Anda di halaman 1dari 18

SKROFULODERMA

Ninda Pangestika S
Pembimbing:
dr. Nadiah Soleman, Sp.KK.,
M.Kes
1
2
PENDAHULUAN
 Tuberkulosis (TB)  masalah kesehatan dunia
khususnya negara berkembang seperti Indonesia.

 TB ekstra pulmoner  TB kutis (Mycobacterium


tuberculosis (91,5%) dan mikobakteria atipikal (8,5%)) 
Skrofuloderma (84% di RSCM).

Kompetensi skrofuloderma untuk dokter umum yaitu 4A


 diagnosis dan tatalaksana tuntas
3
Akibat penjalaran per kontinuitatum
dari organ dibawah kulit yang
terinfeksi TB

Kelainan kulit ec Ditandai oleh abses dingin

Mycobacterium tuberculosis yang pecah dan membentuk

yang mengenai subkutan fistel, meluas hingga


terbentuk ulkus
Skrofuloderma
4 Anak-anak dan imigran dewasa dari negara-
negara berkembang >>

Peningkatan TB kutis  peningkatan angka


kejadian:
o Human inunodeficiency virus (HIV)
o Peningkatan terapi imunosupresif
o Migrasi masyarakat
o Penurunan upaya pengendalian TB
Skrofulederma terjadi o Kemiskinan
84% dari TB kutis
o Malnutrisi
(RSCM)
5
ETIOLOGI

RSCM
M. Tuberculosis
Tuberkulosis kutis M. Atipikal 91,5%
8,5%

M. Tuberculosis
Skrofuloderma
84%
6
ETIOLOGI
– Mycobacterium tuberculosis:
 Bakteri aerob yang patogen pada manusia
 Berbentuk batang  Panjang 2-4/μ dan Lebar 0,3-1,5/m
 Hidupnya intraseluler fakultatif
 Non motil
 Tidak membentuk spora
 Suhu optimal pertumbuhan  37 derajat celcius
 Tahan terhadap asam
7
PATOFISIOLOGI
 Skrofuloderma  ec penjalaran per kontinuitatum dari
organ dibawah kulit yang terinfeksi TB

 >> berasal dari kelenjar getah bening (KGB)

 Predileksi  tempat yang banyak KGB superfisialis

 >> pada leher, aksila dan lipat paha.


8 Tonsil

Daerah leher

Paru

Porte d’entree
skrofuloderma Daerah axilla Apeks paru

Ekstremitas bawah
Daerah lipat paha (KGB inguinalis
lateralis dan femoralis)
9
KGB yang terinfeksi  limfadenitis TB  jumlah KGB yang terinfeksi
bertambah banyak dan sebagian berkonfluensi  periadenitis 
perlengketan KGB dengan jaringan sekitarnya  KGB melunak (kenyal
dan lunak; abses dingin)  pecah  fistula yang meluas  ulkus (linear,
ireguler, tepi berwarna merah kebiru-biruan (livid) dengan dinding yang
bergaung)  dasar jaringan yang bergranulasi tertutup oleh pus
seropurulen  mengering  krusta berwarna kuning  Jika mengalami
penyembuhan  ulkus tersebut akan menjadi jaringan parut (sikatrik)
yang kadang diatasnya terdapat jembatan kulit (skin bridge)
10
GEJALA KLINIS
– Pada tahap awal dijumpai nodul subkutan, batas tegas, mudah digerakkan dan
asimtomatik

– Beberapa bulan nodul subkutan semakin besar dan konsistensi semakin lunak yang
disebut sebagai abses dingin

– Terjadi liquifaksi dengan perforasi abses menyebabkan pembentukkan ulkus dan sinus

– Bentuk ulkus adalah linear atau serpiginosa, tidak teratur, dasar cekung, kulit daerah
sekitar bewarna merah kebiruan (livide), menggaung, lunak, dan dasar jaringan
granulasi.

– proses penyembuhan terbentuk sikatrik yang menghubungkan area ulkus


11
DIAGNOSIS BANDING

limfadenitis bakterial
Skrofuloderma
daerah leher
aktinomikosis non tuberkulosis,
limfosarkoma

Skrofuloderma
daerah axilla
hidradenitis supurativa

Skrofuloderma
daerah lipat limfogranuloma venereum (LGV)
paha
12
DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Penunjang
• Riwayat tinggal di daerah • Pemeriksaan radiologis pada
endemis tuberkulosis. • Pembesaran kelenjar posisi posterior-anterior.
• Riwayat terpapar tuberkulosis getah bening • Pemeriksaan bakteriologik
(orang rumah, sekolah, • Pemeriksaan basil tahan
tempat kerja, dan lain-lain). • Tanda pada lesi (abses dan asam (BTA)
• Riwayat pengobatan TB • Pembiakan kuman M.TB
sebelumnya. sinus multipel, ulkus yang dengan media Lowenstein-
• Riwayat penyakit sistemik Jensen
• Riwayat keluhan TB (batuk khas, jaringan parut dan • Pemeriksaan lab darah
lama, berkeringat banyak di jembatan kulit (skin • Pemeriksaan histopatologi
malam hari, nafsu makan • Tes tuberkulin.
menurun, dll) bridge)). • Polymerase Chain Reaction
(PCR)
13
TATALAKSANA
Non Medikamentosa
14
TATALAKSANA
Medika Mentosa

– Pengobatan sama dengan TB paru dan harus dilakukan


– Pengobatan TB diberikan
secara teratur tanpa terputus agar meminimalisasikan
resistensi obat. dalam 2 tahap:
– Pengobatan harus dalam kombinasi. Paling sedikit 2 obat  Tahap awal (intensif)
yang bersifat bakterisidal. Obat yang bersifat bakterisidal
yaitu INH (H), Rifamfisin (R), Pirazinamid (Z) dan  Tahap lanjutan
Streptomisin (S). Sedangkan obat yang bersifat
bakteriostatik yaitu Etambutol (E).
15
Regimen pengobatan TB di Indonesia (WHO)

Tahap Intensif Tahap Lanjutan


tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu
Berat badan RHZE selama 16 minggu
(150mg/75mg/400mg/275mg) RH (150mg/150mg)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT


16
PROGNOSIS
 Prognosis skrofuloderma secara umum adalah bonam.
 Lesi skrofuloderma dapat sembuh secara spontan, namun
memakan waktu yang sangat lama, sebelum lesi inflamasi dan
ulserasi secara lengkap dapat digantikan dengan jaringan parut.
17
KESIMPULAN
– Skrofuloderma merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang mengenai subkutan
– Membentuk abses dingin yang makin lama makin membesar dan pecah pada kulit
diatasnya.
– Tempat predileksinya pada tempat dengan KGB superfisial (leher, aksila, lipat paha)
– Manifestasi klinis skrofuloderma bervariasi bergantung pada lamanya penyakit
– Baku emas untuk diagnosis tuberkulosis kutis ialah pemeriksaan biakan
mikroorganisme.
– Terapinya sama dengan TB paru yaitu obat anti tuberkulosis (OAT) menurut WHO
18

Anda mungkin juga menyukai