Anda di halaman 1dari 43

Disampaikan pada:

BIMBINGAN TEKNIK DUA HARI


PUMPING PRACTICE FOR BUILDING &
INDUSTRY SERVICES
Jakarta, 1 – 2 Juli 2009 Sahid Jaya Hotel
Presented by:
Ir. Abduh Syarif
Imaduddin Haq, ST
Ir. Semuel P. Senda MSc.ES.

PUSAT TEKNOLOGI INDUSTRI MANUFAKTUR


BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
WELCOME
PUMPING PRACTICE FOR BUILDING & INDUSTRY
SERVICES
Gejala-gejala kritis/berbahaya pada oprasional : Kavitasi,
Benturan Air, Tekanan berlebih, Tekanan negative, Gejala
surjing dan Fluktuasi tekanan
• Liquid yang mengalir pasti mengalami kendala dan
hambatan dikarenakan adanya friksi dalam pipa, friksi
di fitting-fitting pipa. Kendala ini lebih popular dengan
sebutan Pressure loss
• Pressure loss karena kenyataannya pressure yang
dimiliki oleh liquid itu berkurang setelah dia mengalir.
Bila sampai pada saatnya pressure yang dimiliki si
liquida ini sama dengan pressure vapornya, maka
liquida ini berubah fase menjadi Uap.
• Pada saat absolute pressure liquid ini sama dengan
liquid vapor pressure pada temperature liquid saat itu,
maka terjadilah Kavitasi.
• Ada bubble/vapor yang terbentuk, yang akan
PROSES KAVITASI
Air pada kondisi biasa akan mendidih dan menguap pada
tekanan 1 atm (14,7 PSIA) pada suhu 1000 C (212ºF),
apabila tekanan berkurang sampai cukup rendah, air pada suhu
udara lingkungan yaitu sekitar 200C – 330C akan mendidih dan
menguap. penguapan akan menghasilkan gelembung gelembung
uap.Tempat-tempat bertekanan rendah atau berkecepatan tinggi
mudah terjadi kavitasi, terutama pada sisi isap pompa.
Property Vp pada berbagai kondisi temperatur
Fahrenheit Centigrade Vapor pressure lb/in2 A Vapor pressure (Bar) A

40 4.4 0.1217 0.00839

100 37.8 0.9492 0.06546

180 82.2 7.510 0.5179

212 100 14.696 1.0135

300 148.9 67.01 4.62


GEJALA – GEJALA KAVITASI:
• Suara berisik, getaran ketika pompa dijalankan
• Kerusakan komponen pompa tatkala gelembung-
gelembung fluida tersebut pecah ketika melalui
daerah yang lebih tinggi tekanannya. Terutama
pada permukaan dinding saluran, impeller dan
volutenya akan berlubang karena erosi kavitasi
• Kapasitas pompa menjadi berkurang
• Pompa tidak mampu membangkitkan head
(tekanan)
• Berkurangnya efisiensi pompa (unjuk kerja /
performansi pompa turun)
Gambar kerusakan Impeller karena Kavitasi

Gambar bubble/vapor yang


terbentuk pada impeller
Secara umum, terjadinya kavitasi diklasifikasikan atas 5
alasan dasar
1. Vaporisation - Penguapan.
untuk mencegah penguapan, syaratnya adalah NPSHA - Vp ≥ NPSHR
SOLUSI
– A. Menambah Suction head
– B. Mengurangi Tempertur fluida
– C. Mengurangi NPSHR
2. Air Ingrestion - Masuknya Udara Luar ke Dalam System
Disebabkan:
• Dari packing stuffing box, Ini terjadi jika pompa dari kondensor, evaporator

atau peralatan lainnya bekerja pada kondisi vakum.


• Letak valve di atas garis permukaan air (water line).
• Flens (sambungan pipa) yang bocor.
• Tarikan udara melalui pusaran cairan (vortexing fluid).
• Jika ‘bypass line’ letaknya terlalu dekat dengan sisi isap, hal ini akan
menambah suhu udara pada sisi isap.
3.Internal Recirculation - Sirkulasi Balik di dalam
System
• Terjadi pada pompa NPSHA yang rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut, kita harus tahu nilai Suction Spesific Speed ,
yang dapat digunakan untuk mengontrol pompa saat beroperasi, berapa
nilai terdekat yang teraman terhadap nilai BEP(Best Efficiency Point) pompa
yang harus diambil untuk mencegah terjadinya masalah.

Catatan penting :
Untuk pompa double suction, kapasitas dibagi 2 karena ada 2 impeller eyes.
• Ideal ‘membeli’ pompa dengan nilai Suction Spesific Speed kurang dari
8500 (5200 metrik) kecuali untuk kondisi yang ekstrim.
• Mixed Hydrocarbon dan air panas idealnya pada 9000 ÷ 12000 (5500÷7300
metric) atau lebih tinggi, lebih bagus.
• Nilai Suction Spesific Speed yang tinggi menandakan impeller eye-nya lebih
besar dari biasanya dan biasanya nilai efisiensinya disesuaikan dengan nilai
NPSHR yang rendah.
• Lebih tinggi nilai Suction Spesific Speed memerlukan desain khusus,
operasinya memungkinkan adanya kavitasi.
• Biasanya, pompa yang beroperasi dibawah 50% dari nilai BEP-nya tidak
reliable.
4.Turbulence (Pergolakan Aliran)
Jarak minimum antara suction pompa dengan elbow yang
pertama minimal 10 X diameter pipa.
Beberapa buah pompa bisa dipasang pada satu bak isap (sump) yang
besar, dengan syarat :
• Posisi pompa tegak lurus dengan arah aliran.
• Jarak antara dua ‘center line’ pompa minimum dua kali suction
diameter.
• Semua pompa dalam keadaan ‘runing’.
• Bagian piping upstream paling tidak memiliki pipa yang lurus dengan
panjang minimal 10 x diameter pipa.
• Setiap pompa harus memiliki kapasitas kurang dari 15.000 gpm.
• Suaian dasar pompa seharusnya sekitar 30% diameter pipa isap.
• Hubungan kedalaman pemasangan pompa dengan kapasitas
disesuaikan
5. Vane Passing Syndrome
• Kerusakan akibat kavitasi jenis ini terjadi ketika diameter luar
impeller lewat terlalu dekat dengan ‘cutwater’ pompa
Pencegahan Kavitasi
Hal-hal yang diperlukan untuk instalasi pompa:
1.Ketinggihan letak pompa terhadap permukaan zat cair yang
dihisap harus dibuat serendah mungkin agar head isap statis
lebih rendah pula. Pipa Isap harus dibuat sependek mungkin.
JIka terpaksa dipakai pipa isap yang panjang, sebaiknya
diambil pipa yang berdiameter satu nomer lebih besar untuk
mengurangi kerugian gesek.
2.Tidak dibenarkan untuk mengurangi laju aliran dengan
menghambat aliran disisi isap.
3.Head total pompa harus ditentukan sedemikian hingga sesuai
dengan yang diperlukan pada kondisi operasi yang
sesungguhnya.
4.Jika head pompa sangat berfluktuasi, maka pada keadaan head
terendah harus diadakan pengamanan terhadap terjadinya
kavitasi. Dalam beberapa hal terjadinya kavitasi tidak dapat
dihindari dan tidak mempengarui performa pompa, sehingga
perlu dipilih bahan impeler yang tahan erosi karena kavitasi.
abrasi kerusakan akibat kavitasi pecahan
5. NPSHA > NPSHR
Perumusan dari NPSH tersedia (NPSHA)
dapat ditulis :
Pa PV
hsv    hs  his  hi
 
Perumusan dari NPSH yang diperlukan (NPSHr) dapat ditulis :
Faktor yang mempengaruhi perubahan NPSH tersedia adalah :
Pengaruh temperatur dari zat cair
Pengaruh sifat dari zat cair
Pengaruh tekanan dari zat cair yang dihisap

Menaikkan NPSHA bisa dengan:


1. Menaikkan elevasi suction (elevasi liquid level ataupun elevasi vessel).
Menaikkan elevasi, berarti kita menaikkan static head, menaikkan NPSHA.
2. Turunkan elevasi pompa.
3. Kurangi friksi di pipa, sehingga pressure loss berkurang NPSHA membesar.
4. Subcooled the liquid sehingga P vapornya turun

Menurunkan NPSHR bisa dengan:


1. Menggunakan kecepatan putaran impeller yang lebih kecil. kecepatan pump
besar mengakibatkan pressure loss besar, sehingga otomatis akan
memperbesar NPSHR. Dengan menurunkanya akan menurunkan NPSHR.
2. Menduakan suction impeller sebenarnya semirip dg memperbesar
impeller eye area, memperkecil pressure loss.
3. Memperbesar impeller eye area
4. Memparalelkan pompa yang lebih kecil
5. Menggunakan suction inducer impeller
6. Menggunakan vertical pump yg menyediakan tambahan NPSHA
TINGGI KENAIKAN INSTALASI =
TINGGI KENAIKAN ISAP + TINGGI KENAIKAN TEKAN
TINGGI KENAIKAN ISAP NPSHA > NPSHR
POMPA

Energi fluida titik A terdiri: Pa


S
Tekanan dengan ketinggian  .g
2
Kecepatan dengan ketinggian Va
(karena Permukaannya tidak 0
berubah) 2. g
ZA
Pa

Pa
maka energi total di titik A sebesar
A
 .g

Titik S Energi berupa : D P


Tekanan uap jenuh berasal dari kavitasi dengan ketinggian  .g
Tinggi geodesi dengan ketinggian ZA; energi untuk mengatasi hambatan Hvs
2
Kecepatan dengan ketinggian C o
2.g
Untuk menglirkan fluida ketitik S beserta hambatannya dibutuhkan energi
sebesar NPSHA, sehingga energi total dititik S menjadi:
2
PD C o
  Z A  NPSH A  H VS Hukum kontinuitas Bernoulli didapat:
 .g 2.g
2
PD C o Pa
  Z A  NPSH A  H VS 
 .g 2.g  .g
2
Pa  PD C o
NPSH A    Z A  H vs
 .g 2. g
ZA berharga positif bila letak yang dipompa diatas pompa
NPSH yang diperlukan pompa, harganya ditentukan melalui pengamatan
berdasarkan timbulnya gelembung – gelembung. Timbulnya
gelembung – gelembung ini sangat dipengaruhi oleh beberapa factor antara
lain: kecepatan fluida waktu memasuki impeller, bentuk ujung – ujung sudu
jalan, tonjolan – tonjolan sudu dari rumah pompa, kehalusan permukaan sudu
jalan, dan yang terutama adanya berubah – ubahnya pembebanan (Fritz
Dietsel: 306)

NPSHR = ( 0,3 s/d 0,5) n V( m ) 
Persamaan ini hanya berlaku untukV = ( 0,1 s/d 1,0 ) m3/det
n = ( 10 s/d 50 ) put/det = (600 s/d 3000) RPM
bila mana NPSHR > NPSHA maka akan terjadi kavitasi hal ini dapat
diatasi dengan mengubah letak ketinggian pompa ( ZA )
TINGGI KENAIKAN TEKAN 2
Energi fluida di titik b sebesar Pb Vb
  Z b  H ds
Energi fluida di titik S  . g 2. g
Hds enegri untuk mengatasi hambatan
Energi disini hanya berupa energi yang dipakai untuk mengatasi
hambatan dan energi dititik b. Ditinjau dari potongan A – B energi ini
disebut tinggi kenaikan tekan (hds) Keseimbangan Bernoulli menjadi
2
Pb Vb
hds    Z b  H ds
 . g 2. g
Jadi tinggi kenaikan instalasi Pb

H = NPSH + hds b

A Zb

2 2
Pa  PD Pb Co Vb
H     Z A  Z b  H vs  hds
 .g  .g 2.g 2.g
KERUGIAN – KERUGIAN PADA ALIRAN
Reynold Number N  Vr .D.

R

μ = viskositas dinamik (Ndet/m2)


Untuk aliran laminer harga kerugian aliran dalam pipa dinyatakan dalam
persamaan DARCY
2
L.V 64
HL  f dimana f  f = faktor gesekan
2.D.g NR

kekasaran relatif = ε = kekasaran absolut dari pipa
D
Hubungan antara kekasaran relatif, bilangan Reynold dan faktor
gesekan untuk aliran transisi dan turbulen dibaca pada diagram
Moody Kerugian pada sambungan dan katubTerdiri dari elbow
450, 900, alat penyambung T, penyambung balik dan Check Valve
2
K .V
HL  K = tidak bersatuan ditentukan tabel berikut
2.g Valve or Fitting K factor
K diambil dari : FLUID POWER
WITH APPLICATION Globe Valve
(Anthony Esposito:123) Wide Open 10,0
½ open 12,5
Gate Valve
Wide open 0,19
¾ open 0,90
½ open 4,5
¼ open 24,0
Return Bend 2,2
Standard Tee 1,8
Standard Elbow 0,9
450 elbow 0,42
900 elbow 0,75
Ball check valve 4,0
Kekasaran absolute dari pipa (Anthony Esposito halmn: 120)
Type of Pipe Absolute Roughness (ft)
Glass or Plastic Smooth
Drawn Tubing 0,000005
Commercial steel or
Wrought Iron 0,00015
Asphalted Cast iron 0,0004
Galvanis Iron 0,0005
Cast Iron 0,00085
Riveted steel 0,006

Dari kekerasan absolute dan diameter pipa dapat dicari kekerasan


relative yang selanjutnya melalui grafik dari Moody dapat dicari
harga friction factor. Dalam diagram ini terdapat empat daerah yaitu
derah laminer, daerah kritis, daerah transisi dan daerah turbulen.
Untuk daerah laminer NR < 2000 grafik berupa garis lurus. NR>200
sampai 3000 harga f dapat dicari melalui kepanjangan garis
lurusuntuk daerah laminer, sedang NR = 3000 dan
selebihnya harga f dicari melalui grafik untuk daerah turbulen.
Mengkaji Piping & Instrumentation Diagram
Kasus 1
Tangki dan Pompa terletak pada level yang sama.Minyak didalam tangki
dengan ketinggian tertentu. Dapat dilihat dengan jelas bahwa energi
potensial ketinggian minyak didalam tangki akan mengalirkan ke dalam
suction pompa. Energi ketinggian ditambah tekanan atmosfer akan memaksa
minyak mengalir jika valve di suction pompa dibuka dan pompa mulai
dioperasikan. Gabungan energi ini akan dikurangi oleh hilang tekan atau
pressure drop sepanjang pipa suction karena efek adanya aliran, termasuk
penurunan tekanan di nozzle tangki dan di flange antara pipa dengan pompa
serta filter yang biasanya dipasang di suction pompa. Faktor lain yang
Mengurangi gabungan energi penggerak adalah tekanan uap dari minyak.
Hasil akhir dari pengurangan tersebut dikenal sebagai NPSH. NPSH atau Net
pressure suction head adalah head yang tersedia di mata impeller yang nilainya
harus lebih besar dari NPSH minimum yang dibutuhkan oleh pompa
pada suatu laju alir tertentu. Keterangan ini dapat dijabarkan dalam
persamaan matematika sederhana pada daerah antara tangki dengan
suction pompa, yaitu:
(P atm) + (Beda tinggi level minyak di tangki terhadap centerline pompa) –
{hilang tekan atau pressure drop sepanjang pipa suction
(termasuk di fiting-nya)} – (tekanan uap minyak bumi).
NPSHA > NPSH R dikarenakan NPSHR akan naik
seiring dengan naiknya laju alir fluida yang dipompakan, serta
untuk mengkompensasi uncertainty pressure drop di pipa suction
beserta fitingnya. Hal tersebut, dapat menjadi kritis, terutama
ketika pertama kali pompa dioperasikan dengan valve di
keluaran pompa dibuka penuh.
Kasus 2
Pada kasus ini, suction pompa ada di bawah pompa. Apakah persamaan NPSH
available masih berlaku? Tentu saja, hanya harga energi potensial ketinggian
menjadi negatif sehingga menjadi faktor pengurang. Satu-satunya yang
berangka positif adalah tekanan atmosfer. Persamaan sebelumnya dituliskan
kembali untuk model pemompaan suction lift ini:

(P atm) – (beda tinggi level minyak di tangki terhadap centerline pompa) –


{hilang tekan atau pressure drop sepanjang pipa suction
(termasuk di fiting-nya)} – (tekanan uap minyak bumi).

Sebagai akibat perubahan persamaan di atas, maka harga NPSH available


akan turun. Para pembuat pompa sudah mengantisipasi hal demikian, yaitu
dengan merancang pompa yang mempunyai harga NPSH required relative
lebih kecil terhadap pompa pada kasus 1. Lebih jauh, sekarang sudah banyak
Sekali pompa yang diletakkan di dalam sump caisson-nya sehingga dapat
mengeliminasi NPSH required lebih kecil. Contoh pompa seperti ini adalah
submersible pump yang banyak digunakan untuk teknologi pengangkatan
minyak di dalam sumur yang tekanan reservoir-nya sudah lemah ataupun untuk
firewater pump di anjungan lepas pantai
Benturan Air (Water Hammer)
Benturan air terjadi karena pada aliran terjadi
kenaikan dan penurunan tekanan secara tiba-tiba.
Benturan air dapat terjadi karena dua sebab yaitu
1. Penutupan katup secara tiba-tiba
2. Pencegahan
Pompa mendadakbenturan air bekerja
berhenti
Proses terjadinya benturan air yaitu karena head
pompa
tidak dapat mengatasi head sistem sehingga terjadi
tekanan negatif pada sisi keluar pompa, kondisi ini
menyebabkan aliran balik dari sisi keluar pompa
menuju pompa. Selanjutnya terjadi kenaikan tekanan
yang drastis yang menuju impeler pompa. Maka dari
kondisi tersebut, untuk melakukan pencegahan
benturan
air, tekanan negatif dan lonjakan tekanan harus
dicegah.
Gejala Surjing
Gejala surjing sering terjadi pada operasi pompa, laju aliran
berubah-ubah secara periodik dan pada aliran terjadi fluktuasi
tekanan. Gejala ini timbul karena pompa beroperasi dengan head
yang semakin menurun dan head sistem yang naik. Atau, head
pompa tidak mampu mengatasi head dari sistem secara normal.
Untuk mecegah surjing harus dipilih pompa dengan head yang
cukup tinggi, sehingga pada waktu pompa head nya menurun tidak
sampai terjadi surjing.

Tekanan Berubah-ubah
Gejala tekanan yang berubah ubah atau berfluktuatif sepanjang aliran banyak terjadi
pada pompa sentrifugal, khususnya pada pompa volut. Di dalam pompa ada daerah
antara sisi luar impeler dan ujung dari volut (cut water), yang apabila setiap kali impeler
berputar dan melewati daerah ini, tekanan zat cair akan berdenyut. Denyut yang terus-
menerus akan dirasakan sebagai fluktuasi tekanan yang merambat pada zat cair di
dalam pipa keluar. Apabila denyut tekanan zat cair beresonansi dengan kolom air
menyebabkan getaran dan bunyi.Untuk mencegah dari fluktuasi tekanan antara pompa
dan jalur pipa keluar, Pada jalur keluar pompa dipasang peredam bunyi yaitu kamar
ekspansi. Kamar ekspansi akan memotong rambatan gelombang dari fluktuasi tekanan
sehingga tidak sampai beresonansi dengan kolom air.
POMPA DI KAPAL
SOLAS (SAFETY OF LIFE AT SEA) = Peraturan Konvensi Internasional
• Kapasitas dari Pompa Pemadam Kebakaran
untuk Keselamatan Jiwa di Laut

Kapasitas pompa bilga dengan kecepatan air tidak kurang dari 2 m/s dengan
ketentuan diameter diatas. Kapasitas setiap pompa dimana tidak boleh kurang dari Q
• Tekanan didalam pipa saluran utama pemadam kebakaran
• = 0,565
Jumlah di2keran-keran kebakaran
dan tempat
• Pipa-pipa penyemprot ( Nozzles )
• Garis tengah pipa utama pada pompa bilga

d  25  1,68 L( B  D)  1
Peraturan dan Ketentuan Klasifikasi Kapal-kapal, menurut Bureau Veritas
Pompa Bilga
Diameter dalam dari pompa bilga untuk ukuran yang mendekati dihitung
menurut
d i  1,68 L( B  D)  25
Pada bagian Palka dan Mesin

d i  2,16 L1 ( B  D)  25
GAMBAR DIAGRAM SISTEM MINYAK PELUMAS KAPAL CARAKA JAYA III
3650 DWT TAHAP PEMBANGUNAN I
Pengisian minyak pelumas dari darat kekapal sebelum kajian
katub 1 dibuka
katub 2 ditutup
Katub 4 dibuka ka
Katub 5 dibuka
lubricating oil dihidupkan
1
2

3 TANGKI HARIAN
MINYAK
PELUMAS

6
MESIN INDUK

5 4
POMPA L.O

TANGKI MINYAK 7
PELUMAS
Sistim pengisian minyak pelumas sesudah diadakan pengkajian yang
merupakan salah satu alternatif perbaikan sistim aliran minyak
pelumas
Dapat dilihat dari gambar diagram perpipaan, dengan menambahkan
pipa-pipa dan dua katub sesuai dengan garis putus.
Sistim pengisian minyak pelumas pada tangki harian minyak pelumas :
Katub 1 tertutup
Katub 2 terbuka
Katub 4,5 tertutub
Katub 6,7 terbuka
Lubricating oil dihidupkan
Pompa yang dipasang diatas Kapal Caraka Jaya III yaitu Oyama Pumps
Fire & General service pump
• Type DK 75 J
• Kapasitas max = 125 m³/h
• Total Head = 15 m
• Rpm = 1800 rpm
• Fire & Ballast pump
• Type TSK 100 P
• Kapasitas max = 125 m³/h
• Total Head = 25 m Pompa dipasang paralel
• Total kapasitas max yang dapat dicapai =
• 125 m³/h + 125 m³/h = 250 m³/h . 140 m³/h memenuhi persyaratan Konvensi
Internasional untuk Keselamatan Jiwa di Laut.
Tekanan
• Diameter pompa = 128 mm, Jari-jari = 64 mm
• A = π r ² shg A = 3,14 x (64)² mm² = 12861,44 mm² = 0,01286144 m²
• V = 250 m³/h x 1/0,01286144 m² = 5,4 m/det
• Karena Z sejajar dengan permukaan laut Z = 0 2
(5,4m / det)
• γ air laut = 1,025 ton/m³ P  (15m   Z )  1,38375 kg / cm 2

2  9,8m / det 2
P = 1,38375 kg/cm² < 2,6 kg/cm², maka tidak memenuhi persyaratan Konvensi
Internasional untuk Keselamatan Jiwa di Laut
Kajian penerapan standar Solas & Bureau Veritas pada pompa pemadam kebakaran
Baruna Jaya IV
• Penerapan perhitungan-perhitungan
• Main draining collector
• d1 = 1,68 √ L(B+C) + 25
• dimana :
• L = Length of the ship betwen perpendicular dalam m
• B = Breadth of the ship
• C = Moulded depth at the freeboard
• L = 55,25 m
• B = 12,10 m
• C = 4,20 m
• d1 = 1,68 √55,25 (12,10 + 4,2 ) + 25 = 75,41 mm
Draining pump flow
• Q = 0,565 d12
• d1 = 75,41 mm d12 = (7,541 dcm)2 = 56,86
• Q = 0,565 x 56,86 = 32,12 kemudian Q = 32,12 m3/h
• Diambil pompa dengan Q = 35 m3/h
• Memakai 2 pompa listrik dengan kapasitas 35 m3/h
• Untuk kapal penumpang
Qpompa pemadam kebakaran = 2/3 Qdrain
• Untuk kapal barang
Qpompa pemadam kebakaran = 4/3 Qpompa pemadam kebakaran kapal
penumpang
Qpompa pemadam kebakaran untuk kapal barang = 4/3 x 2/3 x Qdrain

Qpompa pemadam kebakaran untuk kapal barang = 4/3 x 2/3 x 32,12 m3/h
Qpompa pemadam kebakaran untuk kapal barang = 28,5 m3/h

diambil kapasitasnya = 29 m3/h


Jadi batasan kapasitas pompa yang dibutuhkan (Q) ialah :
29 m3/h < Q ≥ 180 m3/h
Pompa pemadam kebakaran yang digunakann di Kapal Baruna Jaya IV.
• Pompa pemadam kebakaran yang digunakan (lihat lampiran 1) ialah NG.EBNG
8.19 dengan data sebagai berikut :
• Kapasitas : Minimum = 20 m3/h
• Maximum = 65 m3/h
• Hminimum = 55 m 2
• Diameter Nozzles = 80 mmP V
H    Z
 2g
Q=VxA
65m3 / h
V   3,594 m / sec 2

3,14  (40mm) 2

γair laut = 1,025 ton/m3


Z = tinggi pompa terhadap air laut dianggap sejajar = 0
(3,594m / sec)2
P  (55m   1,025ton / m 3

(2  9,8m / sec 2 )

= 5,57 kg/cm2 > 2,6 kg/cm2 memenuhi persyaratan Konvensi Internasional


untuk keselamatan jiwa dilaut.

Menentukan NPSH yang tersedia pada pompa haruslah memenuhi


tekanan yang disyaratkan oleh SOLAS, dengan demikian tidak akan
terjadi kavitasi pada pompa dikarenakan tekanan air keluar pipa
pemadam kebakaran harus lebih besar dari 2,6 kg/cm2.
Diagram maintenance asset dalam process Industries & maintenance cost
Dari skema di atas, bisa dilihat bahwa dalam hal maintenance
rotating equipment menduduki peringkat teratas. Yaitu sebesar
33%! Mari kita lihat peranan pengeluaran maintenance dalam
seluruh kebutuhan suatu plant.
maintenance menduduki peringkat teratas untuk
mempermudah dalam perhitungan kita butuh
misalkan USD1juta untuk seluruh pengeluaran
mendirikan suatu plant maka untuk maintenance
dibutuhkan USD390,000-, dan USD128,000 hanya
untuk maintenance rotating equipment.
Sedangkan untuk purchase seluruh plant saja
hanya USD40,000! Hal inilah yang membuat
pompa sangat dipelajari sedetail mungkin
sehingga sejak pemilihan sampai akhir
penggunaanya, investasi pada pompa merupakan
investasi yang tepat dan akurat. Sehingga gejala-
gejala kritis pada operasional semacam kavitasi,
benturan air, tekanan berlebih, tekanan negative,
gejala surjing dan fluktuasi tekanan yg bisa
merusak pompa sangat penting untuk dihindari.
GOOD LUCK TO

Anda mungkin juga menyukai