P R ESEPTOR : d r. R . E r w i n A ffa nd i , S p . K N ( K ) , M HKe s , FA N M B
IDENTITAS PASIEN Nama : Yetti Suryati Usia : 68 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Buah Batu Pekerjaan : IRT Tgl Pemeriksaan : 26 Feb 2018 ANAMNESIS Keluhan utama: mudah lelah
Pasien mengeluhkan mudah lelah sejak tahun 2005
yang dirasakan ketika aktivitas berat seperti naik tangga atau berjalan jauh. Keluhan sesak ketika istirahat dan bengkak pada kedua tungkai disangkal. Pasien juga mengeluhkan berdebar-debar dan nyeri pada dada kanan yang terasa seperti tertekan dan menjalar sammpai ke bahu. Keluhan pada bak disangkal. ANAMNESIS Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak tahun 2005 dan tidak meminum obat secara teratur. Riwayat merokok diakui pasien sejak usia 25 tahun sebanyak setengah bungkus dalam 1 hari. Riwayat kolesterol dan kencing manis disangkal. Pasien memiliki riwayat OA kedua genu sejak 5 tahun yang lalu. Pasien sudah berobat ke RS dustira, RSHS, dan RS Al- Ihsan untuk penyakitnya. Namun kini pasien kontrol rutin ke RS Santosa dan meminum obat concor, nitrocard, amlodipin, dan aspilet. Karena keluhannya, pasien dirujuk ke bagian Kedokteran Nuklir RSHS untuk dilakukan sidik perfusi miokard. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : tampak baik (sehat) Kesadaran : kompos mentis Tanda vital ◦ Tekanan darah : 150/90 ◦ Respirasi : 20x/menit, dalam ◦ Nadi : 80x/menit ◦ Suhu : afebris Status Generalis Kepala : ◦ Konjungtiva tidak anemis ◦ Sklera tidak ikterik Leher : ◦ JVP tidak meningkat ◦ KGB tidak membesar Dada : ◦ Bentuk dan gerak simetris ◦ Paru : VBS : ki=ka , Rhonci -/- ,Wheeze : -/- ◦ Pulmo sonor ◦ Iktus kordis kuat angkat ◦ Bunyi jantung S1, S2: normal S3, S4 : (-) Status Generalis Abdomen : datar, lembut Hepar dan lien tidak teraba membesar BU (+) normal Ekstremitas : akral hangat Capillary refill < 2 detk Neurologis : Refleks fisiologis +/+ Refleks patologis -/- Diagnosis Banding 1. Angina pectoris stable + Hypertensive heart disease + OA genu bilateral grade III 2. Angina pectoris unstable + hypertensive heart disease + OA genu bilateral grade III 3. Myocardial infarct + hypertensive heart disease + OA genu bilateral grade III Usulan Pemeriksaan • Lab: darah rutin, GDS, kolesterol, ur, cr • EKG • Foto toraks • Echocardiography • Sidik Perfusi Miokard Diagnosis Kerja • Angina Pectoris Stable CCS II + Hypertensive heart disease + OA genu bilateral grade III Sidik Perfusi Miokard Tanggal Pemeriksaan 26/02/2018 Radiofarmaka : Tc-99m Tetrofosmin Dosis : 36,5 mCi Deskripsi: o Indikasi: evaluasi perfusi miokard pada pasien dengan HHD o Prosedur: • Dilakukan dalam 2 tahap yaitu latihan fisik dan istirahat. Latihan fisik dilakukan dengan menggunakan metode Bruce • Latihan fisik dihentikan atas indikasi kelelahan dan OA genu stage III (menit ke-6, detik ke-32) dengan denyut jantung 137 kali per menit (90% denyut jantung maksimal). Sidik Perfusi Miokard o Pencitraan • Dari kedua citra, tampak penangkapan radioaktivitas sedikit kurang pada apeks (defek irreversibel), sedangkan distribusi dan penangkapan radioaktivitas pada segmen- segmen lainnya dalam batas normal. • Tidak tampak dilatasi ventrikel kiri • Nilai fraksi ejeksi ventrikel kiri pada saat istirahat: 69% o Kesimpulan • Defek perfusi demikian menunjukkan adanya iskemia irreversibel pada apeks • Fungsi ventrikel kiri masih baik PEMBAHASAN Sidik Perfusi Miokard Sidik perfusi miokard biasanya dilakukan untuk mendeteksi adanya iskemi miokardium dan menentukan lokasi serta penyebarannya. Prinsip dasar: • Penilaian distribusi radiofarmaka bertanda 99mTc seperti 99mTc - sestamibi atau 99mTc -tetrofosmin; penangkapan kedua biofarmaka tersebut dipengaruhi oleh aliran darah koroner yang mensuplainya. • Sestambi dan tetrofosmin merupakan dua senyawa kimia yang akan berikatan dengan protein intra seluler miokardium tersebut sangat minim (berbeda dengan 201Tl ). Sidik Perfusi Miokard (cont’) Pada pasien yang tidak dapat melakukan latihan beban fisik, misalnya karena kurang latihan atau proses degeneratif pada tungkai, maka sebagai gantinya dapat diberikan beban farmakologik. Tracer diberikan pada puncak beban, kemudian pasien diminta untuk melanjutkan latihan beban selama 1 menit agar tracer dapat terdeposit di jaringan Pemeriksaan dilakukan dalam 2 tahap dengan protocol satu hari. Yang pertama dilakukan adalah pencitraan dengan beban, diikuti 4 jam kemudian dengan pencitraan pada saat istirahat. Sidik Perfusi Miokard (cont’) INDIKASI PEMBERIAN BEBAN FARMAKOLOGI: 1. Tidak mampu melakukan latihan beban fisik 2. Left bundle branch block 3. Ventricular pacemaker 4. Penggunaan CCB’s or beta blockers 5. Evaluasi pasien segera setelah infark miokard akut (<3 hari) atau segera setelah stenting (< 2 minggu) AGEN FARMAKOLOGIS: adenosine, dipyridamole (persantine), dobutamine, regadenoson Sidik Perfusi Miokard (cont’) INDIKASI PEMERIKSAAN SIDIK PERFUSI MIOKARD : 1. Penyakit jantung koroner 2. Infark miokard 3. Diagnosis dan evaluasi hipertrofi ventrikel kiri konsentris 4. Hipertrofi septum asimetrik 5. Hipertrofi ventrikel kanan 6. Deteksi penyakit jantung koroner pada LBBB 7. Stratifikasi dan prognosis penyakit jantung koroner 8. Penentuan viabilitas miokard Radiofarmaka Radiofarmaka yang ideal : ◦ Dapat diserap oleh miokardium dalam perbandingan linier terhadap jumlah aliran darah dan tidak dipengaruhi oleh perubahan metabolisme seluler ◦ Mempunyai daya ekstraksi tinggi dari darah pada aliran pertama melalui jantung, dan daya ekstraksi tesebut tidak boleh bervariasi terhadap aliran darah ◦ Stabil dalam miokardium selama periode penangkapan, namun kemudian cepat dieliminasi sebelum dilakukan pemeriksaan kembali dalam kondisi yang berbeda ◦ Tidak toksik ◦ Memiliki daya pelepasan foton yang tinggi terhadap sinar gamma agar dapat dideteksi dengan kamera gamma standar (140 keV) ◦ Efek radiasi minimal terhadap pasien, persiapannya mudah ◦ Murah Radiofarmaka – 201Tl Radionuklida yang sering digunakan untuk sidik perfusi miokard. Waktu paruhnya 73 jam. Thallium dapat memberikan emisi foton gamma, namun yang terutama adalah berupa sinar X. Dosis administrasi Thallium adalah 80-120 MBq intravena. Klirens Thallium cepat dan memiliki daya ekstraksi tinggi pada aliran pertama jantung (sampai 80%). Efisiensi ekstraksi berkurang pada keadaan asidosis dan hipoksemia, namun efek ini tidak terlalu signifikan sampai terjadi kematian sel. Setelah distribusi, Thallium tidak terus menetap di miokardium, namun dilepaskan secara progresif. Distribusi Thallium pada miokardium tidak sepenuhnya proporsional terhadap aliran darah. Radiofarmaka – Technetium-labelled agents Penggunaan radiofarmaka berlabel Technetium berkembang karena disadari bahwa Thallium memiliki beberapa keterbatasan, yaitu ◦ Waktu paruh yang cukup panjang, karakter pencitraan yang kurang, dan dosis tinggi ◦ Keterbatasan dalam diagnosis defisit perfusi yang reversibel akibat redistribusi Thallium yang kurang komplit ◦ Ketidakmampuan Thallium untuk memberikan evaluasi simultan terhadap perfusi dan fungsi miokardium. Beberapa radiofarmaka berlabel Technetium sekarang tersedia untuk penggunaan klinis. Radiofarmaka tersebut dibagi menjadi 2 kelas, yaitu kation lipofilik dan senyawa netral. Radiofarmaka – Sestamibi Klirens sestamibi dalam darah sangat cepat dengan waktu paruh beberapa menit, baik dalam keadaan istirahat maupun latihan beban. Sestamibi berdifusi secara pasif melalui membran kapiler. Permeabilitasnya lebih rendah daripada Thallium sehingga ekstraksinya lebih lambat. Sestamibi berakumulasi di mitokondria, di mana konsentrasinya mencapai 140 kali lebih tinggi daripada di darah. Bahan ini tetap terperangkap dalam sel hidup, dengan sedikit pelepasan sekunder Redistribusi signifikan tidak terjadi dalam 3-4 jam, terutama karena aktivitas dalam darah menurun sangat cepat dengan eliminasi melalui hati dan ginjal. Sestamibi tidak dimetabolisme. Radiofarmaka – Tetrofosmin Beberapa kompleks Technetium diphosphine telah ditemukan untuk pencitraan miokard. Kompleks DMPE memiliki tangkapan jantung yang baik, namun tidak memberikan hasil yang bagus untuk pencitraan karena tingginya tangkapan oleh hati dan rendahnya klirens darah dan hati pada manusia. Senyawa ini cepat dibersihkan dari darah. Distribusi ke miokard proporsional terhadap aliran darah, namun juga terakumulasi ke organ tubuh lain (hati, lien, ginjal, dan otot skelet). Terdapat sedikit redistribusi di miokard setelah 3 jam. Mekanisme uptake kemungkinan terjadi secara difusi dengan gradien elektropotensial, sama dengan sestamibi. Ekskresi melalui hepatobiliaris dan traktus urinarius. Tata Laksana 1. Posisi pasien: terlentang dengan kedua lengan ditempatkan di atas kepala 2. Kedua detector ditempatkan sedemikin rupa sehinnga membentuk sudut 90o,sedekat mungkin dengan dinding thorax dan jantung berada pada bagian tengah lapang pandang detector 3. Penderita menjalani latihan fisik menggunakan ergocycle atau dengan beban farmakologik 4. Radiofarmaka disuntikkan pada puncak beban dan latihan fisik dipertahankan sampai 1-2 menit kemudian: diupayakan agar pasien dapat mencapai sekurangnya 85% dari beban sasaran yang dapat diberikan sesuai dengan umurnya Tata Laksana 5. Beban fisik dihentikan bila pasien sudah mencapai paling kurang 85% dari beban sasaran, atau bila pasien mengeluh nyeri dada, keluhan pusing, berkeringat dingin atau tidak sanggup lagi meneruskan latihan beban (kelelahan) 6. Pencitraan dilakukan segera setelah latihan fisik selesai 7. Empat jam setelah latihan fisik, dilakukan pencitraan pada waktu istirahat (rest atau delayed imaging: 1 jam sebelum pencitraan pasien minum segelas susu dan 10 menit sebelum pencitraan disuntik dengan 99m Tc- sestamibi, dosis 10-15 mCi 8. Waktu: latihan fisik dan pencitraan lebih kurang 1 jam dan pencitraan saat istirahat setengah jam , jangka waktu antara pencitraan setelah beban dan istirahat sekitar 3-4 jam. 99mTc 201Tl
Keuntungan Kualitas citra lebih baik Ketepatan lebih tinggi dalam
viabilias miokardium Karena tidak mengalami retribusi, maka pencitraan tidak harus dilakukan sesegera mungkin
Kerugian Radioaktivitas yang tinggi Pencitraan harus dilakukan
pada hati dan sistem biliaris sesegera mungkin karena yang sering mengganggu adanya retribusi radioaktivitas pada dinding inferior jantung Defek relatif kecil dibandingkan defek pada 201Tl karena adanya shine
through effect atau
blooming effect Penilaian Normal: distribusi radioaktivitas pada miokardium merata Defek perfusi yang menetap/ireversibel (matching defect) disebabkan adanya proses nekrosis atau jaringan parut pada miokardium Mismatch defect, yaitu defek perfsui pada pencitraan dengan beban menjadi lebih baik pada pencitraan istirahat menunjukkan adanya iskemi miokard yang reversibel. Mismatch defect yang terbalik (reerse redistribution) disebabkan oleh penyakit jantung koroner yang berat disertai dengan kolateralisasi yang baik. TERIMA KASIH