Anda di halaman 1dari 7

EKONOMI

INFORMAL
OLEH KELOMPOK 8:
NAFISA INSAH
ZULFA AFIFAH
RISNA CAHYA WIJAYANTI
A. Pengertian dan definisi ekonomi informal

• Menurut Moser (1978) “Program tersebut bertujuan mengembangkan starategi


pembangunan ekonomi yang tepat, yang mampu mengatasi berbagai masalah
ketenagakejaan di negara- negara berkembang”
• Keith Hart pertama kali memperkenalkan istilah sector informal melalui
penelitiannya di Ghana, Afrika
• Menurut Manning dan Effendi (1985), aktivitas ekonomi yang membedakan antara
sektor formal dan sektor informal adalah birokrasi dalam bidang perizinan. Sektor
formal lebih banyak mendapat perlindungan dari pemerintah dibanding sektor
informal.
• Gilbert dan Gugler (1996), menandai sektor informal dengan ciri-ciri:
1. Mudah dimasuki
2. Bersandar pada sumber daya lokal
3. Usaha milik sendiri
4. Oprasinya dalam sekala kecil
Sektor informal dalam UU. Nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil diartikan sebagai usaha keci.
Dalam UU. Nomor 9 Tahun 1995 juga ditetapkan beberapa usaha kecil, antara lain:
1. memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupih, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha
2. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu miliar rupiah.
3. milik warga negara indonesia
4. berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang di miliki,
dikuasai, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar
5. berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan
usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Perbedaan karakteristik sektorinformal dan sektor
formal
Informal Formal
• 1.Modal sukar diperoleh • 1.Modal relatif mudah diperoleh
• 2.Menyerupai organisai keluarga • 2. Organisasi birokrasi
• 3. Permodalan dari lembaga keuangan tidak resmi • 3.Permodalan dari lembaga keuangan resmi
• 4. Hubungan dengan desa saling menguntungkan • 4. Hubungan dengan desa one way traffic
• 5. Sifat wirasuasta berdikari • 5. Sifat wirasuasta sangat terpengaruh pada
perlindungan pemerintahatau impor
• 6. Persediaan barang jumlah kecil, kualitas rendah
• 7. Hubungan kerja dengan majikan berdasarkan asas
• 6. Persediaan barang, jumlah besar kualitas baik
saling percaya • 7. Hubungan kerja dengan majikan berdasarkan
kontrak kerja.
B. HUBUGAN EKONOMI FORMAL
DENGAN EKONOMI INFORMAL
Hubungan ekonomi formal dengan ekonomi informal dapat dilihat dari dua
perspektif yaitu pendekatan konflik dan pendekatan fungsional. Pada
pendekatan konflik melihat bahwa kehadiran sektor informal diperlukan untuk
mendukung perkembangan sektor formal.
Dengan demikian, seperti istilah yang sering dilontarkan adalah, sektor informal
mensubsidikan sektor formal dalam artian sektor informal mengeksploitasi
sektor formal.
Sedangkan pendekatan fungsional melihat hubungan tersebut sebagai sesuatu
yang saling menguntungkan antar sektor formal dan sektor informal.
C. Aspek – aspek sosial budaya perkembangan ekonomi informal.

urbanisai yang berlebihan yang kelewat deras hingga lebihi daya dukung perkotaan. Kota tidak mampu
menyediakan lapangan kerja yang memadai serta berbagai layanan publik, seperti transpotasi perumahan,
air bersih, listrik, dan sebagainya kepada urbanisai.
Pada sisi yang lain, paradigma pembangunan yang berorientasi pertumbuhan menghasilkan turunan
kebijakan dibidang industri yang dikenal sebagai kebijakan pro-efisien.
Maraknya sektor informal juga berkaitan dengan kebijakan birokrasi perizinan usah yang berbelit-belit
serta terbatasnya skema kredit yang dapat diakses oleh pengusaha kecil dan menegah. `

Anda mungkin juga menyukai