Anda di halaman 1dari 30

CASE STUDY KEPERAWATAN

SIDROM KORONER AKUT

NAMA KELOMPOK:
1. Zunita Rohmawati (P07120216002)
2. Kristina Weningtyastuti (P07120216009)
3. Muhammad Afif Fadhil (P07120216011)
4. Arfin Kurniadita (P07120216012)
5. Ihda Kusumawati (P07120216020)
6. Naufal Muafi (P07120216028)
7. Fernanda Okti (P07120216029)
8. Rizqi Ayu A. T. (P07120216034)
9. Faradila Pramesthi (P07120216035)
10. Hanifa Faradita (P07120216081)
CASE STUDY

CASE STUDY 2
CASE STUDY 1 Seorang perempuan telah dirawat di ruang
penyakit dalam selama 2 hari karena
Seorang laki-laki dibawa ke poliklinik RS
sindrom coroner akut. Saat berdinas pagi
dengan kondisi nyeri dada khas jantung dan
perawat melihat gambaran EKG di lead II
sesak napas karena sindrom coroner akut.
bedside monitor, PEA (Pulse Electric Activity)
Saat direkam EKG, perawat melihat
yang sebelumnya gambaran EKG adalah ST
gambaran EKG terekam ST elevasi di lead I,
Elevasi dan Q patologis. Perawat segera
aVL, v1, v2, v3, v4, v5. Pasien tiba-tiba henti
melakukan CPR sebanyak 5 siklus, pasien
jantung. Terus kita ngapain lagi ya...
diberikan Adrenalin 1mg setiap 3-5 menit.
Terus kita harus gimana ini….
KATA-KATA DAN DEFINISI
YANG BELUM DIMENGERTI
CASE STUDY 1
NO KATA URAIAN
1. ST Elevasi ST elevasi adalah segmen ST berada di atas garis isoelektrik melebihi 1 mm, artinya otot jantung
sedang mengalami infark yang akut.
2. aVL Lead aVL merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan tangan tangan kanan dan kaki kiri
yang mana tangan kiri bermuatan (+). Menunjukkan bagian lateral jantung.
3. V1 Menunjukkan bagian anterior jantung. Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan
sternum.
4. V2 Menunjukkan bagian anterior jantung. Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri
sternum.
5. V3 Menunjukkan bagian anterior jantung. Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
6. V4 Menunjukkan bagian anterior jantung. Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea
(sekalipun detak apeks berpindah).
7. V5 Menunjukkan bagian lateral jantung. Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea
axillaris anterior.
8. Sindrom Suatu kondisi terjadi penurunan aliran darah ke jantung secara mendadak. Sindrom coroner akut
coroner akut menurut dibagi menjadi:
1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation myocardial infarction)
2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment elevation myocardial
infarction)
3. Angina pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris)
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah koroner yang koyak
atau pecah dan menjadi trombus. Trombus akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik
secara total atau parsial. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia miokardium dan
setelah kurang-lebih 20 menit miokardium akan mengalami infark miokard (PERKI, 2015).

CASE STUDY 2
NO KATA URAIAN
1. PEA (Pulse Suatu keadaan dimana masih terdapat aktivitas listrik jantung, tanpa disertai respon mekanik
Electric Activity) jantung berkontraksi untuk menghasilkan denyut yang teraba atau tekanan darah yang terukur.
2. Q patologis Jika gelombang Q dalamnya lebih dari 1/3 atau 25% dari tinggi gelombang R dan lebarnya
lebih dari 0.04 detik dinamakan Q patologis. Q patologi mengindikasikan adanya old MI
(Myocardiac infarction) atau bisa juga acut atau recent MI jika disertai dengan perubahan
morfologis ST segmen atau T segmen.
TATALAKSANA MEDIS SINDROM
KORONER AKUT DENGAN ST ELEVASI

Mengenali gejala sindrom koroner


akut Berikan nitrat sublingual 0,3-0,6 mg
(bila tidak ada kontraindikasi seperti
hipertensi)
Tirah baring dan pemberian oksigen
2-4 L/menit

Pasang infus
Melakukan pemeriksaan EKG
sesegera mungkin
Segera kirim ke RS dengan fasilitas
Berikan aspirin 160-320 mg tablet Percutaneus Coronary Intervention
kunyah (bila tidak ada kontraindikasi (PCI)
seperti ulkur gaster dan asma
bronkial)
ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG
Anatomi Jantung
Jantung adalah organ yang memompa darah melalui pembuluh
darah menuju ke seluruh jaringan tubuh. Sistem kardiovaskular
terdiri dari darah, jantung, dan pembuluh darah. Darah yang
mencapai sel-sel tubuh dan melakukan pertukaran zat dengan sel-sel
tersebut harus di pompa secara terus-menerus oleh jantung melalui
pembuluh darah. Sisi kanan dari jantung, memompa darah melewati
paru-paru, memungkinkan darah untuk melakukan pertukaran antara
oksigen dan karbondioksida (Tortora, 2012).
Ukuran jantung relatif kecil, pada umumnya memiliki ukuran yang
sama, tetapi memiliki bentuk yang berbeda seperti kepalan tangan
setiap orang. Dengan panjang 12cm, lebar 9cm, tebal 6cm, dan berat
250 gr pada wanita dewasa dan 300 gr pada pria dewasa (Tortora,
2012).
Fisiologi jantung

Semua jaringan tubuh selalu bergantung pada aliran darah yang disalurkan oleh kontraksi dan
denyut jantung. Jantung mendorong darah melintasi pembuluh darah untuk disampaikan dalam
jumlah yang cukup. Jantung berfungsi untuk menjalankan sistem sirkulasi dan transportasi dalam
tubuh. Pada dasarnya sistem sirkulasi terdiri dari 3 komponen dasar yaitu :
• Jantung berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah untuk
menimbulkan gradien tekanan yang diperlukan agar darah mengalir ke jaringan.
• Pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk mengarahkan dan mendistribusikan
darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan kemudian mengembalikannya ke jantung.
• Darah berfungsi sebagai medium transportasi tempat bahan-bahan yang akan disalurkan
dilarutkan, diendapkan (Sherwood, 2001).

Siklus jantung adalah urutan kejadian mekanik yang terjadi selama satu denyut jantung
tunggal. Saat menuju akhir diastole (G) semua rongga jantung berelaksasi. Katup antara atrium dan
ventrikel terbuka (katup AV: kanan, trikuspid ; kiri, mitral), karena tekanan atrium tetap sedikit
lebih besar daripada tekanan ventrikel sampai ventrikel benar-benar mengembang. Katup aliran
keluar pulmonal dan aorta (semilunar) menutup, saat arteri pulmonalis dan tekanan aorta lebih besar
daripada tekanan ventrikel. Siklus dimulai ketika nodus sinoatrial menginisiasi denyut jantung.
Sistol atrium (A) Sistol ventrikel

Kontraksi atrium melengkapi pengisian ventrikel. Saat Kontraksi ventrikel menyebabkan peningkatan tajam
istirahat, atrium member konstibusi kurang dari 20% tekanan ventrikel dan katup AV menutup begitu tekanan
volume ventrikel, namun proporsi ini meningkat sesuai ini melampaui tekanan atrium. Penutupan katup AV
denyut jantung, karena diastol memendek dan terdapat menyebabkan bunyi jantung pertama (S1). Depolarisasi
lebih sedikit waktu untuk pengisian ventrikel. Tidak ventrikel berkaitan dengan kompleks QRS dan EKG.
terdapat katup antara vena dan atrium dan sejumlah darah Selama fase awal kontraksi ventrikel, tekanan ventrikel
mengalami regurgitasi ke dalam vena. Gelombang dari lebih kecil daripada tekanan arteri pulmonal dan aorta,
tekanan atrium dan vena merefleksiakan sistol atrium. sehingga katup aliran keluar tetap menutup. Ini
Volume ventrikel setelah pengisian dikenal sebagai volume merupakan kontraksi isovolumetrik (B), karena volume
akhir diastolik, dan besarnya 120-140 ml. Tekanan ventrikel tidak berubah. Tekanan yang meningkat
equivalen adalah kurang dari 10mmHg, dan lebih besar ada menyebabkan katup AV menonjol ke dalam atrium,
ventrikel kiri daripada ventrikel karena lebih muskular dan sehingga ,menyebabkan gelombang tekanan atrium yang
oleh sebab itu dinding ventrikel kiri lebih kaku. EDV (end kecil (gelombang c), yang diikuti oleh suatu penurunan
diastolic volume) merupakan suatu penentu penting dalam (penurunan x).
kekuatan kontraksi selanjutnya.depolarisasi atrium
menyebabkan gelombang P pada EKG.
Sistol ventrikel Diastol-relaksasi dan pengisian kembali.

Kontraksi ventrikel menyebabkan peningkatan Setelah penutupan katup aliran keluar, ventrikel
tajam tekanan ventrikel dan katup AV menutup begitu secara cepat berelaksasi. Namun demikian, tekanan
tekanan ini melampaui tekanan atrium. Penutupan katup ventrikel tetap lebih besar daripada tekanan atrium dan
AV menyebabkan bunyi jantung pertama (S1). katup AV tetap menutup. Ini disebut relaksasi
Depolarisasi ventrikel berkaitan dengan kompleks QRS isovolumetrik (E). Saat tekanan ventrikel menurun
dan EKG. Selama fase awal kontraksi ventrikel, tekanan dibawah tekanan atrium, maka katup AV terbuka dan
ventrikel lebih kecil daripada tekanan arteri pulmonal tekanan atrium menurun (penurunan y) saat ventrikel
dan aorta, sehingga katup aliran keluar tetap menutup. terisi kembali (pengisian kembali ventrikel sangat cepat
Ini merupakan kontraksi isovolumetrik (B), karena F). ini dibantu oleh recoil elastic dinding ventrikel,
volume ventrikel tidak berubah. Tekanan yang yang sebenarnya menyedot darah. Bunyi jantung ketiga
meningkat menyebabkan katup AV menonjol ke dalam (S3) dapat terdengar pada orang muda, atau saat EDP
atrium, sehingga ,menyebabkan gelombang tekanan tinggi. Saat ventrikel benar-benar berelaksasi, pengisian
atrium yang kecil (gelombang c), yang diikuti oleh suatu kembali melambat. Ini berlanjut selama dua pertiga
penurunan (penurunan x). akhir diastole akibat aliran vena. Saat istirahat, diastole
dua kali lebih panjang dari sistol, namun menurun
secara proporsional selam altihan dan saat laju denyut
jantung akan meningkat.
Nadi

Nadi disebabkan oleh gelombang tekanan yang bergerak menuruni cabang


vascular. Bentuk dari nadi arterial dimodifikasi oleh kompliansi dan ukuran arteri.
Suatu arteri yang kaku, seperti pada usia yang menua atau aterosklerosis,
menyebabkan nadi teraba lebih jelas. Nadi juga lebih tajam saat ukuran arteri
berkurang. Pantulan yang mencerminkan arteri dari titik-titik dimana resistensi
terhadap aliran meningkat, misalnya saat arteri bercabang, dan dapat menyebabkan
peningkatan puncak selanjutnya. Nadi vena jugularis mencerminkan atrium kanan,
dan berkaitan dengan gelombang a,c,v, dan penurunan x dan y (Aaronson, 2010).
PATOFISIOLOGI SINDROMA KORONER AKUT
 Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak arteroma pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah akibat
perubahan komposisi plak dan perpisahan tudung fibrosa yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh
proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi sehingga terbentuk trombus yang kaya trombosit. Trombus ini akan
menyumbat lubang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial, atau menjadi mikroemboli yang
menyumbat pembuluh darah koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan
vasokontriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan
iskemia miokardium. Suplai oksigen yang berhenti selama kurang lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami
nekrosis (infark miokard).
 Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi pembuluh darah koroner. Sumbatan subtotal yang disertai
vasokonstriksi yang dinamis juga dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard).
Selain nekrosis, iskemia juga menyebakan gangguan kontraktilitas miokardium karena proses hibernating dan stunning
(setelah iskemia hilang), serta distritmia dan remodelling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel). Pada
sebagian pasien, SKA terjadi karena sumbatan dinamis akibat spasme lokal arteri koronaria epikardial (angina
prinzmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun trombus, dapat diakibatkan oleh progresi pembentukan
plak atau restenosis setelah intervensi koroner perkutan. Beberapa faktor ekstrinsik seperti demam, anemia, tirotoksikosis,
hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya SKA pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Anamensis
1. Biodata & Demografi 6. ADL : Nutrisi, Istirahat & tidur, Aktivitas,
2. Keluhan Utama : onset, lokasi, durasi karakteristik, Personal Hygiene
gejala klinis, faktor yang memberatkan atau yang 7. Psikososial
meringankan. Selain itu, manifestasi klinis umum
penyakit kardiovaskuler : nyeri dada khas jantung, 8. Spiritual
dyspnea, sianosis, sinkope, palpitasi, edema,
ketidaknyamanan epigastik, keletihan.
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit sebelumnya
5. Riwayat penyakit keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
4. Thoraks :
1. Penampilan secara umum dan tingkat kesadaran : Inspeksi : lokasi ictus cordis/apical impuls pada dada anterior.
klien berbaring dengan tenang atau tidak, dapat Palpasi : pastikan karakter ictus cordis, palpasi pada seluruh
berbaring atau hanya tegak, ekspresi wajah dinding dada, bunyi jantung S2 dapat diraba (show the
menggambarkan kesakitan ataugagal nafas, klien systemic hipertensi).
dapat menjawab pertanyaan tanpa sesak nafas. Perkusi : sela iga 3,4,5 dan sama 5.
2. Vital Sign : TD posisi berbaring, duduk, berdisi, Auskultasi : S1, S2, suara tambahan, gallop, murmur,
RR, HR. 5. Abdomen :
3. Kepala leher : bagian wajah dikaji mengenai Inspeksi : ada tidaknya distensi abdomen
arkus senilis, xante lasma, dan conjungtiva Auskultasi : fungsi kardiovaskuler termasuk keseimbangan
anemis, pemeriksaan JVP. elektrolit dan aterosklerosis, bruits aorta terdngan di atas
umbilicus.
Palpasi : mencari keberadaan asites dan pemberngkakan hati.
6. Ekstremitas : kulit terdapat sianosis, CRT, turgor kulit, suhi,
jari tabuh, edema
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Uji non invasive : EKG, monitor holter, uji lat fisik, ct-scan, Ro thorax, ct
angiografi,mri, pet, ecocard
 Uji invasive : kateterisasi jantung, uji lab (darah lengkap, enzim jantung
(troponin, CKMB), koagulasi darah, lipid serum, CRP, Elektrolit serum,
K, Na, Ca, Mg, S04, Glukosa).
DIAGNOSA KEPERAWATAN SINDROM KORONER AKUT
(NANDA 2015-2017)
Nyeri akut Risiko penurunan perfusi jaringan jantung
 Perubahan selera makan Batasan karakteristik
 Peruahan fekuaensi jantung  Pembedahan jantung
 Perubahan frekuensi pernafasan  Tamponade jantung
 Diaforesis  Spasme arteri koroner
 Mengekspresikan perilaku (gelisah, merengek,  Kurang pengetahuan tentang faktor risiko yang
menangis) dapat diubah (merokok, obesitas)
 Sikap melindungi nyeri  Diabetes Melitus
 Fokus menyempit  Riwayat penyakit arteri koroner pada keluarga
 Melaporkan nyeri secara verbal  Hiperlipidemia
 Gangguan tidur  Hipertensi
 Dilatasi pupil  Hipovolemia
 Hipoksemia
 Hipoksia
Intoleran Aktivitas Gangguan Pertukaran gas

 Respon tekanan darah abnormal  Ph darah arteri abnormal


terhadap aktivitas  Pernapasan abnormal (irama, kecepatan)
 Warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
 Respon frekuensi jantung
 Konfusi
abnormal terhadap aktivitas
 Sianosis
 Perubahan EKG yang  Diaforesis
mencerminkan aritmia’perubahan  Dispneu
EKG yang mencerminkan iskemia  Sakit kepala saat bangun
 Ketidaknyamanan setelah  Hiperkapnea
beraktivitas  Hipoksemia
 Dispneu setelah beraktivitas  Hipoksia
 Menyatakan merasa letih  Napas cuping hidung
 Gelisah
 Menyatakan merasa lemah
 Somnolen
 Takikardi
 Gangguan penglihatan
Kelebihan Volume Cairan Ketidakefektifan pola nafas
 Gangguan elektrolit  Perubahan kedalaman pernapasan
 Anasarka  Mengambil posisi tiga titik
 Ansietas  Bradipneu
 Azotemia
 Dispneu
 Perubahan tekanan darah
 Peningkatan diameter
 Perubahan pola pernapasan anteriorposterior
 Penurunan hematokrit  Penurunan kapasitas vital
 Penurunan hemoglobin
 Dispnea
 Edema
 Asupan melebihi haluaran
 Distensi vena jugularis
 Oliguria
 Ortopnea
 Efusi pleura
 Bunyi jantung S3
Ansietas Defisiensi Pengetahuan

 Penurunan produktivitas  Perilaku hiperbola


 Gerakan irelevan
 Gelisah  Ketidakakuratan mengikuti perintah
 Insomnia  Perilaku tidak tepat
 Kontak mata yang buruk
 Mengekspresikan kekhawatiran  Pengungkapan masalah
 Agitasi
 Mengintasi
 Tampak waspada
 Gelisah
 Kesedihan mendalam
 Ketakutan
 Gugup berlebihan
 Wajah tegang
 Peningkatan keringat
 Gemetar, tremor
 Suara bergetar
Koping keluarga tidak efektif

 Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa


 Penurunan penggunaan dukungan sosial
 Perilaku dekstruktif terhadap orang lain
 Perilaku dekstruktif terhadap diri sendiri
 Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
 Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
 Pemecahan masalah yang tidak adekuat
 Mengungkapkan ketidakmampuan mengatasi masalah
INTERVENSI KEPERAWATAN
NYERI

Intervensi Rasional
a. Manajement nyeri
Aktifitas: 1. Untuk menentukan intervensi yang sesuai dan
1. Lakukan penilaian terhadap nyeri, lokasi, keefektifan dari therapi yang diberikan
karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah 2. Membantu dalam mengidentifikasi derajat
nyeri ketidaknyamnan
2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan 3. Meningkatkan kenyamanan
3. Fasilitasi linkungan nyaman 4. Mengurangi nyeri dan memungkinkan pasien
4. Berikan obat anti sakit untuk mobilisasi tampa nyeri
5. Bantu pasien menemukan posisi nyaman 5. Peninggin lengan menyebabkan pasien rileks
6. Ajarkan penggunaan tehnik tanpa pengobatan (ct: 6. Meningkatkan relaksasi dan membantu untuk
relaksasi, distraksi, massage, guidet imageri) menfokuskan perhatian sehingga dapat
7. Tekan dada saat latihan batuk meningkatkan sumber koping
b. Kelola analgetik 7. Memudahkan partisipasi pada aktifitas tampa
Tentukan lokasi, karaketristik, kualitas timbul rasa tidak nyaman
c. Terapi relaksasi
d. Manajemen lingkungan
RESIKO PENURUNAN CURAH JANTUNG
Intervensi Rasional
1. Monitor gejala gagal jantung dan CO menurun termasuk nadi perifer yang 1. Indikasi penurunan curah jantung
kualitasnya menurun, kulit dingin dan ekstremitas, RR ↑, dipsnea, HR↑, distensi 2. Adanya bunyi gallop, takhikardi & crackles di paru dapat
vena jugularis, ↓ kesadaran dan adanya edema mengindikasikan gagal jantung
2. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, ritme, adanya S3 & S4&bunyi baru 3. Gangguan SSp dapat dihubungkan dengan ↓
3. Observasi bingung, kurang tidur, pusing 4. Nyeri dada mengindikasikan ketidakcukupan suplai darah ke jantung
4. Observasi adanya nyeri dada/ketidaknyamanan, lokasi, penyebaran, keparahan, 5. Tindakan ini dapat ↑ distribusi O2 ke arteri koroner
kualitas, durasi, manifestasi spt mual & factor yang memperburuk & 6. ↓CO menghasilkan ↓ perfusi ke ginjal→urin output ↓
mengurangi 7. EKG dapat menunjukkan HI sebelumnya, hipertropi ventrikel dll
5. Jika ada nyeri dada, baringkan klien, monitor ritme jantung, beri oksigen, 8. Klien bisa mendapatkan glikosida jantung&potensial toksisitas ↑ dgn
medikasi & beri tahu dokter hipoglikemi
6. Monitor intake&output/24 jam 9. Hasil lab rutin memberi informasi penyebab gagal jantung &
7. Catat hasil EKG & XRay dada perkembangan dekompensasi
8. Kaji hasil lab, nilai AGD, elektrolit termasuk kalsium 10. Tambahan oksigen dapat ↑ ketersediaan O2 di jantung
9. Monitor CBC, [Na], kreatinin serum 11. Meninggikan kepala tempat tidur dapat ↓ usaha tenaga untuk bernapas &
10. Memberi oksigen sesuai kebutuhan menurunkan venous return & preload
11. Posisikan klen dalam posisi semi fowler atau posisi yang nyaman 12. Penting untuk mengevaluasi seberapa baik klien menoleransi medikasi
12. Cek TD, nadi&kondisi sbl medikasi jatung spt ACE inhibitor, digoxin&β saat ini
bloker. Beritahu dokter bila nadi&TD rendah sebelum medikasi 13. Gagal jantung dengan pembatasan gerakan dapat memfasilitasi
13. Selama fase akut, pastikan klien bedrest&melakukan aktivitas yang dapat rekompensasi temporer
ditoleransi jantung 14. Rendah garam dapat ↓ n cairan. Rendah kolesterol dapat ↓
14. Berikan makanan rendah garam, kolesterol atherosclerosis
15. Berikan lingkungan yang tenang dgn meminimalkan gangguan&stressor. 15. Periode istirahat ↓ konsumsi oksigen
Jadwalkan istirahat stlh makan & aktivitas
GANGGUAN PERTUKARAN GAS

Intervensi Rasional
1. Kaji pola pernapasan pasien Monitor TTV. 1.Mengetahui tindakan yang akan dilakukan
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan selanjutnya
Ventilasi 2.Memaksimalkan ventilasi
3. Keluarkan sekret dengan batuk atau 3.Mengoptimalkan pernapasan
Suction 4.Melakukan tindakan selanjutnya
4. Auskultasi suara nafas, catat adanya 5.Mengoptimalkan jalan napas
suara tambahan 6.Mengetahui adanya keabnormalan pada
5.Monitor respirasi dan status O2 pernapasan untuk mengoptimalkan tindakan
6.Catat pergerakan dada,amati 7. Melakukan tindakan selanjutnya
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, 8. Mendengarkan bunyi pernapasan
retraksi otot . 9. Mengoptimalkan pengobatan yang diberikan
7.Monitor suara nafas, seperti dengkur, Monitor pola nafas
8.Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan
suara tambahan
9.Kolaborasi pemberian obat
RESIKO POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

Intervensi Rasional
1).Manajemen jalan napas 1).Memfasilitasi kepatenan jalan napas
2).Pemantauan tanda vital 2).Untuk menentukan dan mencegah
3).Pantau pola pernapasan, auskultasi suara napas komplikasi
4).Ajarkan teknik relaksasi 3).Mengetahui tindakan selanjutnya yang
5).Ajarkan teknik batuk efektif akan dilakukan serta mengetahui adanya
6).Berikan terapi nebulizer ultrasonik dan udara suara tambahan
atau oksigen 4).Untuk memperbaiki pola pernapasan
7).Atur posisi pasien ( fowler) 5).Mengeluarkan sekret
8).Kolaborasi pemberian obat 6).Untuk membantu pola pernapasan
7).Mengoptimalkan pernapasan
8).Mengoptimalkan pola pernapasan
INTOLERAN AKTIVITAS

1. Menentukan penyebab intoleransi 1. Menentukan penyebab dapat membantu


aktivitas&menentukan apakah penyebab dari menentukan intoleransi
fisik, psikis/motivasi 2. Terlalu lama bedrest dapat memberi kontribusi
2. Kaji kesesuaian aktivitas&istirahat klien sehari- pada intoleransi aktivitas
hari 3. Peningkatan aktivitas membantu
3. ↑ aktivitas secara bertahap, biarkan klien mempertahankan kekuatan otot, tonus
berpartisipasi dapat perubahan posisi, 4. Bedrest dalam posisi supinasi menyebabkan
berpindah&perawatan diri volume plasma→hipotensi postural & syncope
4. Pastikan klien mengubah posisi secara bertahap. 5. TV & HR respon terhadap ortostatis sangat
Monitor gejala intoleransi aktivitas beragam
5. Ketika membantu klien berdiri, observasi gejala 6. Ketidakaktifan berkontribusi terhadap kekuatan
intoleransi spt mual, pucat, pusing, gangguan otot & struktur sendi
kesadaran&tanda vital
6. Lakukan latihan ROM jika klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
Ketidakefektifan Koping Individu

1. Kejujuran, kesediaan, dan penerimaan - Menunjukkan koping yang efektif


meningkatkan kepercayaan hubungan - Klien menunjukkan penyesuaian
antara klien dan perawat. psikososial dengan menggunakan
2. Membantu pasien untuk beradaptasi dengan strategi koping efektif dalam
persepsi stresor, perubahan, atau ancaman menghadapi permasalahan.
yang mengganggu pemenuhan tuntutan dan
peran hidup.
3. Mengidentifikasi koping yang digunakan
klien dan menilai tingkat keefektifan
koping yang digunakan klien.
4. Mengidentifikasi cara atau koping yang
tepat dan efektif untuk mengatasi depresi
yang klien alami.
KURANG PENGETAHUAN

1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya 1. Mempermudah dalam memberikan


2. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), penjelasan pada klien
identifikasi kemungkinan penyebab. Jelaskan kondisi 2. Meningkatan pengetahuan dan
tentangklien mengurangi cemas
3. Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif 3. Mempermudah intervensi
pengobantan 4. Mencegah keparahan penyakit
4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin 5. Memberi gambaran tentang pilihan
digunakan untuk mencegah komplikasi terapi yang bisa digunakan
5. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya 6. Mempermudah klien memahami
6. Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa penyakitnya
digunakan/ mendukung 7. Membuat klien terjadwal memanfaatkan
7. Instruksikan kapan harus ke pelayanan yankes
8. Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang 8. Mereview pengetahuan yang sudah
penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan diberikan ke klien
KECEMASAN

1. Berikan lingkungan yang nyaman 1. Menurunkan stimulasi yang berlebihan dapat mengurangi
2. Catat derajat ansietas kecemasan
3. Libatkan keluarga dalam proses 2. Pemahaman bahwa perasaan normal dapat membantu
keperawatan klien meningkatkan beberapa perasaan control emosi.
4. Diskusikan mengenai kemungkinan 3. Peran serta keluarga sangat membantu dalam menentukan
kemajuan dari fungsi gerak untuk koping
mempertahankan harapan klien dalam 4. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat
5. Berikan support sistem (perawat, keluarga khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
atau teman dekat dan pendekatan spiritual) 5. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki
6. Reinforcement terhadap potensi dan sumber pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.
yang dimiliki berhubungan dengan 6. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada
penyakit, perawatan dan tindakan disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk
berkomunikasi.
GANGGUAN PERFUSI JARINGAN

1. Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer 1. Sirkulasi perifer dapat menunjukan tingkat
2. Evaluasi nadi perifer dan edema keparahan penyakit
3. Elevasi anggota badan 200 ataulebih 2. Pulsasi yang lemah menimbulkan penurunan
4. Ubah posisi pasien setiap 2 jam kardiak output
5. Dorong latihan ROM sebelum bedrest 3. Untuk meningkatkan venous return
6. Monitor laboratorium (Hb, hmt) 4. Mencegah komplikasi dekubitus
7. Kolaborasi pemberian anti platelet atau anti 5. Menggerakan otot dan sendi agar tidak kaku
perdarahan 6. Nilai laboratorium dapat menunjukan komposisi
8. Kaji TTV darah
7. Meminimalkan adanya bekuan dalam darah
8. Mengetahui status kardiorespirasi pasien
TERIMA KASIH   

Anda mungkin juga menyukai