Anda di halaman 1dari 25

AGUNG SETYO PAMBUDI (17001)

ALFINA DAMAYANTI (17002)


DESYANATA WISNU R (17005)
INDA NOVA WULANDARI (17013)
LITA MEIRASSARI (17016)
NANDA RIZKI PUSPITASARI (17018)
NIKEN WIDYAKUSWARA (17019)
NOVI ERI INDRIYANTI (17021)
NOVITA DWIS (17022)
PUTRI UTAMI (17023)
ROHMAT BANGKIT N (17027)
TAMARA FEBRIANA (17030)
VENA YULIANA (17033)
Definisi
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau
lebih vena-vena hemoroidalis (Mansjoer, 2000). Hemoroid
atau ”wasir (ambeien)” merupakan vena varikosa pada kanalis
ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan
oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid
sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk
berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak
mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang
sangat tidak nyaman (Price dan Wilson, 2006).
Anatomi Fisiologi

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai
dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi
belahan bagian kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga proksimal colon
tranversum, dan arteria mesentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu
sepertiga distal colon transversum, colon desendens, sigmoid dan bagian proksimal
rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum adalah melalui arteria sakralis media dan
arteria hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka interna
dan aorta abdominalis.
 Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena
mesentrika superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu
bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena
hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan
merupakan bagian dari sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis
antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior, sehingga
peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke
dalam vena-vena ini.
 Terdapat dua jenis peristaltik propulsif: (1)kontraksi lamban dan tidak
teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan,
menyumbat beberapa haustra; (2) peristaltik massa, merupakan
kontraksi yang melibatkan segmen colon. Gerakan peristaltik ini
menggerakkan massa feces ke depan, akhirnya merangsang defekasi.
Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh
reflek gastrokolik setelah makan pertama masuk pada hari itu.
Etiologi

 Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan


sanitasi, sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis
(kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intra
abdominal), fisiologis dan radang umumnya faktor etiologi
tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut
Tambayong (2000) faktor predisposisi dapat diakibatkan dari
kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah mungkin akibat dari
hipertensi portal kantong-kantong vena yang melebar menonjol ke
dalam saluran anus dan rectum terjadi trombosis, ulserasi, dan
perdarahan, sehingga nyeri mengganggu. Darah segar sering
tampak sewaktu defekasi atau mengejan. Menurut Smeltzer dan
Bare (2002) hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50%
individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan vena yang
melebar, mengawali atau memperberat adanya hemoroid.
 Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
1) Mengejan pada waktu defekasi.
2) Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.
3) Pembesaran prostat.
4) Keturunan atau hereditas.
5) Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh
darah.
6) Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan,
berdiri dan duduk terlalu lama dan konstipasi).
Klasifikasi
 Hemoroid internal
Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan
dan ditutupi oleh mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid internal
dikelompokkan dalam 4 derajat :
1) Derajat I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri
sewaktu defekasi. Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat
menonjol dalam lumen.
2) Derajat II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan
tetapi dapat masuk kembali secara spontan.
3) Derajat III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali
sesudah defekasi.
4) Derajat IV
Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong
masuk kembali.
 Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong
masuk. Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu:
1) Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid
trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-
ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2) Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit anus yang
terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
Tanda dan Gejala
 Tanda
1) Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces yang
keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan
feces. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar
karena kaya akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan
hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan radang.

 Gejala
1) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat
tereduksi spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah
defekasi dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat
dimasukkan.
3) Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolap menetap.
4) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
mucus.
Pathofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui
vena hemoroidalis mengalir dengan lancar sedangkan pada
keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik yang
melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara
lain dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra
abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran darah
vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan
pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur
normal di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi
katup vena dimana sfingter anal membantu pembatasan
pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien
merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna
karena varices terjepit oleh sfingter anal.
Penatalaksanaan
 Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid
yaitu untuk derajat I dapat dicoba dengan menghilangkan
faktor-faktor penyebab, misalnya saat konstipasi
dengan menghindari mengejan berlebihan saat BAB.
Memberi nasehat untuk diit tinggi serat, banyak makan sayur,
buah dan minum air putih paling sedikit 2.000 cc/hari dan
olahraga ringan secara teratur, serta kurangi makan makanan
yang merangsang dan daging,
 Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi
sklerosing secara bertahap. Apabila terapi sklerosing tidak
berhasil dapat dilakukan tindakan operasi.
 Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk.
Pemeriksaan Penunjang
 Inspeksi
1) Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah
mengandung thrombus.
2) Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang
tertutup mukosa.
3) Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.

 Rectal touch
1) Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat
teraba bila sudah ada fibrosis
2) Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma recti.
3) Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang
belum prolap. Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur
vaskuler yang menonjol ke dalam lubang.
Pre Operasi
 1) Pengkajian
a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat,
selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang dari
2.000 cc/hari. Hal lain yang perlu dikaji adalah mengenai riwayat kesehatan
klien tentang penyakit sirorcis hepatis.

b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai
berat badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu
dikaji apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit
rendah serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting untuk
dikaji. Kebiasaan minum air putih kurang dari 2.000 cc/hari.

c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah
sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu defekasi,
duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar dari anus.
Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar. Kebiasaan
mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada darah/nanah. Prolap
varices pada anus gatal atau tidak.
 d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai
kurangnya aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan
dengan kondisi banyak duduk atau berdiri, selain itu juga perlu
dikaji mengenai kebiasaan mengangkat barang-barang berat.

e) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah
keluhan nyeri atau gatal pada anus.

f) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien
mengalami gangguan pola tidur karena nyeri atau tidak.
g) Pengkajian pola reproduksi seksual yang perlu dikaji adalah
riwayat persalinan dan kehamilan.
h) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap serat. Koping
yang digunakan dan alternatif pemecahan masalah.
Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh
darah pada anus.
b) Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal
akibat konstipasi.
c) Cemas b.d. rencana pembedahan dan rasa malu.
Intervensi Keperawatan

 Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.


Kriteria hasil: nyeri pada anus berkurang dengan skala nyeri 0-1, wajah pasien
tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1) Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2) Anjurkan untuk menarik nafas dalam setiap kali timbul nyeri.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
(3) Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan pasien.
Rasional: Memberikan rasa nyaman.
(4) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri ditandai dengan peningkatan tekanan
darah.
(5) Berikan bantal/alas pantat.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
(6) Anjurkan untuk tidak mengejan yang berlebihan saat defekasi.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri dan prolap varices.
(7) Berikan rendaman duduk sesuai anjuran duduk.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
(8) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
 Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat
konstipasi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan yang ditandai dengan: tanda-
tanda vital dalam batas normal, tidak timbul perdarahan pada feces
dalam waktu 1-2 hari.
Rencana tindakan:
(1) Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, RR) setiap 4 jam.
Rasional: Indikator dini terhadap resiko perdarahan hebat ditandai
dengan tidak adanya peningkatan TD dan Nadi.
(2) Monitor tanda-tanda hipovolemia.
Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
(3) Periksa daerah rectal setiap 2 jam/setelah BAB.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
(4) Beri air minum 2-3 liter/hari.
Rasional: Hidrasi yang adekuat membuat konsistensi feces lembek.
(5) Berikan banyak makan sayur dan buah.
Rasional: Meningkatkan masa feces sehingga lebih mudah dikeluarkan.
(6) Anjurkan untuk segera berespon bila ada rangsangan BAB.
Rasional: Untuk mencegah rangsangan hilang dan akan terjadi konstipasi.
(7) Kolaborasi untuk pemberian laxantia dan analgetik.
Rasional: Pelunak feces dan mengurangi nyeri saat BAB.
 Cemas b.d. rencana pembedahan
Kriteria Hasil: pasien mengatakan kecemasan berkurang, pasien berpartisipasi
aktif dalam perawatan.
Rencana tindakan:
(1) Kaji tingkat kecemasan.
Rasional: Menentukan tingkat kecemasan untuk menentukan tindakan yang
tepat.
(2) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pembedahan.
Rasional: Menentukan informasi yang akan diberikan.
(3) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional: Mengurangi kecemasan.
(4) Dampingi dan dengarkan pasien.
Rasional: Meningkatkan rasa percaya dan rasa aman sehingga mengurangi
cemas.
(5) Libatkan keluarga atau pasien lain yang menderita penyakit yang sama
untuk memberikan dukungan.
Rasional: Sebagai support sistem dan mengurangi rasa malu.
(6) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan kecemasannya.
Rasional: Untuk mengurangi cemas.
(7) Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan prosedur operasi.
Rasional: Pengetahuan yang cukup tentang prosedur operasi akan mengurangi
cemas.
(8) Kolaborasi untuk terapi anti cemas (bila perlu).
Rasional: Mengurangi cemas.
Post Operasi

 Pengkajian
a) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah pengkajian mengenai
keadaan lingkungan yang tenang (nyaman), pengkajian mengenai pengetahuan tentang
perawatan pre operasi. Selain itu juga penting dilakukan pengkajian mengenai harapan
klien setelah operasi.
b) Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai kepatuhan klien
dalam menjalani diit setelah operasi.
c) Pengkajian pola eliminasi setelah operasi adalah ada tidaknya perdarahan. Pengkajian
mengenai pola BAB dan buang air kecil. Pemantauan klien saat mengejan setelah operasi,
juga kebersihan setelah BAB dan buang air kecil.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah mengenai aktivitas klien
yang dapat menimbulkan nyeri, pengkajian keadaan kelemahan yang dialami klien.
e) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang dialami
klien akibat nyeri.
f) Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang dilakukan klien bila
timbul nyeri.
g) Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang dialami klien
setelah operasi.
Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya luka operasi
b) Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya
kekuatan/ketahanan konstruktur nyeri.
c) Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah
anorektal.
Intervensi Keperawatan

 Nyeri b.d. adanya luka operasi.


Kriteria Hasil: klien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang dengan skala nyeri 0-
1, wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1) Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2) Anjurkan teknik nafas dalam dan pengalihan perhatian.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
(3) Berikan posisi supine.
Rasional: Mengurangi regangan pada daerah anorectal.
(4) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri.
(5) Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk.
Rasional: Menghindari penekanan pada daerah operasi.
(6) Kolaborasi untuk rendaman duduk setelah tampon diangkat.
Rasional: Kehangatan meningkatkan sirkulasi dan membantu menghilangkan
ketidaknyamanan.
(7) Kolaborasi pelunak feces dan laksatif. Beri masukan oral setiap hari sedikitnya 2-3
liter cairan, makanan berserat.
Rasional: Feces yang keras menekan insisi operasi.
(8) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi nyeri.
 Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur
nyeri.
Kriteria hasil: klien mampu melakukan pergerakan secara bertahap.
Rencana tindakan:
(1) Tentukan kemampuan fungsional (skala 0-4) dan alasan ketidakseimbangan.
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan atau tingkat intervensi yang dibutuhkan.
(2) Catat respon emosional/ tingkah laku untuk mengubah kemampuan.
Rasional: perubahan fisik dan kehilangan kemandirian seringkali menciptakan
perasaan marah, frustasi dan depresi yang dapat dimanifestasikan sebagai
keengganan untuk ikut serta dalam aktivitas.
(3) Berikan motivasi dan latihan pada klien dalam memenuhi kebutuhan ADL
sesuai dengan kebutuhan.
Rasional: motivasi dapat meningkatkan perasaan klien untuk berusaha
memenuhi kebutuhan ADL.
(4) Anjurkan keluarga untuk membantu melatih dan beri motivasi.
Rasional: keluarga berperan penting dalam membantu melatih dan memberi
motivasi klien.
 Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
Kriteria Hasil: luka sembuh dengan baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal.
Rencana tindakan:
(1) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Peningkatan nilai tanda-tanda vital merupakan indikator dini
proses infeksi.
(2) Berikan rendaman duduk setiap kali setelah BAB selama 1-2
minggu.
Rasional: Mematikan kuman penyebab infeksi.
(3) Kaji daerah operasi terhadap pembengkakan dan pengeluaran pus.
Rasional: Merupakan tanda-tanda infeksi.
(4) Ganti tampon setiap kali setelah BAB.
Rasional: Mencegah infeksi.
(5) Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotika.
Rasional: Membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.
Terima kasih…

Anda mungkin juga menyukai