Anda di halaman 1dari 18

KULIAH PENY.

BAKTERI MIKAL

 Mycobacterium avium subspesies


paratuberculosis.
JOHNE’S DISEASE
Chronic Enteritis of Cattle

 Agent:
 Mycobacterium johnei.
 Mycobacterium enteritidis.
 M. avium subspesies paratuberculosis.
 Di kenal sbg: “Johne’s bacillus” .
 Pertama kali ditemukan oleh Johne dan
Frothingham th 1895; bekerja dan
meneliti kasus infiltrasi masif pd sal.
Cerna sapi yg mengalami diare kronis.
KULTURIL

 Slow grower, 4 mg inkubasi koloni


masih sulit diamati.
 Range pertumbuhan lebar 25-45o C
 Temperatur optimum 39 o C.
 Mampu tumbuh pd pH 5,5 tetapi
dihambat dg adanya 5% sodium
Chlorida.
RESISTENSI

 M. avium subspesies
paratuberculosis (MAP):
 Tahan pd kondisi kering dan survive
dlm feses di padangan selama 1 th
lebih.
 Survival pd cheese 3 bln; hard cheese
sd 10 bln.
 Tahan pd air chlorinasi.
 Tahan pasteurisasi: 63 o C selama 30
menit; 71,7 o C selama 15 dtk (High
temperatures short time pasteurisasi.
Lanjutan…
 Grant et al., (1988): pasteurisasi akan
efektif jika mycobac. low number (
kurang dari 103 cfu per ml air susu)
 MAP dpt tahan sd 1 mg dlm urin sapi; sd
8-11 bln dlm feses sapi.
 Dekontaminasi :dg air sabun dan diikuti
desinfeksi. Diinaktivasi dg sodium
orthophenylphenate ; cresylic.
HABITAT dan TRANSMISI

 Air susu.
 Tanah.
 Feses hewan terinfeksi.
 Air, tanaman/sayuran dan daging
yg tercemar
 Transmisi:
 Utama: fecal-oral route.
 Anak sapi: putting tercemar (feses).; air susu,
kolostrum sapi terinfeksi;.
 Via reservoar (lalat) atau kontak lgs dg materi
vomitus.
 MAP dpt melalui plasenta.
 Dpt ditemukan pd semen dan embrio ttp blm
diketahui sbg sarana penularan.
 Pd manusia: via susu, makanan dan minuman
yg terkontaminasi dan tdk dimasak dg baik.
GEJALA KLINIS
 Masa inkubasi 4 bln sd 5 thn.
 Pd awal infeksi biasanya gejala umum
dan tdk tersifat: BB turun, produksi susu
turun, bulu kasar, tetapi nafsu makan
masih baik.
 Infeksi kronis :Granulomatous enteritis
 Diare (tanpa darah, mukus dan sel epitelial),
pd awalnya intermitten, setelah bbrp mgg-
bln: diare berat dan persisten
GK, lanjutan
 .
 Edema intermandibular (bottle jaw).
 Ventral edema.
 Tanpa diikuti demam.
 Anoreksi, dehidrasi, kekurusan,.
 Mati
 Most common in cattle; lesser: goat and
sheep.
Asymtomatic Infected Cattle.
Stage I:
 Tahap infeksi, tanpa Gejala Klinis, tp
dapat melepaskan sedikit MAP ke
lingkungan dan tdk terdeteksi dg alat uji
diagnostik.
Stage II:
Infeksi progres, hewan tetap blm
teramati GK, ttp MAP diekskresikan dlm
jml sangat besar dan memungkinkan
infeksi hewan lain yg mengalami
kontak/ di dekatnya.
Asymtomatic, Lanjutan…
 Stage III:
 Hewan dpt menunjukkan GK awal, dan bbrp
alat uji diagnostik dapat mendeteksi proses
infeksi ini.

 Stage IV:
 GK teramati dg baik, dan dpt dideteksi dg alat
uji diagnostik.
 Biasanya kelp ternak dg Johne’s disease tsb
ke-4 tahapan infeksi tsb ada, meski 5 dr 15
sapi tdk menunjukkan GK.
POST MORTUM

 Pd sapi; penebalan bag. distal usus


kecil, penebalan melanjut seiring
progres penyakit, Lesi parah dr
duodenum sd rektum.
 Pembesaran limfonodus di
mesenterium.
 Edema subkutan.
 Lesi ekstra intestines: hati dan ginjal.
Lanjutan…
 Pd kambing domba:
 Lesi intestinal hanya penebalan ringan,
tetapi terjadi nekrosis caseasi dan
nodul kalsifikasi pd limfonodus
intestinal.
 Lesi intestines: dapat berwarna kuning
kecoklatan krn pigmen yg dihasilkan
oleh strain MAP pd domba-kambing.
 .
DIAGNOSA

 Hewan dg Gejala Klinis:


 Culture; fecal smear to detect acid-fast
bacilli.
 Gross dan histopatologi.
 Modern: PCR ( Genetic probe detection,
short DNA elemen named IS900).
 Asymtomatic sulit dideteksi, sangat tgt
pd tahapan infeksinya: bbrp dpt
dikultur dari lesi post mortum.
 Scr serologis, antibodi berkembang
setelah 10 – 17 bulan infeksi. Titer ab
akan meningkat seiring ektensifnya lesi
intestinal, tetapi justru turun pd fase
akhir infeksi.

 Bbrp uji serologis: CFT, ELISA (susu);


AGP. Test cell mediated immunity dg uji
Tuberculin menggunakan johnin atau
avian purified protein derevative
tuberculin.
 Digunakan pada fase awal penyakit
dan berguna untuk yg asimtomatik.
 Tdk dpt digunakan pd fase akhir
penyakit.
 Ada positip palsu, krn reaksi silang
dg saprofit di lingkungan.
TREATMENT DAN PENCEGAHAN

 Pengobatan dg antibiotik sangat


mungkin ttp kadang kurang
memuaskan.
 Pertimbangan aspek ekonomi, Culling:
infected, asymtomatic
 Pencegahan:
 manajemen yg baik.
 Vaksinasi.

Anda mungkin juga menyukai