑐
𝑓𝑦
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏 untuk D22 atau lebih besar
1,7 𝑓′𝑐

Sedangkan untuk kasus lainnya:


𝑓𝑦
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏 untuk D19 atau lebih kecil
1,4 𝑓′𝑐
𝑓𝑦
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏 untuk D22 atau lebih besar
1,1 𝑓′𝑐
Tabel 2 Panjang Penyaluran Tulangan, 𝑙𝑑 (mm) pada Kondisi Tarik, 𝑓𝑦 = 400 MPa
(𝜓𝑡 = 𝜓𝑒 = 𝜆 = 1,0)

𝑓′𝑐 = 20 MPa 𝑓′𝑐 = 25 MPa 𝑓′𝑐 = 30 MPa 𝑓′𝑐 = 35 MPa 𝑓′𝑐 = 0 MPa
𝑑𝑏
(mm) a&b Kasus a&b Kasus a&b Kasus a&b Kasus a&b Kasus
terpenuhi Lain terpenuhi Lain terpenuhi Lain terpenuhi Lain terpenuhi Lain
13 553,7 830,5 495,2 742,9 425,1 678,1 418,6 627,8 391,5 587,3
16 681,5 1022,2 609,5 914,3 556,4 834,6 515,1 772,7 481,9 722,8
19 809,2 1213,9 723,8 1085,7 660,7 991,1 611,7 917,6 571,1 858,3
22 1157,5 1788,9 1035,3 1600,0 945,1 1460,6 875,0 1352,2 818,5 1264,9
25 1315,3 2032,8 1176,5 1818,2 1074,0 1659,8 994,3 1536,6 930,1 1437,4
29 1525,8 2358,0 1364,7 2109,1 1245,8 1925,3 1153,4 1782,5 1078,9 1667,4
32 1683,6 2602,0 1505,9 2327,3 1331,0 2124,5 1272,7 1966,9 1190,5 1839,9
Contoh Soal

Gambar di samping ini menunjukkan penampang


melintang sebuah balok tertumpu sederhana yang
diberi tulangan tarik 4D25 serta sengkang D10-150.
Tentukan panjang penyaluran yang dibutuhkan oleh
tulangan tarik jika beton merupakan beton normal
dan tulangan tidak dilapis epoksi. Gunakan 𝑓′𝑐 = 20
MPa dan 𝑓𝑦 = 400 MPa.
Penyelesaian

1. Periksa terhadap kondisi yang disyaratkan dalam Tabel 1:


a. Tulangan memanjang berdiameter 25 mm, maka 𝑑𝑏 = 25 mm
b. Selimut bersih = 65 – (25/2) = 50 mm > 𝑑𝑏
300−2(65)
c. Jarak bersih antar tulangan 𝑠 = − 25 = 31,67 mm > 𝑑𝑏
3
d. Tulngan dikekang dengan tulangan sengkang berdiameter 10 mm
Sehingga kondisi pada Tabel 1 terpenuhi, dan panjang penyaluran dihitung dari
persamaan:
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏
1,7𝜆 𝑓′𝑐
Penyelesaian

Tentukan faktor-faktor 𝜓𝑡 , 𝜓𝑒 , 𝑑𝑎𝑛 𝜆:


𝜓𝑡 = 1,0 (untuk tulangan bawah)
𝜓𝑒 = 1,0 (untuk tulangan tanpa epoksi)
𝜆 = 1,0 (untuk beton normal)
Periksa nilai 𝑓′𝑐 = 20 = 4,47 MPa < 8,3 MPa. Sehingga:
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 400 𝑥 1,0 𝑥 1,0
𝑙𝑏 = 𝑑𝑏 = 𝑥 25 = 1.315,22 𝑚𝑚 ≈ 1.325 𝑚𝑚
1,7𝜆 𝑓′𝑐 1,7 𝑥 1,0 𝑥 20
(Nilai ini dapat dilihat pula dalam Tabel 2 untuk 𝑓′𝑐 = 20 MPa dan 𝑑𝑏 = 25 mm)
Penyelesaian

Apabila tulangan tarik tidak diberi kekangan dengan baik oleh tulangan sengkang,
maka panjang 𝑙𝑑 harus dikalikan dengan 1,5 (𝑠 = 31,67 mm < 2𝑑𝑏 (= 50 mm)).
Sehingga panjang penyaluran 𝑙𝑑 dihitung dari persamaan:

𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒 400 𝑥 1,0 𝑥 1,0


𝑙𝑏 = 𝑑𝑏 = 𝑥 25 = 2.032,79 𝑚𝑚 ≈ 2.050 𝑚𝑚
1,1𝜆 𝑓′𝑐 1,1 𝑥 1,0 𝑥 20
Panjang Penyaluran Pada Kondisi Tekan
Panjang penyaluran tulangan ulir pada kondisi tekan pada umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan
dalam kondisi tarik, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tulangan pada kondisi tekan tidak menunjukkan
gejala retak seperti pada kondisi tarik. Pada SNI 2847:2013 Pasal 12.3.2 diatur mengenai panjang penyaluran
tulangan pada kondisi tekan, yang diambil dari nilai terbesar antara:
0,24𝑓𝑦
𝑙𝑑𝑐 = 𝑑𝑏
𝜆 𝑓′𝑐
𝑙𝑑𝑐 = 0,043 . 𝑓𝑦 . 𝑑𝑏
Nilai yang diperoleh dari kedua persamaan tersebut tidak boleh lebih kecil daripada 200 mm. Panjang
penyaluran boleh direduksi dengan mengalikan ldc dan faktor kelebihan tulang, Rs (= As perlu/As terpasang).
Sedangkan untuk elemen struktur tekan dengan tulangan spiral diameter 6 mm atau lebih dengan jarak minimal
100 mm, panjang penyaluran yang dihitung dari persamaan diatas masih boleh direduksi dengan mengalikan
dengan mengalikan dengan faktor 0,75. Tabel berikut menunjukkan nilai panjang penyaluran untuk tulangan
dalam kondisi tekan.
Tabel 1 Panjang Penyaluran Tulangan, ld (mm) pada Kondisi Tekan, fy = 400 MPa

db (mm) f'c 20 Mpa f'c = 25 Mpa f'c 30 Mpa f'c = 35 Mpa


13 279,1 249,6 227,9 223,6
16 343,5 307,2 280,4 275,2
19 407,9 364,8 333,0 326,8
22 472,3 422,4 385,6 378,4
25 536,7 480 438,2 430,00
29 622,5 556,8 508,3 498,8
32 686,9 614,4 560,9 550,4
Contoh Soal

Sebuah kolom beton bertulang memiliki 8 buah tulangan memanjang


berdiameter 32 mm, yang harus disalurkan ke pondasi. Tentukan besarnya
panjang penyaluran yang dibutuhkan oleh tulangan untuk disalurkan ke
pondasi. Gunakan f’c = 25 MPa dan fy = 400 MPa.
Penyelesaian

Panjang penyaluran tulangan dalam kondisi tekan ditentukan dari nilai


terkecil antara:

0,24𝑓𝑦 0,24 𝑥 400


𝑙𝑑𝑐 = 𝑑𝑏 = 𝑥 32 = 614,4 𝑚𝑚
𝜆 𝑓′𝑐 1 𝑥 25
𝑙𝑑𝑐 = 0,043 . 𝑓𝑦 . 𝑑𝑏 = 0,043 400 32 = 550,4 𝑚𝑚

Sehingga ditentukan panjang penyaluran yang dibutuhkan sebesar 611,4


mm, atau dibulatkan menjadi 625 mm.
Pemutusan Tulangan Lentur
Pada struktur beton bertulang , tulangan baja dipasang di dekat sisi tarik dari balok untuk
memikul gaya tarik yang timbul.
Pada bagian tengah bentang terjadi momen lentur positif, yang berarti bahwa sisi bawah balok
akan mengalami tarik dan perlu diberi tulangan lentur. Hal sebaliknya terjadi di daerah sekitar
tumpuan yang memikul momen negatif, yang artinya sisi atas balok akan mengalami tegangan tarik
dan perlu diberi tulangan lentur. Untuk alasan keekonomisan, beberapa buah tulangan memanjang
dapat dipotong pada daerah-daerah tertentu, apabila sudah tidak diperlukan lagi. Pemotongan
tulangan memiliki efek yang mengakibatkan kenaikan tegangan tarik secara tiba-tiba pada tulangan
yang tersisa. Akibatnya akan timbul kenaikan regangan yang cukup besar pada balok yang
selanjutnya menyebabkan munculnya retak tarik pada penampang balok. Retak tarik yang terjadi
akan mengurangi luas penampang melintang balok dan lebih jauh lagi akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya kegagalan geser yang bersifat getas.
Persyaratan untuk memperkecil kemungkinan keruntuhan geser akibat
pemotongan tulangan memanjang diatur dalam SNI 2847:2013 pasal 12.10.5
Diagram momen lentur yang digunakan dalam proses desain hanyalah berupa hasil pendekatan saja. Pada
kenyataannya di lapangan terjadi berbagai variasi beban, penurunan tumpuan, munculnya beban lateral, dan faktor lain
yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap diagram momen lentur tersebut. Akibatnya lokasi momen maksimum
akan berubah-ubah, untuk mengantisipasi hal tersebut maka dalam SNI 2847:2013 pasal 12.10.3 disyaratkan bahwa :
Contoh Soal
Sebuah balok dengan penampang persegi memiliki 4 buah tulangan memanjang D25. Beban dan
bentang balok ditunjukkan dalam gambar. Tentukan titik pemotongan dari dua buah tulangan, dengan
meninjau diagram momen lentur aktual dan panjang penyaluran yang diperlukan. Kuat momen
rencana (ØMn) dari balok ini telah dihitung yaitu sebesar 450 kNm jika ada empat buah tulangan, dan
sebesar 232 kNm jika hanya dua buah tulangan. Panjang penyaluran telah ditentukan menggunakan
𝑓𝑦
persamaan 𝑙𝑑 = 𝑑𝑏 , yaitu sebesar 1.125 mm (dengan menggunakan f’c=27,5 MPa dan f’y=400
1,7 𝑓′𝑐
MPa).
Penyelesaian

1.
Penyelesaian

2. Pada titik A, kuat momen rencana sama dengan nol, karena tidak ada panjang penyaluran. Pada
jarak ld kea rah kanan (pada titik B), kuat momen rencana naik secara linier dari nol menjadi 232
kNm. Selanjutnya dari titik B ke titik C kuat momen rencana tetap konstan sebesar 232 kNm.
3. Titik C merupakan titik pemotongan tulangan. Pada jarak ld di sebelah kanan titik C (yaitu titik D),
kuat momen rencana akan naik secara linier dari 232 kNm menjadi 450 kNm. Pada setiap titik,
kuat momen rencana tidak boleh lebih kecil daripada kuat momen perlu.
4. Selanjutnya tentukan jarak titik B ke titik C. Pada titik C kuat momen perlu adalah sebesar 232
kNm, yang terletak sejarak x dari titik A. Jarak x dapat dihitung sebagai berikut:
𝑥
180𝑥 − 40𝑥 = 232
2
Diperoleh x=1,5589 m, diambil x=1,550 m.
Karena jarak AC adalah 1.550 mm, sedangkan jarak AB=ld=1.125 mm, maka jarak BC adalah
sebesar 425 mm
Penyelesaian

5. Pada titik D (sejarak ld=1.125 mm dari C, atau 2.675 mm dari A), kuat momen yang diperlukan
adalah:

2,6752
𝑀𝑢 = 180 2,675 − 40 = 338,38 𝑘𝑁𝑚 < ∅𝑀𝑛 (= 450𝑘𝑁𝑚ቇ
2

6. Pada titik E, kuat momen perlu maksimum terjadi, yaitu sebesar:

1 1
𝑀𝑢 = 𝑞𝑢 𝐿 = × 40 × 92 = 405 𝑘𝑁𝑚 < ∅𝑀𝑛 (= 450𝑘𝑁𝑚ቇ
2
8 8

7. Gambar lokasi pemutusan tulangan ditunjukkan dalam gambar pada langkah 1. Tulangan
pada kenyataannya diletakkan satu baris saja. Penggambaran dua garis tersebut hanya untuk
memberikan gambaran yang jelas tempat/lokasi pemutusan tulangan.
Faizal Saiditya A. S. 10111710000058 Dede Adhi Suma P. 10111710000068
Amaluddin Fajar 10111710000076 Nauval Maulana H. 10111710000077
Akhmad Syarifuddin 10111710000100

Anda mungkin juga menyukai